TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Roses Derby, Duel Panas Man United Kontra Leeds Beraroma Kolosal

Persaingan Leeds dan United lebih dari sekadar sepak bola

Leeds vs Manchester United (Twitter.com/ManUtd)

Jakarta, IDN Times - Duel antara Manchester United vs Leeds United rampung dilaksanakan pada Minggu (20/12/2020) malam WIB. United menang dengan skor 6-2 atas tamunya di laga tersebut.

Namun, laga ini memiliki makna yang lebih dalam dari itu. Laga ini jadi penanda kembalinya Roses Derby, sebuah derbi yang terakhir kali terselenggara pada 2011 silam di ajang Piala Liga Inggris. Di laga itu, United menang 3-0 atas Leeds.

Apa sebenarnya Roses Derby ini? Apakah memang laga United vs Leeds memiliki tensi sepanas itu?

1. Sejarah singkat Roses Derby

Dahulu kala, daerah Yorkshire dan Lancaster terlibat dalam sebuah perang bernama Wars of the Roses. Perang ini merupakan sebuah serial perang saudara antara Yorkshire dengan lambang Mawar Putih dan Lancaster dengan lambang Mawar Merah dalam memperebutkan kekuasaan di Inggris selama abad ke-15.

Pertumpahan darah kerap terjadi dalam perang saudara antara York dan Lancaster ini. Salah satu perang yang memakan banyak korban terjadi di daerah Towton, yang disebut sebagai salah satu pertandingan paling berdarah sepanjang sejarah Inggris.

Dari sinilah, awal mula persaingan antara Leeds selaku perwakilan Mawar Putih dari Yorkshire, serta Manchester United selaku perwakilan Mawar Merah dari Lancaster, bermula. Setelahnya, persaingan melibatkan segala aspek, seperti industri, tata kota, bahkan hingga klub sepak bola.

Baca Juga: Roses Derby, Ini 5 Pemain Top yang Sempat Bela MU dan Leeds United

2. Bicara pertemuan, Manchester United lebih unggul

Sejak pertama kali bersua pada Januari 1923, Leeds dan United sudah saling sikut sebanyak 108 kali di semua ajang. United sukses mengemas kemenangan lebih banyak dari Leeds, yakni sebanyak 47 kali dan kalah 26 kali dari Leeds. Sisanya, 35 laga lain berakhir imbang.

United juga mencetak lebih banyak gol ke gawang Leeds, yakni 154 gol berbanding 109 gol milik Leeds. Dalam lima pertemuan terakhir di semua kompetisi, United juga menunjukkan dominasinya lewat tiga kemenangan atas Leeds.

Masa ketika Leeds dan United bersaing ketat terjadi di era 60-an. Ketika itu, United ditangani oleh Matt Busby yang sukses membawa Setan Merah bangkit usai tragedi Munich. Sedangkan Leeds, mereka diasuh oleh salah satu pelatih legendaris mereka, Don Revie.

Bahkan, pada musim 1964/95, pertemuan kedua tim di babak semifinal Piala FA di Hillsborough berakhir dengan keributan. Adegan saling tinju antara Jack Charlton dan Denis Law jadi penanda panasnya laga tersebut.

3. Persaingan yang kerap redup dan menyala

Tensi United-Leeds ini memang agak unik. Seringnya Leeds terdegradasi ke Second Division atau Divisi Championship membuat tensi keduanya bagaikan lampu yang kekurangan daya listrik. Kadang menyala, kadang meredup.

Pada 1982, Leeds terdegradasi dan baru kembali lagi ke First Division pada 1990, ketika mereka dilatih oleh Howard Wilkinson. Tensi yang sempat meredup di era 80-an, kembali meninggi di awal 90-an ini. Leeds bahkan sanggup menjuarai Liga Inggris pada musim 1991/92.

Ketika itu, Leeds diperkuat oleh sosok-sosok macam Gordon Strachan, Eric Cantona, David Batty, dan Lee Chapman. Setelahnya, United mampu bangkit, setelah Cantona dijual oleh Leeds ke United pada 1992. Mereka kembali menungguli Leeds.

Persaingan di dalam lapangan pun masih kerap terjadi antara pemain Leeds dan United, bahkan hingga 2001. Beberapa di antaranya yang terkenal adalah saling dendam antara Alf-Inge Haaland dan Roy Keane, perselisihan Ian Harte dan Fabien Barthez, lalu ribut-ribut antara Robbie Keane dan David Beckham.

Baca Juga: Secara Dramatis, Manchester United Akhirnya Tumbangkan Leeds 6-2

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya