5 Pemain Top yang Dibeli City Sedekade Lalu, Nasib Mereka Kini 

Bergabung dari Hamburg pada tahun 2011 lalu, Jerome Boateng hanya bertahan satu musim di Etihad Stadium. Salah satu faktor yang membuat ia gagal mengeluarkan performa terbaiknya di City adalah posisi bermain yang tak sesuai. Ia memiliki posisi asli sebagai bek tengah, tetapi Roberto Mancini menempatkannya di posisi bek kanan bergantian dengan Micah Richards. 

Ia pun hengkang ke Bayern Munchen musim berikutnya sekaligus menjalani karier terbaiknya di Jerman. Selama 10 musim di Munchen, Boateng sukses meraih hampir semua gelar di level klub. 

James MIlner bergabung ke Man City pada 2010 dari Aston Villa. Selama lima musim di Etihad Stadium, Milner selalu menjadi andalan Roberto Mancini dan Manuel Pellegrini. Milner sukses persembahkan dua gelar Premier League dengan menorehkan 203 pertandingan di semua ajang bagi Manchester City.

Saat kontraknya habis di tahun 2015, ia memilih hengkang untuk bergabung Liverpool. Di Liverpool, Milner kembali meraih kesuksesan besar dan menjadi bagian penting dari klub. Lewat pengalaman dan kepemimpinannya, Milner mengantarkan The Reds meraih gelar yang telah lama diimpikan, Premier League dan Liga Champions.

David Silva bergabung dengan City dari Valencia pada 2010. Selama berseragam biru muda, Silva mencatatkan 436 pertandingan di semua ajang dengan torehan 77 gol dan 141 assist. Ia pun bertransformasi menjadl salah satu gelandang terbaik dunia sekaligus legenda klub. Selama 10 tahun berkostum City, Silva juga persembahkan 4 gelar Premier League, 5 Piala Liga dan 2 FA Cup.

Lewat kontribusi besarnya, City bahkan membuatkan patung David Silva di sekitar Etihad Stadium. Pada 2020 kemarin kontraknya bersama Manchester City berakhir. Silva pun memilih pulang ke Spanyol untuk gabung dengan Real Sociedad. 

Setelah bersinar bersama Wolfsburg di Bundesliga, Edin Dzeko direkrut Manchester City pada tahun 2011 dengan harga 37 juta euro atau sekitar Rp610 milyar. Kehadiran Dzeko kala itu semakin menebalkan lini serang Manchester City yang sudah dipenuhi bintang seperti Sergio Aguero dan Mario Balotelli. Selama bersama City, Dzeko mencatatkan 189 laga di semua ajang dengan mencetak 72 gol dan 32 assist, serta mempersembahkan dua gelar Premier League.

Pada 2015 ia dipinjamkan ke AS Roma setelah lebih sering diplot sebagai pemain cadangan di Man City. Tampil impresif, statusnya pun dipermanenkan oleh Gialorossi di musim berikutnya dan menjadi salah satu striker mematikan Serie A. Musim panas kemarin, striker 35 tahun itu pindah ke Inter Milan secara gratis.

Pada 2010 Mario Balotelli pertama kali menginjakkan kakinya di Premier League usai ditebus Man City dari Inter Milan. Di musim terakhirnya di Inter, Balotelli menjadi bagian era keemasan Inter Milan era Jose Mourinho kala meraih trable winner. Sedangkan di bawah asuhan Roberto Mancini di Manchester City, Balotelli menjadi andalan kala meraih Premier League musim 2011/12.

Sayangnya, kebengalan dan tindakan indisiplinernya membuat Mancini dan manajemen klub kecewa. Ia pun dilepas ke AC Milan pada tahun 2013. Sejak itu karier Balotelli pun merosot tajam. Ia silih berganti klub mulai dari Liverpool, OGC Nice, Marseille, Brescia, AC Monza dan kini membela klub Turki, Adana Demirspor. Banyak pihak yang menyayangkan bakat besar Balotelli yang hancur atas ulahnya sendiri.

Hingga hari ini Manchester City masih menerapkan kebijakan transfer yang sama; menumpuk sederet pemain bintang untuk mengisi berbagai posisi hingga penghangat bangku cadangan. Akankah nasib mereka berakhir seperti para pendahulunya yang bergabung satu dekade silam?