Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Aston Villa (unsplash.com/trungvnuk)

Awan kelabu meliputi Aston Villa saat mengakhiri 2024/2025. The Villans gagal meraih tiket Liga Champions Eropa (UCL) 2025/2026. Padahal, mereka baru kembali bermain di kompetisi antarklub terbesar di Benua Biru itu setelah absen lama. Tim asal Birmingham tersebut mengundang decak kagum karena berhasil melangkah cukup jauh.

Kepastian Aston Villa kehilangan peluang untuk terlibat di UCL edisi berikutnya terjadi pada pekan pamungkas English Premier League (EPL). Mereka kalah dari Manchester United (MU). Hasil makin sulit diterima karena laga yang diwarnai kontroversi. Ini pun menjadi satu dari sekian momen antiklimaks mereka pada penghujung musim.

1. Aston Villa dijegal Paris Saint-Germain pada perempat final Liga Champions

Aston Villa terakhir kali bermain di Liga Champions pada 1982/1983. Mereka dihentikan Juventus di perempat final. Semusim sebelumnya, pada kesempatan pertama tampil di kompetisi ini, Aston Villa berhasil keluar sebagai juara. Mereka mengalahkan Bayern Munich. Oleh karenanya, ketika dipastikan merebut tiket UCL 2024/2025, kesuksesan tersebut pun disambut dengan penuh sukacita.

Hebatnya, tim yang dilatih Unai Emery tersebut bukan cuma jadi pelengkap. Mereka bisa mengakhiri fase liga di posisi delapan sehingga lolos otomatis ke babak gugur. Dalam perjalanannya, klub yang bermarkas di Villa Park ini mampu menaklukkan sejumlah klub kuat, seperti Bayern Munich dan RB Leipzig. Mereka juga sukses menahan imbang Juventus. Aston Villa lantas membantai Club Brugge dengan agregat 6-1 pada 16 besar.

Ujian berat hadir di perempat final. Aston Villa harus berhadapan dengan Paris Saint-Germain. Mereka kalah dengan skor 1-3 pada leg pertama. Sementara, saat bermain di kandang pada leg kedua, mereka cuma bisa menang dengan skor 3-2. Mereka sebetulnya sudah menunjukkan daya juang yang luar biasa karena sempat tertinggal dua gol. Sayangnya, satu gol yang bisa membawa ke babak tambahan tak kunjung datang. Aston Villa pun mesti rela angkat kaki.

2. Crystal Palace memupus harapan Aston Villa untuk meraih trofi

Kekecewaan karena gagal melaju ke semifinal Liga Champions sebetulnya tidak menurunkan motivasi para pemain Aston Villa. Pada pertandingan selanjutnya, mereka membantai Newcastle United di Premier League dengan skor 4-1. Setelahnya, mereka memang kalah dari Manchester City. Namun, itu tidak terlepas karena konsentrasi yang terbagi dengan laga berikutnya.

Pada 26 April 2025, Aston Villa berhadapan dengan Crystal Palace di Wembley untuk memperebutkan tiket final Piala FA. Mereka jelas jauh lebih diunggulkan karena posisi di klasemen Premier League. Namun, secara mengejutkan, John McGinn dan kolega takluk dengan skor 0-3. Aston Villa pun kehilangan kesempatan untuk mengakhiri puasa gelar juara yang sudah berlangsung sejak 1995/1996 usai meraih trofi Piala Liga Inggris.

3. Blunder wasit ikut menyebabkan Aston Villa gagal lolos ke Liga Champions 2025/2026

Puncak kesialan Aston Villa terjadi pada 25 Mei 2025. Mereka bertamu ke Old Trafford untuk menjalani pertandingan terakhir Premier League 2024/2025 melawan Manchester United. Pada laga ini, Dewi Fortuna seolah benar-benar memusuhi Aston Villa. Pertama, mereka menerima hukuman kartu merah pada menit 45. Sang kiper, Emi Martinez, dengan begitu ceroboh menghentikan pergerakan Rasmus Hojlund di luar kotak penalti. Insiden tersebut tercipta akibat backpass keliru dari Matty Cash.

Namun, momen menentukan sesungguhnya tercipta pada menit 73. Aston Villa berhasil mencetak gol lewat Morgan Rogers. Sayangnya, Thomas Bramall menganulirnya karena menilai Rogers melanggar kiper MU, Altay Bayindir. Menariknya, tayangan ulang menunjukkan Rogers merebut bola dari Bayindir secara legal. Nahas, Bramall kadung meniup peluit sebelum bola masuk ke gawang. Oleh karenanya, video assistant referee (VAR) pun tidak bisa ikut campur.

Tiga menit berselang, Aston Villa kebobolan gol yang dicetak Amad Diallo. Asa mereka untuk bisa meraih kemenangan benar-benar hilang setelah Christian Eriksen menggandakan keunggulan Setan Merah lewat tendangan penalti pada menit 87. Laga tuntas dan Aston Villa dipastikan berakhir di posisi keenam yang berarti gagal lolos ke Liga Champions 2025/2026.

Nasib mereka mungkin bakal berbeda andai gol Rogers tidak dianulir. Aston Villa bisa saja meraih kemenangan dan berhak atas satu tempat di UCL musim depan. Pasalnya, pada saat bersamaan, Newcastle United justru menelan kekalahan dari Everton. The Magpies pun merebut slot Liga Champions terakhir dari Premier League berkat keunggulan selisih gol. Mereka dan Aston Villa sama-sama memiliki 66 poin.

Tidak lama setelah pertandingan selesai, Aston Villa langsung mengeluarkan sebuah pernyataan. Mereka mengungkapkan telah mengirim surat protes kepada Badan Wasit Inggris (PGMOL) karena keputusan menugaskan Bramall untuk memimpin laga melawan MU. Aston Villa mengaku heran pertandingan yang begitu penting hanya dikomandoi wasit yang paling tidak berpengalaman kedua di Premier League.

"Keputusan untuk menganulir gol Morgan Rogers, yang akan membuat klub memimpin 1-0 dengan 17 menit tersisa dalam pertandingan, adalah faktor besar yang berdampak terhadap kegagalan klub lolos ke Liga Champions," tulis Aston Villa di situs resminya.

Sayangnya, nasi telah menjadi bubur. Aston Villa pun memahami, hasil akhir tidak akan lagi bisa diubah. Kini, mereka hanya bisa menerima kenyataan cuma bakal bermain di Liga Europa pada 2025/2026.

Menariknya, itu justru bisa saja merupakan skenario yang telah disiapkan semesta bagi mereka dalam mengakhiri dahaga akan gelar juara. Sebabnya, sang pelatih, Unai Emery, tercatat sebagai juru taktik tersukses di kompetisi ini dengan empat trofi. Jika benar menjadi kampiun, maka secara otomatis Aston Villa pun bakal tampil di Liga Champions 2026/2027 tanpa perlu pusing dengan posisi akhir di liga domestik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAtqo Sy