Ketika Citra Sepak Bola dan Keragaman Etnis Berpadu di Timnas Prancis

Sepak bola menyatukan orang

Sebagai perhelatan terbesar di dunia sepak bola, Piala Dunia layak diapresiasi tidak sekadar dari sisi olahraga. Selama puluhan tahun sejak pertama kali digelar pada 1930, turnamen ini lekat dengan keragaman etnis yang patut diacungi jempol. 

Piala Dunia mengadu tim-tim nasional dari berbagai belahan dunia yang secara tidak langsung menjadi landasan perkenalan sosial dan budaya. Aspek lain juga sangat kentara dari tuan rumah, di mana tiap edisi dihelat di negara yang berbeda. 

Masih banyak faktor lain yang bisa menjelaskan hal ini. Salah satu yang bisa diambil contohnya adalah Timnas Prancis, juara Piala Dunia jilid ke-21 pada 2018 di Rusia. Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari mereka. 

Setelah ditelisik lebih dalam mengenai resep rahasia Timnas Prancis dalam merengkuh gelar, ternyata talenta bukanlah bahan inti. Melansir The Guardian, tim berjuluk Les Bleus tersebut lebih mengedepankan etika dan persatuan.

Wajar saja, Prancis sendiri merupakan salah satu negara dengan isu sosial yang pelik, terutama rasisme. Namun, kehadiran sepak bola memberikan dampak berbeda. Keragaman entis seolah menjadi penguat citra sepak bola itu sendiri.

1. Timnas Prancis didominasi pemain bergaris keturunan imigran

Ketika Citra Sepak Bola dan Keragaman Etnis Berpadu di Timnas Prancispotret skuad Timnas Prancis 2018 (fifa.com)

Imigrasi dalam sekala besar terjadi di Prancis mulai 1830-an hingga mencapai puncaknya mulai 1850. Antara tahun 1850—1914, imigran lebih banyak datang dari negara tetangga macam Spanyol, Polandia, Belgia, Italia, dan Swiss.

Sementara itu, penduduk Afrika, kebanyakan bagian utara seperti Aljazair, Maroko, dan Tunisia, mulai bermigrasi ke Prancis pada abad ke-20. Imigran dari negara-negara Afrika tengah dan barat juga menyusul mengikuti arus imigrasi. 

Sejarah panjang imigrasi ternyata mengambil peran besar di ranah sepak bola. Lahir generasi dari keluarga imigran yang mendominasi tim nasional. Kekayaan kultural terpampang nyata di Timnas Prancis.

Merujuk laman The World, pada Piala Dunia 2018, sebanyak 17 nama dari 23 pemain Timnas Prancis berlatar belakang imigran. Sebanyak 12 di antaranya merupakan keturunan Afrika.

Hal serupa ternyata sudah terjadi sejak Piala Dunia 1998 ketika Prancis jadi tuan rumah sekaligus berhasil menjuarai turnamen. Kala itu, sebagian penggawanya merupakan anak dari keluarga imigran, termasuk Zinedine Zidane yang memiliki darah Aljazair.

2. Kasus Nicolas Anelka dan kekacauan Timnas Prancis pada Piala Dunia 2010 jadi aib nasional

Ketika Citra Sepak Bola dan Keragaman Etnis Berpadu di Timnas PrancisNicolas Anelka (fff.fr)

Pada Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, kekacauan terjadi di Timnas Prancis. Frustasi setelah menelan kekalahan dari Meksiko pada babak penyisihan grup membuat sejumlah pemain berontak.

Kasus Nicolas Anelka jadi buah bibir saat itu. Sang pemain berkata kasar kepada pelatih Raymond Domenech. Ketegangan dipicu masalah sepele, tetapi Anelka tidak mau meminta maaf sehingga terpaksa dicoret dari skuad.

Buntut dari kasus itu, para pemain menolak mengikuti sesi latihan dan masalah makin melebar ulah sejumlah pemain yang membeberkan aib kepada media. Tidak hanya itu, kapten tim, Patrice Evra, juga bersitegang dengan pelatih fisik, Robert Duverne. 

Timnas Prancis langsung tersingkir pada babak penyisihan grup Piala Dunia 2010. Tergabung di Grup A, Les Blues kalah oleh Afrika Selatan dan Meksiko, serta hanya memperoleh hasil imbang tanpa gol saat berhadapan dengan Uruguay.

Catatan buruk terjadi akibat kesatuan tim yang kurang harmonis. Pelatih Raymond Domenech sendiri dipecat pada 30 Juni 2010, sepekan setelah Les Bleus tersingkir dari turnamen.

3. Tidak berakhir di situ, Laurent Blanc juga sempat membuat kontroversi

Ketika Citra Sepak Bola dan Keragaman Etnis Berpadu di Timnas PrancisLaurent Blanc (twitter.com/talkSPORT)

Laurent Blanc mengambil alih kursi pelatih Timnas Prancis pada Juli 2010. Walau berhasil mengantongi 16 kemenangan dari total 27 pertandingan, Blanc pernah ketahuan rasis kepada para pesepak bola berkulit hitam. Melansir laman The Guardian, kritik Laurent Blanc kepada akademi sepak bola Prancis terekam saat bertemu dengan petinggi Federation Francaise de Football (FFF) pada 2011.

