Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
lapangan sepak bola (pexels.com/Pixabay)

Intinya sih...

  • Pemain bintang kembali ke Eropa setelah petualangan singkat di Arab Saudi

  • Jordan Henderson, Jota, Seko Fofana, dan Jhon Duran memutuskan untuk kembali ke Eropa karena berbagai alasan, termasuk adaptasi sulit, tekanan kompetitif rendah, dan kenyamanan.

  • Alasan lainnya adalah atmosfer liga yang tidak sesuai dengan ekspektasi awal serta faktor non-teknis seperti adaptasi budaya dan keterbatasan interaksi sosial.

Geliat sepak bola di Arab Saudi makin terlihat sejak klub-klub Saudi Pro League mendatangkan sejumlah pemain bintang dengan nilai kontrak fantastis. Sosok seperti Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, hingga Neymar Jr menjadi bagian dari proyek besar yang bertujuan mengangkat pamor liga domestik. Kehadiran mereka membawa perhatian dunia dan meningkatkan eksposur kompetisi yang sebelumnya jarang disorot secara global.

Meski kedatangan mereka sempat menciptakan euforia, sejumlah pemain memutuskan untuk kembali ke Eropa setelah menjalani musim yang tergolong singkat. Proses adaptasi, kualitas permainan, dan ritme kompetisi menjadi beberapa faktor yang memengaruhi keputusan tersebut. Fenomena ini menunjukkan adanya dinamika dalam dunia sepak bola yang bukan hanya dipengaruhi nilai kontrak, melainkan juga kenyamanan, visi karier, dan keinginan untuk tetap berada di level kompetitif tertinggi.

1. Jordan Henderson kembali ke Eropa setelah setengah musim yang hambar di Arab Saudi

Jordan Henderson sempat menjadi sorotan ketika meninggalkan Liverpool pada Juli 2023 untuk bergabung dengan Al Ettifaq di Liga Pro Saudi. Kepindahan itu menuai kontroversi karena ia dikenal sebagai pendukung vokal hak-hak LGBTQ+, sementara Arab Saudi memiliki kebijakan yang bertentangan. Meski digaji sekitar 350 ribu pound sterling atau sekitar Rp8 miliar per minggu, Henderson kesulitan beradaptasi dengan atmosfer kompetisi dan kehidupan di luar lapangan.

Kurang dari 6 bulan berselang, ia memutuskan untuk mengakhiri kontraknya dan bergabung dengan Ajax Amsterdam pada musim dingin 2024. Di sana, ia dipercaya sebagai kapten dan membawa pengalaman kepemimpinan yang sempat hilang dari ruang ganti klub tersebut. Namun, pada musim panas 2025, Henderson resmi kembali ke English Premier League setelah menandatangani kontrak dengan Brentford dengan durasi kerja sama hingga 2027.

2. Jota kembali ke Celtic setelah perjalanan penuh tekanan di Al Ittihad

Jota, winger asal Portugal yang mencuri perhatian bersama Celtic, memutuskan untuk mencoba tantangan baru di Saudi Pro League bersama Al Ittihad pada musim panas 2023. Transfer senilai sekitar 25 juta pound sterling atau sekitar Rp547 miliar ini sempat dipandang sebagai langkah strategis klub Arab Saudi untuk mendongkrak daya saing lewat pemain muda berbakat dari Eropa. Namun, situasi di sana tidak berjalan sesuai ekspektasi. Pemain bernama lengkap João Pedro Neves Filipe ini hanya tampil 2 kali di Saudi Pro League dan 1 kali di Liga Champions Asia dengan menit bermain yang sangat terbatas. Dilansir BBC, ia bahkan tidak didaftarkan dalam skuad utama untuk paruh musim kedua sehingga membuat posisinya makin tidak menentu di tengah skuad yang penuh bintang seperti Karim Benzema dan N'Golo Kanté.

Kondisi tersebut memicu spekulasi kepulangannya ke Eropa. Pada Januari 2025, Celtic menyambutnya kembali ke Skotlandia. Kepulangannya langsung menciptakan atmosfer positif di ruang ganti dan Celtic Park. Pada periode keduanya, ia mencetak gol penutup dalam kemenangan 3-1 atas Motherwell pada menit ke-94 dan seolah memberi pesan dirinya belum kehilangan sentuhan magis di Skotlandia. Sejak saat itu, perannya mulai kembali dan diperkuat peran sang pelatih, Brendan Rodgers, terutama dalam membangun kembali lini serang yang sempat kehilangan konsistensi selama kepergiannya.

