TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hari Ibu: Kisah Andhika, Persebaya, dan Warung Kopi

Andhika merayakan hari ibu setiap hari. Bagaimana caranya?

Andhika Ramadhani, pemain Persebaya. (Website/persebaya.id)

Jakarta, IDN Times - Secara universal, Hari Ibu memang dirayakan pada 22 Desember. Namun, bagi penggawa Persebaya, Andhika Ramadhani, Hari Ibu merupakan sesuatu yang ia rayakan setiap hari.

Andhika merupakan salah satu pemain binaan asli Persebaya. Ia merupakan jebolan salah satu klub internal Persebaya, El Faza. Ia kemudian masuk jadi bagian dari skuat Persebaya U-20 yang sukses meraih gelar juara di ajang Liga 1 U-20 musim lalu.

Pada September 2020 silam, Andhika diorbitkan oleh Aji Santoso ke tim Persebaya senior. Siapa sangka, di tengah kesehariannya berlatih sebagai pemain Bajul Ijo, ia selalu merefleksikan Hari Ibu dengan caranya sendiri, yakni membantu ibunya berjualan setiap hari.

Apa saja yang dilakukan Andhika dalam membatu ibunya di sela-sela kesibukannya berlatih dengan Persebaya?

Baca Juga: Kontrak Pemainnya Habis Desember, Aji Segera Temui Manajemen Persebaya

1. Andhika membantu sang ibu menjaga warung kopi

Andhika Ramadhani, pemain Persebaya. (Website/persebaya.id)

Andhika adalah anak yatim. Sedari kecil, ia sudah ditinggalkan oleh sang ayah. Alhasil, ia hanya hidup bersama sang ibu. Ia juga belajar membagi waktu antara menemani sang ibu sekaligus menekuni karier sebagai pesepak bola.

Setiap hari, Andhika membantu sang ibu menjaga warung kopi. Di sela-sela rutinitas latihannya, ia selalu menyempatkan untuk menemani sang ibu di warung kopi. Ia mengaku rutinitas ini sudah dijalani sedari kecil.

"Saya sudah bantu ibu di warung sejak kecil. Waktu SD sih cuma bantu sedikit, nah pas sudah SMP sudah berani jaga warung sendiri," kata Andhika, dilansir situs resmi Persebaya.

"Alhamdulillah rutinitas ini tidak pernah mengganggu impian saya. Bahkan membuat saya lebih semangat dan disiplin, jadi tau jam. Kapan harus bantu orang tua, kapan harus serius mengejar karier," sambungnya.

2. Andhika tidak pernah minta upah jaga warung kopi kepada ibu

Persebaya.id

Meski rutin ikut menjaga warung kopi bersama sang ibu, ternyata Andhika tidak pernah meminta upah sepeser pun atas pekerjaannya tersebut. Ia murni ingin membantu orang tuanya.

Agar bisa mendapatkan uang, ia kadang mencari kerja ke tempat lain, termasuk membantu sang kakak. Nantinya, uang hasil kerja ini ia pakai untuk membeli perlengkapan main bola, seperti sepatu , sarung tangan, dan lain sebagainya.

"Saya tidak dibayar dan tidak minta bayaran jaga warung. Murni karena mau bantu orang tua. Saya cuma minta rida ibu saja, InsyaAllah yang lain lancar," ujar Andhika.

"Kalau urusan beli sepatu atau perlengkapan saya biasanya ikut-ikut kerja. Bisa bantu kakak atau ikut kerja di ruko sekitar warung," lanjut dia.

3. Memilih tinggal bersama ibu daripada di apartemen

Ilustrasi Apartemen (IDN Times/Anata)

Ketika seorang pemain masuk tim Persebaya senior, ia mendapatkan fasilitas untuk tinggal di apartemen. Namun, Andhika tak mengambil pilihan tersebut. Ia lebih memilih tinggal bersama sang ibu di rumahnya yang berada di daerah Tanjung Perak.

Padahal, jarak dari Tanjung Perak ke tempat latihan Persebaya di Sidoarjo terbilang jauh. Namun, Andhika bergeming. Ia lebih khawatir akan kondisi sang ibu yang sudah sepuh dan perlu ditemani di rumah.

"Saya waktu masih latihan kemarin ya tetap bantu ibu. Siang bantu jaga, agak sore berangkat ke tempat latihan. Jaraknya ya lumayan, tapi karena mungkin sudah biasa ya jadi gak terasa," bebernya.

"Saya juga gak berani tinggal di apartemen. Karena gak tega ibu di rumah sendiri, sudah sepuh soalnya," sambung Andhika.

Baca Juga: Persebaya dan PT LIB Tak Buka Identitas Pemain yang Positif COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya