Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Joao Pedro Bisa Menjadi Pembeda bagi Lini Serang Chelsea?

potret logo Chelsea (pexels.com/@simonreza)
potret logo Chelsea (pexels.com/@simonreza)
Intinya sih...
  • Joao Pedro memiliki potensi sebagai second striker atau false nine dengan kontribusi gol dan assist yang konsisten, serta kemampuan menciptakan peluang berbahaya dan dribel progresif yang tinggi.
  • Kedatangan Joao Pedro menambah persaingan di lini serang Chelsea yang sudah padat, namun profilnya yang unik memberi alasan kuat untuk dipertahankan demi stabilitas skuad.
  • Piala Dunia Antarklub 2025 menjadi ajang pembuktian bagi Joao Pedro untuk membuktikan kesiapannya dalam pola permainan Chelsea dan memperkuat posisinya di tim utama.

Chelsea mengonfirmasi kesepakatan senilai 60 juta pound sterling Rp1,3 triliun lebih untuk pembelian Joao Pedro dari Brighton & Hove Albion pada 29 Juni 2025. Pemain asal Brasil ini dikontrak selama 7 tahun hingga 2032 serta rencana tes medis di Amerika Serikat. Menjelang perempat final Piala Dunia Antarklub 2025, penyerang berusia 23 tahun itu direncanakan langsung bergabung dan berpotensi melakoni debut kontra Palmeiras di Philadelphia.

Keputusan agresif ini memicu pertanyaan, apakah Pedro sekadar tambahan kandidat di antara tumpukan penyerang atau justru kepingan terakhir yang dicari Enzo Maresca? Musim panas ini saja, The Blues sudah menghabiskan sekitar 170 juta pound sterling (Rp3,8 triliun) untuk talenta muda, di luar belanja musim‑musim sebelumnya yang juga masif. Riuhnya pergerakan bursa transfer membuat peran unik Pedro patut dibedah secara mendalam.

1. Joao Pedro jadi sosok ideal sebagai second striker atau false nine

Chelsea kerap membeli penyerang muda, tetapi kedatangan Joao Pedro membawa paket berbeda. Dalam 2 musim di Brighton & Hove Albion, ia mengoleksi 30 gol dan 10 assist dari 70 laga berbagai ajang, menunjukkan konsistensi tanpa menjadi finisher tunggal. Subjek ini menegaskan reputasinya sebagai pemain serbabisa alih‑alih target‑man klasik.

Pedro beroperasi sebagai second striker atau false nine yang turun menjemput bola, memprogresi serangan, lalu membuka ruang untuk rekan‑rekan sayapnya. Skema Enzo Maresca yang bergantung kepada sirkulasi vertikal membutuhkan sosok penghubung antara lini kedua dan ketiga. Peran ini cocok dengan kecenderungan Pedro yang kerap mundur ke lini tengah guna menerima bola yang dikombinasi dengan pergerakan tanpa bola yang baik.

Menurut data The Athletic, kontribusinya memang tak terlihat melalui gol. Di English Premier League 2024/2025, ia menorehkan 10 gol dan 6 assist dalam 1.953 menit, setara rata‑rata 0,22 gol nonpenalti per 90 menit dengan kemampuan menciptakan peluang berbahaya di persentil ke-92 dan dribel progresif di persentil ke-79 di antara semua penyerang di tujuh liga top Eropa. Karakteristiknya mengingatkan kepada Roberto Firmino pada masa jayanya Liverpool. Ia bukan eksekutor utama, melainkan fondasi yang menyatukan ritme serangan.

Contoh konkret muncul saat melawan Leicester City pada April 2025. Pedro turun menerima umpan Carlos Baleba, memutar tubuh, lalu mengirim umpan terobosan presisi kepada Simon Adingra yang berlari memotong dari sayap. Aksi seperti inilah yang membuat Pedro menonjol di mata Maresca, terutama ketika The Blues kerap kesulitan membongkar blok rendah lawan.

2. Kebiasaan Chelsea menumpuk pemain jadi tantangan bagi Joao Pedro

Lini serang Chelsea saat ini sudah dipenuhi banyak nama, seperti Nicolas Jackson, Christopher Nkunku, Mykhailo Mudryk, Noni Madueke, Pedro Neto, Marc Guiu hingga rekrutan baru, Jamie Gittens dan Liam Delap. Selain itu, masih ada sejumlah pemain yang kemungkinan akan dilepas, seperti Raheem Sterling, Joao Felix, dan Armando Broja. Masuknya Joao Pedro tentu membuat persaingan memperebutkan waktu bermain makin ketat.

Pihak manajemen menganggap kedalaman skuad sangat penting untuk menghadapi jadwal padat di berbagai kompetisi, seperti Liga Champions Eropa dan Piala Dunia Antarklub. Selain itu, kedalaman ini dibutuhkan untuk mendukung gaya permainan penguasaan bola tinggi ala Enzo Maresca. Meski begitu, tetap saja, hanya ada sebelas tempat di lapangan, sehingga pemilihan pemain utama harus cermat agar tak menghambat perkembangan talenta muda.

Tumpang tindih profil antara Pedro dan Nkunku mungkin saja terjadi. Keduanya versatile forward. Kehadiran salah satunya berpotensi memaksa salah satu yang lain hengkang demi keseimbangan skuad. Tekanan Financial Fair Play (FFP) membuat Chelsea juga wajib cermat menjual pemain karena kegagalan rotasi bisa berujung ketidakstabilan ruang ganti. Dalam situasi ini, kemampuan Pedro sebagai pencipta serangan sekaligus finisher sekunder justru memberi alasan kuat untuk mempertahankannya ketimbang opsi lain yang hanya menawarkan dimensi tunggal.

3. Piala Dunia Antarklub 2025 bisa jadi ajang pembuktian Joao Pedro

Joao Pedro dilaporkan telah masuk daftar skuad Chelsea untuk Piala Dunia Antarklub 2025. Ia berpeluang menjalani debut langsung di perempat final melawan Palmeiras. Turnamen ini menjadi ajang yang tepat bagi Enzo Maresca untuk menguji seberapa cepat Pedro mampu beradaptasi dengan pola pergerakan tim dalam fase build-up.

Rekam jejak musim lalu menunjukkan kesiapan. Sejak bergabung dengan Brighton & Hove Albion pada 2023, ia mengakhiri musim dengan mencatatkan total 40 kontribusi gol dari 70 pertandingan. Kematangan tersebut, dipadu tiga caps Timnas Brasil sejak debutnya pada November 2023, yang membuatnya terbiasa dengan tekanan kompetisi internasional.

Dalam ekosistem Chelsea, Pedro diharapkan bertindak sebagai penghubung bagi Cole Palmer di lini tengah kreatif dengan wide-attacker seperti Mykhailo Mudryk atau Pedro Neto. Analisis internal klub menilai ia memiliki atribut lengkap berkat intensitas pressing serta kecakapannya membaca ruang di half-space kiri. Apabila sukses di turnamen ini, dengan melayani striker serta menciptakan dominasi di sepertiga akhir, Pedro akan segera mengukuhkan tempat utama dan membuktikan kehadirannya merupakan langkah yang tepat.

Chelsea memang telah menimbun penyerang, tetapi Pedro hadir dengan profil menjanjikan yang menyatukan kreativitas, mobilitas, dan efisiensi ruang. Jika bisa memanfaatkan panggung Piala Dunia Antarklub 2025 untuk mensinergikan atribut‑atribut itu, maka keraguan fans akan berubah menjadi pembuktian ia benar‑benar pembeda baru di Stamford Bridge.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us