3. Seko Fofana kembali ke Ligue  1 dengan kontrak permanen usai dua kali dipinjamkan dari Al-Nassr

Seko Fofana direkrut Al Nassr dari RC Lens pada musim panas 2023 dengan nilai transfer mencapai 25 juta euro atau sekitar Rp475 miliar. Fofana merupakan bagian dari proyek besar klub Arab Saudi yang ingin mendatangkan pemain-pemain top Eropa untuk memperkuat lini tengah. Fofana datang dengan reputasi kuat sebagai motor permainan di Ligue 1 Prancis, tetapi harapan tinggi itu tidak sepenuhnya terwujud di Arab Saudi. Ia kesulitan menyatu dengan pola permainan yang jauh berbeda dari yang ia jalani di Prancis, baik dari segi intensitas maupun struktur tim. Setelah paruh musim pertama yang tidak berjalan mulus, Fofana kemudian dipinjamkan kepada Al Ettifaq pada Januari 2024 untuk mendapatkan waktu bermain yang lebih stabil, meski hasilnya tetap belum memuaskan.

Dilansir Planet Football, setelah 1 tahun penuh berada di kompetisi yang tak kunjung memberinya ruang optimal, Rennes datang sebagai penyelamat pada awal 2025 dan memboyongnya kembali ke Ligue 1 dengan nilai transfer sekitar 20 juta euro atau sekitar Rp380 miliar. Angka ini menjadikannya salah satu penjualan terbesar dalam sejarah Saudi Pro League. Di Rennes, Fofana langsung dipercaya mengisi peran sentral di lini tengah dan menunjukkan performa yang kembali stabil. Dalam 15 penampilan awalnya bersama Rennes, ia mengantarkan 8 kemenangan dan mampu menjaga intensitas permainan tim di lini tengah.

4. Jhon Duran kembali ke Eropa lewat status pinjaman ke Fenerbahçe

Jhon Duran bergabung dengan Al Nassr pada musim dingin 2025 setelah tampil menjanjikan bersama Aston Villa di English Premier League. Klub asal Arab Saudi itu mendatangkannya dengan biaya 77 juta euro atau sekitar Rp1,5 triliun. Duran sempat menunjukkan ketajamannya dengan mencetak dua gol dalam pertandingan debut dan menutup musim dengan catatan 12 gol dari 18 penampilan di berbagai ajang. Meski begitu, adaptasinya di dalam tim tidak berlangsung mulus. Ia kerap kesulitan menyesuaikan diri dengan gaya bermain rekan-rekannya dan sistem taktik yang diterapkan.

Pada musim panas 2025, Al Nassr mengumumkan Duran dipinjamkan kepada Fenerbahçe selama 1 musim penuh. Klub Turki itu sepakat untuk menanggung seluruh gajinya, yang disebut-sebut mendekati angka 300 ribu pound sterling atau sekitar Rp6 miliar per pekan. Kembalinya Duran ke Eropa membuka peluang baginya untuk kembali bermain di liga yang memiliki tekanan kompetitif tinggi dan pola permainan yang lebih akrab dengan kemampuannya sebagai penyerang muda. Di Fenerbahçe, ia diharapkan menjadi andalan di lini depan dan menemukan kembali stabilitas yang belum sempat ia raih selama berkarier singkat di Timur Tengah.

5. Tekanan kompetitif dan atmosfer liga menjadi alasan utama arus balik pemain ke Eropa

Kembalinya sejumlah pemain bintang dari Arab Saudi ke Eropa dalam waktu singkat mengindikasikan adanya ketidaksesuaian antara ekspektasi awal dan realitas yang mereka hadapi. Bagi banyak pemain, perpindahan ke Arab Saudi awalnya dipicu tawaran gaji tinggi dan proyek ambisius klub. Namun, setelah beberapa bulan, atmosfer pertandingan yang minim tekanan, kualitas lawan yang tidak merata, dan rendahnya intensitas kompetisi membuat mereka kehilangan motivasi. Selain berdampak kepada performa di lapangan, hal ini juga memengaruhi kesiapan fisik dan mental yang dibutuhkan untuk tetap bersaing di level tertinggi.

Di sisi lain, faktor nonteknis juga turut berperan besar. Adaptasi budaya, keterbatasan interaksi sosial, serta rutinitas latihan yang tidak seintens di Eropa menjadi kendala yang cukup menyulitkan. Sejumlah pemain bintang tersebut kembali ke klub-klub Eropa bukan karena gagal secara individu, melainkan karena menyadari pentingnya bermain dalam sistem yang menantang dan kompetitif untuk menjaga kualitas serta kontinuitas karier. Kembali ke Eropa berarti kembali ke lingkungan yang mendukung perkembangan profesional, terutama bagi mereka yang masih ingin memperjuangkan tempat di tim nasional atau mempertahankan level permainan pada fase akhir kariernya.

Fenomena arus balik pemain bintang dari Arab Saudi ke Eropa dalam waktu singkat menunjukkan, kemegahan finansial belum tentu sejalan dengan kebutuhan profesional seorang pesepak bola. Di tengah ambisi besar klub-klub Arab Saudi dan sekitarnya, banyak pemain justru merindukan tekanan kompetitif, atmosfer penuh gairah, dan kestabilan sistem yang hanya bisa mereka temukan di Eropa. Kepulangan ini menjadi cara mereka untuk menjaga konsistensi performa dan tetap berada dalam orbit persaingan yang relevan di level tertinggi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team