TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Frank Schmidt dan Loyalitasnya kepada Heidenheim yang Berbuah Manis

Pelatih lokal kebanggaan

Frank Schmidt (instagram.com/fch_1846)

Pengembaraan hampir 16 tahun Frank Schmidt sebagai pelatih di FC Heidenheim berbuah manis. Klub yang jadi rumahnya saat masih jadi pemain beberapa dekade lalu itu akhirnya berkesempatan bermain di panggung tertinggi sepak bola Jerman. Sebuah bukti bahwa kesabaran dan ketekunan tak mengkhianatinya.

Schmidt bukan Will Still (Stade Reims) atau Xabi Alonso (Bayer 04 Leverkusen) yang bak pesulap—baru datang langsung membawa perubahan. Kisah sukses Schmidt di Heidenheim mirip dengan Christian Streich di SC Freiburg. Sebelum mempersembahkan prestasi mentereng, keduanya telah mengabdi belasan tahun di klub masing-masing.

Bedanya, ini akan menjadi musim perdana Heidenheim di Bundesliga Jerman. Pertanyaannya, bisakah Frank Schmidt menyamai prestasi Streich yang mampu mempertahankan prestasi Freiburg sejak kembali ke Bundesliga pada 2016? Mari kita analisa bersama!

Baca Juga: 5 Fakta Kesuksesan Promosi FC Heidenheim ke Bundesliga 2023/2024

1. Kebanggaan lokal; lahir, besar, dan berkarier di Heidenheim 

Frank Schmidt berdiri di depan banner yang dikibarkan suporter Heidenheim. (instagram.com/fch_1846)

Frank Schmidt bukan sosok asing di Heidenheim. Ia lahir dan besar di kota kecil yang diapit Stuttgart dan Muenchen itu. Namun, kariernya justru dimulai di Nurnberg, kota berjarak 134 km dari Heidenheim. Sebagian besar karier sepak bolanya ia habiskan dengan berkelana ke beberapa tim di Jerman dan Austria.

Baru pada usia 29 tahun, Schmidt mendarat di klub kota asalnya, FC Heidenheim. Ia berkarier di sana selama kurang lebih 4 tahun sebelum memutuskan pensiun pada 2007. Selepas gantung sepatu, Schmidt direkrut mengisi pos asisten pelatih tim utama. Hanya beberapa bulan, klub menaikkan pangkatnya jadi pelatih interim. Klub gagal mendapatkan pelatih baru dan mengontrak Schmidt sebagai kepala pelatih pada September 2007.

Usianya yang relatif masih muda, 33 tahun, tidak membuatnya kesulitan dapat respek. Liputan Deutsche-Welle pada 2020 menyebut, sang pelatih mampu membangun koneksi yang baik dengan para pemainnya sejak menjabat. Itu membuat banyak pemain yang mentas dari Heidenheim selalu memuji dan menaruh respek tinggi kepadanya.

Kerendahan hatinya terbukti saat konferensi pers usai timnya terkonfirmasi promosi ke Bundesliga. Schmidt yang dapat kejutan selebrasi dari para pemain terlihat tak nyaman dan langsung menegur anak asuhnya. Ia kemudian meminta maaf karena selebrasi tersebut terkesan tidak menghargai tim lawan Heidenheim, Regensburg, yang terelegasi.

2. Masa bakti 16 tahun membuatnya jadi pelatih paling awet di lima liga top Eropa

Frank Schmidt (instagram.com/fch_1846)

Kala itu Heidenheim masih berlaga di Oberliga, liga kasta keempat di Jerman. Oberliga kini jadi liga kasta kelima sejak diperkenalkannya 3. Liga pada 2008/2009. Namun, grafik prestasi Heidenheim di bawah komando Schmidt cukup baik.

Tim itu naik kasta secara perlahan, dari Regionaliga kemudian 3. Liga, 2. Bundesliga, dan akhirnya Bundesliga. Sejak Schmidt jadi pelatih, Heidenheim tak pernah merasakan pahitnya relegasi. Prestasi mereka di 2. Bundesliga pun cenderung konsisten, yakni langganan sepuluh besar.

Masa bakti Schmidt akan genap 16 tahun pada September 2023 nanti. Ini membuatnya jadi pelatih paling awet di liga sepak bola profesional Jerman. Ia menggeser Christian Streich yang dahulunya menempati posisi pertama dengan masa bakti 11,5 tahun. Ini juga sekaligus menjadikannya pelatih dengan masa pengabdian terlama di seluruh lima liga top Eropa berdasarkan data yang direkam Opta Analyst.

Baca Juga: 5 Pemain Jerman Tertajam di Bundesliga 2022/2023, Termasuk Musiala!

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya