Manchester City selama ini menjadi simbol utama permainan berbasis penguasaan bola. Namun, 2024/2025 menjadi babak yang sulit bagi pasukan Pep Guardiola. Absennya Rodri akibat cedera jangka panjang meruntuhkan stabilitas permainan mereka, mengingat peran vitalnya dalam menjaga tempo dan kontrol dalam skema build-up.
Guardiola secara terbuka mengakui timnya tidak lagi bisa “beristirahat dengan bola”, karena kehilangan kemampuan untuk menjalankan rangkaian umpan panjang yang biasa mereka andalkan. Lebih dari sekadar persoalan cedera, The Cityzens kini menghadapi kenyataan lawan-lawan mereka sudah makin siap dengan pendekatan man-marking agresif dan pressing tinggi yang efektif mematikan permainan berbasis posisi. Upaya Guardiola untuk beradaptasi, seperti mengandalkan umpan panjang dari Ederson Moraes ke lini depan, belum cukup untuk mengembalikan dominasi mereka.
Kemenangan Chelsea atas PSG dalam final Piala Dunia Antarklub menjadi penegasan, sepak bola modern menuntut tak sebatas penguasaan bola. Dengan intensitas tinggi, transisi cepat, dan fleksibilitas taktik, Chelsea menunjukkan bagaimana pendekatan baru bisa menaklukkan tim yang selama ini mengandalkan dominasi teritorial. Pelajaran ini relevan bagi tim-tim seperti Manchester City dan PSG. Tanpa kemampuan untuk bertransformasi, penguasaan bola hanya akan menjadi ilusi kontrol yang tidak menjamin kemenangan.
Meski demikian, bukan berarti era ball possession benar-benar berakhir. Strategi tersebut kini membutuhkan adaptasi. Kombinasi antara kontrol bola dan transisi cepat menjadi keharusan.
Guardiola dan pelatih PSG, Luis Enrique, menyadari hal ini dan harus membangun tim mereka dengan pendekatan yang lebih fleksibel. Mereka pun mulai mengakui pentingnya kedalaman skuad serta fleksibilitas taktik untuk menghadapi intensitas permainan modern, meskipun hal itu sempat bertentangan dengan prinsip awal mereka. Jika tim-tim penguasa bola tidak mampu beradaptasi, mereka hanya akan menjadi penguasa statistik, bukan penguasa hasil akhir.
Chelsea berhasil membuktikan strategi counter terhadap ball possession bukan sekadar teori. Dengan pressing tinggi, transisi cepat, dan eksekusi klinis, mereka menunjukkan sepak bola modern telah bergeser ke arah yang lebih dinamis dan vertikal. Era baru telah dimulai, dan penguasaan bola tak lagi menjadi satu-satunya kunci kemenangan.