“Mereka benar-benar melatih prototipe pemain yang sama: besar, kuat, bertenaga. Apa yang saat ini besar, kuat, dan bertenaga? Orang kulit hitam. Begitulah adanya. Ini adalah fakta saat ini. Tuhan tahu bahwa di pusat pelatihan dan sekolah sepak bola ada banyak dari mereka," kata Blanc.

Perpecahan yang terjadi pada 2010 dan kontroversi Laurent Blanc terbukti tidak menghasilkan apa-apa bagi Timnas Prancis. Blanc sendiri hanya bertahan 2 tahun. Posisinya segera digantikan oleh Didier Deschamps pada Juli 2012.

Baca Juga: Skuad Resmi Timnas Prancis di Piala Dunia 202, Tanpa Tiga Andalan

4. Timnas Prancis adalah cerminan citra sepak bola yang berselimut keragaman etnis

Ketika Citra Sepak Bola dan Keragaman Etnis Berpadu di Timnas PrancisTimnas Prancis berhasil menjuarai Piala Dunia 2018 di Rusia. (twitter.com/FIFAWorldCup)

Identitas pribumi dan imigran telah menjadi perdebatan selama lebih dari 150 tahun di Prancis. Populasi imigran yang besar dianggap menganggu ketenangan penduduk asli. Ketegangan sosial, keresahan ekonomi, pandangan politik, agama, hingga rasisme masih marak hingga saat ini.

Meski begitu, anak-anak imigran mendobrak sepak bola. Walau tidak bisa lepas dari isu-isu sosial seperti perbedaan warna kulit, kehadiran generasi emas sejauh ini diterima dengan layak.

Pemain kulit hitam lebih menonjol di Timnas Prancis. Sebut saja Kylian Mbappe, Paul Pogba, N'Golo Kante, Samuel Umtiti, dan Ousmane Dembele. Mereka merupakan pemain kunci yang punya kontribusi besar.

“Ada banyak orang dari berbagai asal, itulah yang membuat Prancis begitu indah. Kami semua merasakan Prancis, kami senang mengenakan seragam ini,” kata Pogba dalam sebuah wawancara pada 2018.

Blaise Matuidi juga menambahkan bahwa keragaman yang mereka miliki adalah citra negara mereka yang indah. Ia dengan bangga mewakili Prancis.

Terlepas dari kekacauan yang pernah terjadi, Timnas Prancis dalam hal ini menunjukkan solidaritas antaretnis. Citra sepak bola malah terbangun dari keragaman etnis itu sendiri.

5. Filosofi persatuan yang dianut Didier Deschamps bawa Les Bleus juara

Ketika Citra Sepak Bola dan Keragaman Etnis Berpadu di Timnas PrancisDidier Deschamps bersama Timnas Prancis menjuarai Piala Dunia 2018 Rusia. (twitter.com/btsportfootball)

Tidak bisa dikesampingkan, talenta memang sangat penting. Akan tetapi, persatuan tim menjadi komitmen utama Didier Deschamps dalam melatih Timnas Prancis. Prospek kuat yang dibangunnya sukses membawa Les Bleus juara. 

Di bawah kepelatihan Deschamps, kemajuan perlahan terbukti. Timnas Prancis mencapai perempat final pada Piala Dunia 2014, jadi runner-up Piala Eropa 2016, puncaknya jadi juara Piala Dunia 2018, dan terbaru sukses merengkuh trofi UEFA Nations League 2021.

Filosofi persatuan yang dianut sang pelatih selaras dengan pengalaman yang diperolehnya sejak lama. Didier Deschamps merupakan kapten yang memimpin Timnas Prancis merenggut piala emas pada Piala Dunia 1998. 

Hanya ada tiga nama yang sukses menjuarai Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih. Mereka adalah Mario Zagallo (1958, 1962, dan 1970), Franz Beckenbauer (1974 dan 1990), dan Didier Deschamps (1998 dan 2018).

6. Apakah kesuksesan Timnas Prancis bisa terulang di Piala Dunia 2022 Qatar?

Ketika Citra Sepak Bola dan Keragaman Etnis Berpadu di Timnas PrancisTimnas Prancis berhasil menjuarai Piala Dunia 2018 di Rusia. (twitter.com/FIFAWorldCup)

Samuel Umtiti mencetak gol tunggal ke gawang Timnas Belgia yang membawa Timnas Prancis ke final Piala Dunia 2018. Diwarnai sedikit kontroversi, Prancis berhasil menaklukkan Kroasia di partai final dengan skor 4-2 dan keluar sebagai juara. 

Secara teknis, Timnas Prancis memang penuh dengan talenta. Nama-nama yang dibawa ke Rusia kala itu merupakan para pemain bintang dari klub top. Akan tetapi, seperti yang sudah dijelaskan, persatuan dan kerja tim menjadi ramuan utama.

Timnas Prancis untuk Piala Dunia 2022 Qatar masih memiliki kapasitas yang sama. Walau banyak wajah baru, Les Bleus tetap bermental juara. Terlebih, lini serang bakal diperkuat oleh Karim Benzema dan Christopher Nkunku yang sedang moncer. 

Kisah multikultural di Timnas Prancis mencerminkan bahwa sepak bola tidak sekadar olahraga. Citra sepak bola terasa lebih indah kala berpadu dengan keragaman entis yang ada.

Baca Juga: Menangkan Ballon d'Or, Karim Benzema Lebih Baik dari Thierry Henry?

Akromah Zonic Photo Verified Writer Akromah Zonic

"Sometimes to stay alive, you gotta kill your mind" (Tyler Joseph)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya