5 Pelatih Top yang Pernah Menangani Klub Rival Sekota, Benitez Terbaru

Sven-Goran Eriksson telah menikmati banyak kesuksesan di awal karier manajerialnya bersama Gothenburg dan Benfica. Namun mulai menemui jalan terjal ketika menangani AS Roma pada 1984. Dia hanya memenangkan Coppa Italia 1986 selama tiga tahun di ibu kota Italia itu.

Sepuluh tahun setelah meninggalkan Roma, ia diangkat menjadi manajer klub rival, Lazio, di mana ia menghabiskan masa paling sukses dalam hidupnya, memenangkan Coppa Italia dua kali, Supercoppa Italiana dua kali, Piala Winners, Piala Super UEFA dan, yang utama, Scudetto. Dia menangani Lazio selama empat musim sebelum ditunjuk menjadi pelatih timnas Inggris pada 2000.

Leonardo merupakan salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki AC Milan. Usai gantung sepatu, dia mulai menapaki karier sebagai pelatih dan Direktur Olahraga. Pada 2009, dia ditunjuk menjadi pelatih AC Milan menggantikan Carlo Ancelotti, dan membawa Rossoneri finis di peringkat ke-3 di akhir musim.

Namun di akhir musim, dia meninggalkan kursi kepelatihan usai berseteru dengan Silvio Berlusconi. Mengejutkannya lagi, dia langsung menyebrang ke rival sekota Inter Milan.

Karier awalnya memenangkan hati pendukung Inter berkat awal yang cerah, tetapi ia meninggalkan jabatannya setelah hanya enam bulan usai dinilai gagal mengangkat performa tim, meskipun ia memenangkan Coppa Italia.

George Graham merupakan pelatih yang dipuja oleh para pemain dan penggemar Arsenal. Dia berhasil memenangkan gelar Premier League pertama The Gunners pada 1971 setelah 18 tahun puasa gelar. Di bawah asuhan Graham Arsenal juga persembahkan 2 Piala Liga, Piala FA dan Piala Winners.

Graham dipecat oleh Arsenal pada tahun 1994 setelah dinilai gagal. Sempat menangani Leeds United selama dua musim, dia secara kontroversial bergabung dengan Tottenham, yang merupakan rival sekota Arsenal. Selama tiga musim tangani Spurs, dia persembahkan Piala Liga 1999, salah satu dari hanya dua trofi yang diraih Spurs dalam 25 tahun terakhir.

Jika Leonardo menyebrang dari AC Milan ke Inter Milan, maka Stefano Pioli melakukan sebaliknya. Dia ditunjuk untuk menangani AC Milan pada 2019 menggantikan Marco Giampaolo, setelah sebelumnya melatih Inter selama enam bulan pada musim 2016/17. Dia tidak terlalu sukses di Inter, di mana secara mengecewakan finis di peringkat ke-7 Serie A.

Namun dia memulihkan reputasinya ketika melatih Fiorentina, sebelum ditunjuk sebagai manajer Milan pada tahun 2019. Sempat diragukan karena bukan sosok pelatih besar, perlahan Pioli membuktikan kehebatan taktiknya. Musim lalu, Rossoneri dibawanya kembali ke Liga Champions usai finis sebagai runner-up.

Rafael Benitez adalah sosok yang dicintai publik Anfield. Dialah sosok yang membawa The Reds meraih trogi Liga Champions pada musim 2004/2005. Enam musim tangani Liverpool, dia juga persembahkan UEFA Super Cup dan 1 Piala FA.

Setelahnya dia pun berpetualang panjang dengan membela berbagai klub besar seperti Inter Milan, Chelsea, Napoli hingga Real Madrid, tetapi tidak ada prestasi menonjol yang dia raih. Sejak 2019, dia menangani klub Liga Super Tiongkok, Dalian.

Panggilan ke Eropa kembali datang dari Everton usai The Toffees ditinggal Carlo Ancelotti ke Real Madrid. Penunjukannya itu sempat ditolak fans Everton, bahkan diwarnai ancaman. Namun, hal itu tidak membuatnya mundur dan secara resmi ditunjuk menjadi pelatih baru dengan durasi kontrak tiga tahun.

Tugas sebagai manajer klub bukanlah hal yang mudah. Mereka merupakan sosok terdepan yang bertanggung jawab atas naik turunnya  performa sebuah klub. Jika sukses, nama mereka bakal melambung dan menjadi incaran klub lainnya, termasuk klub rival tim yang pernah diasuhnya.