7 Penjualan Termahal Sepanjang Sejarah Leicester City, Siapa Saja?

Emile Heskey merupakan salah satu nama besar dalam sepak bola Inggris. Pada eranya, ia adalah mesin gol Liverpool yang sukses memberikan gelar European League dan UEFA Super Cup. Ia mengoleksi 60 gol dari 223 laga di semua ajang. Heskey sendiri merupakan produk akademi Leicester City.

Ia membela The Foxes medio 1995 hingga 2000. Kemudian, ia dilepas ke Liverpool dengan harga 16,5 juta euro. Selain dua klub tersebut, ia juga sempat membela Aston Villa dan Bolton Wanderers.

Ahmed Musa didatangkan pada 2016 dari CSKA Moskow dengan harga 19,6 juta euro. Ia diplot untuk menjaga stabilitas The Foxes kala itu yang mulai ditinggalkan pemain bintangnya. Meski performanya tak terlalu buruk, sang winger hanya bertahan dua musim dengan catatan 5 gol dari 33 laga.

Pada Januari 2018 ia dipinjamkan ke mantan klubnya, CSKA Moskow. Akhirnya Musa dilepas pada akhir musim ke klub Saudi Arabia, Al-Nassr dengan harga 16,5 juta euro.

N'Golo Kante adalah salah satu kunci ketika The Foxes menjuarai Premier League. Performanya di lapangan tengah sebagai gelandang bertahan begitu luar biasa. Tak heran jika di akhir musim ia menjadi rebutan banyak klub top Inggris. Chelsea kemudian berhasil memboyongnya dengan harga 35,8 juta euro pada Juli 2016.

Sebuah keuntungan besar secara finansial bagi The Foxes karena mereka mendatangkannya hanya dengan 9 juta euro saja dari klub Prancis, SM Caen.

Danny Drinkwater merupakan duet terbaik Kante di lini tengah The Foxes saat menjuarai Premier League. Chelsea pun menyadari hal ini sehingga The Blues berniat menduetkan mereka kembali. Drinkwater ditebus pada Agustus 2017 dengan harga 37,9 juta euro. Sayang, nasibnya tak semanis Kante.

Dia gagal beradaptasi dan kalah bersaing dengan pemain Chelsea lainnya. Ia pun kemudian lebih sering dipinjamkan ke klub lain seperti Burnley dan Aston Villa. Sepanjang berkostum Chelsea, Drinkwater hanya tampil dalam 23 laga.

Ben Chilwell adalah salah satu produk terbaik dari akademi  Leicester City. Dia sempat dipinjamkan ke Huddersfield pada musim 2015/2016 demi mendapatkan waktu bermain dan pengalaman. Ia kembali semusim kemudian dan menjadi salah satu andalan The Foxes di lini pertahanan.

Namanya semakin bersinar pada musim lalu di bawah asuhan Brendan Rodgers. Sang pemain tampil apik dalam membantu serangan dan bertahan. Total ia telah mengoleksi 123 laga bersama The Foxes dengan koleksi 4 gol dan 12 assist. Dirumorkan jadi incaran Chelsea sejak musim lalu, akhirnya ia benar-benar bergabung pada musim ini setelah ditebus dengan harga 50 juta euro.

Jika Jamie Vardy adalah mesin gol The Foxes, sekaligus top skorer pada musim 2015/2016, raja assist-nya adalah Riyad Mahrez. Duet dua pemain ini begitu menakutkan. Mahrez memiliki akurasi umpan yang luar biasa dibalut gocekannya yang hebat.

Sempat bertahan ketika rekan-rekannya hengkang, Mahrez akhirnya hijrah pada  2018 ketika Manchester City memboyongnya dengan mahar 67,8 juta euro. Pemain asal Aljazair ini sendiri didatangkan The Foxes hanya dengan harga 500 ribu euro dari AC Le Havre pada 2014.

Leicester City mendatangkan Harry Maguire pada 2017 dari Hull City dengan harga 13,7 juta euro. Namun, tak ada yang menyangka bahwa performanya di lapangan sebagai bek tengah sangat impresif. Ia kemudian dipanggil masuk timnas Inggris untuk berlaga di Piala Dunia 2018.

Tampil stabil, namanya semakin bersinar dan diincar banyak klub top Eropa. Setelah lama dirumorkan akan gabung Manchester United, musim lalu transfer tersebut terealisasi. Maguire diboyong MU dengan status bek termahal dunia, 87 juta euro. Meski demikian, performanya akhir-akhir ini kerap menjadi sorotan karena beberapa blundernya.

Tidak bisa dimungkiri jika The Foxes kini menjadi bagian dari tim elite Premier League lewat performa impresifnya. Salah satu kuncinya adalah kejelian mereka dalam memilih komposisi pemain. Hebatnya, pemain-pemain yang mereka poles banyak yang tampil impresif dan menjadi incaran klub-klub besar.