5 Pemain Chelsea Ini Meningkat di Bawah Asuhan Maurizio Sarri

Musim kemarin, ketika masih berada di bawah asuhan Antonio Conte, David Luiz sangat jarang dimainkan karena 'keretakan' hubungan dengan pelatih asal Italia itu. Untungnya, kedatangan Sarri di awal musim ini membawa angin segar bagi Luiz. Ia berhasil menjadi pemain bertahan yang dapat diandalkan, di mana ia juga mampu tampil kokoh dan luar biasa bersama Rudiger secara centre-back di tiap pertandingan.

Terlebih lagi, kemampuan passing-nya yang menakjubkan, membuat ia berada di atas pemain-pemain lain seperti Cahill dan juga Christensen. Dengan kesempatan serta kepercayaan yang diberikan kepadanya, Luiz patut berterima kasih kepada Sarri. 

Ketika didatangkan oleh Chelsea dari AS Roma pada musim 2017/18, Rudiger tidak pernah benar-benar mampu untuk menembus starting-eleven. Kurangnya kepercayaan dari Conte yang kala itu, juga membuat pemain asal Jerman ini harus puas duduk di bangku cadangan atau bermain sebagai pemain pengganti saja.

Namun, di bawah kepemimpinan Sarri, Rudiger mampu menjelma menjadi bek yang sangat matang dan mampu berkontribusi dengan baik di lini pertahanan. Di Liga Premier sejauh ini, rata-rata Rudiger mampu membuat sekitar 80 passing di tiap pertandingan, dengan akurasi yang fantastis di angka 90% lebih. Bersama David Luiz, Rudiger menjadi bek paling tangguh di Liga Premier musim ini. 

Menjelang akhir musim lalu dan di bawah kepelatihan Conte, Hazard terlihat dengan jelas kehilangan daya magisnya. Tidak cocoknya taktik yang diterapkan oleh Conte dengan gaya bermain dari Hazard menjadi penyebab utamanya.

Berbanding terbalik dengan musim kemarin, di musim ini, pemain andalan timnas Belgia itu mampu tampil sangat apik. Tentu saja, itu semua berkat taktik baru yang di bawa oleh Sarri, di mana Hazard jadi bisa leluasa bergerak dan menusuk jantung pertahanan lawan.

Dengan taktik yang pas dan jauh lebih baik, Hazard sejauh ini mampu mencatatkan 7 gol dan 6 assist di Liga Premier. Masih ada banyak waktu bagi Hazard untuk kembali mendominasi di musim ini. 

Ketika mayoritas pemain muda Chelsea berakhir dijual atau dipinjamkan di musim ini, Ruben Loftus-Cheek dipilih untuk tetap bertahan. Sarri melihat potensi luar biasa dari pemain muda asal Inggris ini dan mengaplikasikannya ke dalam taktiknya, untuk dimainkan secara reguler di Liga Europa. Hasilnya? Loftus-Cheek mampu bermain dengan cukup apik dan konsisten, dengan mengantongi 3 gol dari 4 pertandingan di seluruh kompetisi musim ini.

Pemain yang dulu pernah diejek karena pengambilan keputusan yang buruk ini, berubah menjadi pemain yang mampu memanfaatkan setiap kesempatan yang diberikan pelatih kepadanya. Di tangan Sarri, bukan tidak mungkin jika Loftus-Cheek ke depannya akan selalu bermain sebagai starting-eleven. 

"Pembelian gagal", mungkin menjadi kalimat yang cocok disandangkan kepada Ross Barkley ketika didatangkan oleh Chelsea dari Everton, di pertengahan musim lalu. Di bawah kendali Conte saat itu, potensi besar yang dimiliki oleh Barkley seakan disia-siakan begitu saja. Kabar baiknya, 'kegagalan' tersebut tidak berlanjut di musim, dengan kepercayaan yang secara terus menerus diberikan oleh Sarri kepada Barkley.

Kreativitas yang dimilikinya, menghadirkan 3 gol dan 3 assist dari 12 pertandingan Liga Premier yang diikutinya musim ini. Setelah karir yang 'dihujani' dengan cedera, putus asa dan kegagalan di musim lalu, Barkley mampu mengubah segalanya dan tampil secara konsisten sebagai gelandang luar biasa. 

Dengan diberinya kesempatan plus racikan taktik yang tepat, nyatanya pemain yang kurang diandalkan sebelumnya bisa menjelma menjadi garang di lapangan.