Maulwi Saelan, Jaga Gawang Timnas Hingga Kawal Bung Karno
Inspirasi dari pejuang sepakbola dan kemerdekaan.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sepakbola selalu menghadirkan cerita-cerita yang menarik untuk diikuti. Termasuk cerita-cerita lain di luar lapangan. Pun begitu di Indonesia. Sebagai sebuah negara yang akrab dengan sepakbola dan perjuangan, Indonesia memiliki sekelumit cerita yang menarik untuk diikuti.
Kisah kali ini adalah cerita tentang seorang anak bangsa bernama Maulwi Saelan. Mencintai sepakbola sejak belia, dia juga harus mengangkat senjata demi mempertahankan kemerdekaan. Kedua dunia yang saling bertolak belakang. Namun, dari situlah, Maulwi mencapai pencapaian tinggi sebagai pesepakbola juga sebagai prajurit militer.
Awal karir penjaga gawang.
Sepakbola sepertinya telah menjadi bagian hidup bagi pria kelahiran Makassar, 8 Agustus 1926. Dilansir dari sejarahri.com, kala muda, ayahnya mendirikan klub sepakbola MOS di Makassar.
Maulwi pun mencoba peruntungan dengan bermain sebagai penjaga gawang. Tak disangka, bakatnya mulai terasah di klub itu. Pada usia 22 tahun, dia hijrah ke Jakarta untuk bergabung dengan klub Indonesia Muda, klub yang membawanya memperkuat tim Jakarta Raya yang akan berlaga di Pekan Olahraga Nasional (PON) I 1948 di Solo. Dari sini karir profesional sebagai pesepakbola dimulai. Selang lima tahun kemudian Maulwi menjadi kiper sekaligus kapten tim Sulawesi Selatan pada PON III di Medan.
Maulwi pun naik level menjadi pemain nasional. Debut pertamanya adalah saat timnas bertanding pada Asian Games 1951 di New Delhi. Ia juga dipercaya menjaga gawang tim Garuda pada Asian Games 1954 di Tokyo, Olimpiade 1956 Melbourne, Pra Piala Dunia 1958, dan beberapa laga persahabatan lain. Namanya semakin dikenal orang kala berhasil secara heroik menahan tim kuat Uni Soviet pada Olimpiade Melbourne 1956.
Setelah pensiun pada 1962, Maulwi tetap berkecimpung di dunia sepakbola tanah air. Pada 1964-1967, Maulwi dipercaya menjadi Ketua Umum PSSI. Bahkan aktifitasnya di PSSI masih berlangsung hingga tahun 1999.
Baca juga: Kisah Cinta yang Penuh Kesabaran dan Kesederhanaan Milik Bung Hatta dan Rahmi
Dalam buku biografinya yang berjudul "Penjaga Terakhir Soekarno", Maulwi mengisahkan kedekatannya dengan Bung Karno, mulai dari mengawal perjalanan dinas luar negeri hingga menjadi teman debat Soekarno di Istana Kepresidenan. Bahkan, Maulwi juga ikut mendampingi Soekarno dalam masa peralihan kekuasaan antara tahun 1965-1966.
Baca juga: Bukan Kebetulan, Tapi 10 Cerita Sejarah Ini Benar-benar Sama