TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Isco Alarcon, dari Pemain Muda Terbaik Kini Menganggur Hampir 2 Bulan

Pemenang Golden Boy Award dengan karier terpayah?

Isco (instagram.com/iscoalarcon)

Dunia terbalik cukup cepat bagi Isco Alarcon. Sempat menjadi salah satu pemain muda bertalenta, kini ia justru berstatus tanpa klub. Pemain asal Spanyol itu terakhir kali bermain untuk Sevilla pada Desember 2022 lalu.

Karier Isco harus diakui menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir. Tentunya, ada beragam faktor yang menyebabkan sang pemain gagal berkembang, baik dari masalah eksternal maupun internal.

Berikut kisah Isco Alarcon dan kariernya yang redup terlalu cepat untuk ukuran seorang peraih Golden Boy Award.

1. Lahir dari keluarga sederhana 

Isco Alarcon (twitter.com/realmadrid)

Francisco Roman Alarcon Suarez, begitu nama lengkapnya, lahir di Benalmadena, Spanyol, pada 21 April 1992. Dilansir Sportmob, Isco lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya, Paco Alarcon, bekerja di hotel dan ibunya, Jenny Suarez, adalah seorang ibu rumah tangga. Meski lahir dan dibesarkan dari keluarga sederhana, hal tersebut tidak menyurutkan tekad Isco untuk menjadi pesepak bola profesional.

Karier sepak bola Isco dimulai di akademi PDM Benalmadena ketika usianya masih 5 tahun, lalu pindah ke Atletico Benamiel saat umur 7 tahun. Di sana, kualitas Isco mulai terlihat. Pemandu bakat Valencia kemudian kepincut dan memutuskan merekrutnya ketika masih berusia 14 tahun.

2. Valencia jadi tangga pertama dalam kariernya 

Isco (instagram.com/iscoalarcon)

Isco menghabiskan 3 tahun di akademi Valencia. Pada 2009 hingga 2011, sang pemain berhasil promosi ke tim Valencia B. Sebagai seorang gelandang, ia tampil impresif kala itu dengan mencatatkan 16 gol dari 52 pertandingan di lintas kompetisi.

Isco baru mendapatkan kepercayaan melakukan debut di tim senior pada 11 November 2010. Menghadapi UD Logrones di Copa del Rey, Isco bermain ciamik dengan mencetak dua gol dalam kemenangan 4-1. Sejak saat itu, namanya mulai dikenal publik Mestalla.

Baca Juga: Kaoru Mitoma dan Kejeniusannya Menyusun Tesis tentang Teknik Mendribel

3. Namanya makin melambung bersama Malaga 

Isco (kiri) ketika bermain untuk Malaga. (instagram.com/iscoalarcon)

Tidak berselang lama, Isco justru dibajak Malaga pada musim panas 2011. Ia menandatangani kontrak selama 5 tahun dengan biaya transfer senilai 6 juta euro atau Rp98 miliar. Musim pertama Isco di Malaga dilalui dengan gemilang.

Ia sukses menciptakan 5 gol dan 4 assist dari 35 pertandingan di lintas kompetisi. Berkat kontribusi besarnya itu, Malaga untuk pertama kalinya dalam sejarah berhasil lolos ke kompetisi Liga Champions.

Musim berikutnya performa Isco makin cemerlang dengan menyumbang 12 gol dan 6 assist dari 47 laga di berbagai ajang. Lebih hebatnya lagi, ia sukses memenangi penghargaan pemain muda terbaik Eropa pada tahun 2012.

Menurut surat kabar Tuttosport, Isco menjadi juara setelah meraih 137 suara. Ia saat itu mampu mengalahkan Stephan El Shaarawy (125 suara) dan Thibaut Courtois (116 suara). Penghargaan itu sekaligus menjadikan Isco sebagai pemain muda Spanyol kedua yang mampu meraihnya pada abad 21. Sebelumnya, Cesc Fabregas sukses memenanginya pada 2006 saat masih membela Arsenal.

4. Performanya naik-turun bersama Real Madrid 

Isco (instagram.com/iscoalarcon)

Berkat penampilan impresif selama 2 musim di Malaga, Isco langsung jadi salah satu komoditi panas pada tahun 2013. Malaga yang ketika itu tengah mengalami krisis finansial pun tidak berpikir lama untuk menjual gelandang andalannya ke Real Madrid seharga 30 juta euro atau Rp492 miliar.

Musim pertama sang pemain di Santiago Bernabeu berjalan tidak terlalu mengesankan. Carlo Ancelotti memang cukup sering memberikan kesempatan Isco tampil, tapi bukan sebagai pemain reguler. Musim itu, performa dan produktivitas gol Isco menurun dengan hanya mencetak 11 gol dari 53 pertandingan.

Nasib buruk makin dirasakan Isco ketika tim dilatih Rafael Benitez. Gelandang asal Spanyol itu makin terpinggirkan dari skuad utama. Untungnya, Benitez hanya setengah musim di Los Blancos. Posisi Benitez kemudian digantikan oleh Zinedine Zidane.

Di bawah Zidane, performa Isco mulai menanjak. Pada musim 2015/2016 sampai 2018/2019, ia mampu memainkan 171 laga dan mencetak 31 gol serta 30 assist. Sayangnya, pada musim berikutnya, Isco mulai kalah bersaing dan lebih sering duduk di bangku cadangan.

5. Hanya 4 bulan berseragam Sevilla 

Isco (sevillafc.es)

Karena penampilannya makin menurun di Real Madrid, Isco memilih hengkang ke Sevilla secara gratis pada Agustus 2022. Dengan segudang pengalaman yang dimiliki, sang gelandang diharapkan bisa memberikan dampak besar di Ramon Sanchez-Pizjuan.

Sayangnya, ia justru tidak kunjung menemukan performa terbaiknya. Kondisi Isco makin buruk setelah berselisih dengan pimpinan klub, Monchi. Alhasil, manajemen Sevilla memutuskan untuk melepasnya pada Desember 2022.

Baca Juga: 5 Pemain yang Membawa Union Berlin Tampil Apik pada Awal 2022/2023

Verified Writer

Auliyau Rohman

Orang biasa yang lagi butuh tidur.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya