Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bagaimana Kevin de Bruyne Membentuk Standar Baru Playmaker Modern?

potret logo Manchester City (unsplash.com/bradenh13)

Laga antara Manchester City dan AFC Bournemouth pada Rabu (21/5/2025) lalu menjadi laga perpisahan bagi Kevin de Bruyne. Gelandang asal Belgia itu menjalani pertandingan terakhirnya di Etihad Stadium dengan penuh haru setelah 1 dekade mempersembahkan kejayaan bagi The Cityzens. Selama 10 tahun berseragam biru langit, ia melambangkan dominasi dan kreativitas di lini tengah.

Dalam kurun waktu tersebut, De Bruyne telah menjelma sebagai ikon playmaker modern yang mengandalkan keindahan teknik, presisi, dan efisiensi. Ia menjauh dari gambaran klasik seorang nomor 10 dan mewakili paradigma baru dalam permainan sepak bola modern. Bisa dibilang, ia telah merevolusi peran gelandang kreatif dan meletakkan standar baru dalam kreativitas.

1. Kevin De Bruyne jadi salah satu pelopor peran playmaker modern

Playmaker klasik seperti Zinedine Zidane, Dennis Bergkamp, atau Juan Roman Riquelme dikenal karena posisinya yang berada tepat di belakang penyerang. Mereka bermain di ruang antarlini yang mengatur tempo permainan dengan kebebasan penuh tanpa banyak terlibat dalam fase defensif. Fungsi utama mereka adalah menyuplai bola terakhir yang bisa dikonversi menjadi gol, tanpa keharusan aktif dalam transisi maupun bertahan.

Masuknya Pep Guardiola ke English Premier League (EPL) pada 2016 membawa perubahan radikal dalam skema lini tengah Manchester City. Pelatih asal Spanyol itu memperkenalkan peran free 8, saat dua gelandang serang, Kevin De Bruyne dan David Silva, ditempatkan di depan satu holding midfielder dan diberi tanggung jawab dua arah. Mereka tidak hanya kreator, tetapi juga pelari, pengejar bola, dan penghubung antarlini.

De Bruyne lahir sebagai pelopor dari peran baru ini. Ia tampil sebagai gelandang pekerja keras yang mampu menciptakan peluang, memimpin pressing, membantu bertahan, dan mencetak gol dari lini kedua. Pendekatan ini menandai perubahan dari peran estetis menuju efisiensi dalam permainan modern sekaligus menuntut stamina dan kecerdasan taktis lebih tinggi.

2. Kevin De Bruyne mampu membangun serangan dari segala sudut

Kevin De Bruyne memiliki variasi umpan yang luar biasa dan sulit ditiru. Ia dikenal lewat umpan silang ke tiang jauh dari sisi kanan kotak penalti yang kerap menjadi gol melalui penyelesaian klinis dari striker seperti Sergio Aguero, Gabriel Jesus, hingga Erling Haaland. Tak hanya itu, ia pun piawai melepaskan through-ball lurus yang menembus dua hingga tiga garis pertahanan lawan serta cut-back tajam yang diarahkan ke kotak penalti.

Selain itu, kreativitasnya terlihat dari penggunaan kaki luar untuk melepaskan umpan silang dari posisi sempit serta cukilan bola ringan untuk memanfaatkan ruang di belakang bek. Fleksibilitas ini menjadikan De Bruyne sebagai ancaman konstan di tiap sudut lapangan. Ia mampu mengadaptasi jenis umpannya sesuai dengan karakter rekan setim, baik itu Aguero, Jesus, hingga Haaland.

Pep Guardiola tak ragu untuk menyatakan hanya Lionel Messi yang memiliki kemampuan umpan lebih baik dibanding De Bruyne selama karier kepelatihannya. Bagi Guardiola, selain hadir lewat statistik assist, kontibusinya juga bisa dilihat melalui kualitas umpan yang membuka pertahanan lawan dan menciptakan momentum dalam pertandingan. Hal ini menjadikan dirinya bukan sekadar pengumpan, melainkan juga sekaligus arsitek permainan sejati.

3. Kevin De Bruyne mengoleksi assist terbanyak kedua dengan rasio tertinggi di Premier League

Sepanjang 10 musim berseragam Manchester City, Kevin De Bruyne mencatatkan total 169 assist dan 106 gol dalam 413 pertandingan di semua kompetisi. Dilansir laman resmi Premier League, ia menyumbang 118 assist, hanya kalah dari Ryan Giggs (162). Namun, ia memiliki rasio terbaik dengan 1 assist tiap 177 menit. Ia juga mencetak 70 gol di liga yang menjadikannya salah satu gelandang paling produktif.

Konsistensinya terbukti melalui raihan tiga Playmaker of the Season dan total 19 trofi untuk Manchester City, termasuk 6 gelar juara Premier League dan 1 gelar juara Liga Champions Eropa. Pencapaian terbaiknya datang pada 2019/2020 ketika mencatatkan 20 assist, menyamai rekor Thierry Henry dalam 1 musim. Sayangnya, satu assist yang dianulir membuatnya gagal melampaui rekor itu, sesuatu yang masih ia sesalkan hingga kini.

Tak hanya dalam pertandingan biasa, De Bruyne kerap tampil luar biasa di laga-laga penting. Salah satu gol krusialnya saat melawan Real Madrid pada semifinal leg pertama Liga Champions 2022/2023 menjadi bukti ia adalah pemain dalam laga besar. Bukan hanya seorang kreator, statistik ini juga menunjukkan ia merupakan finisher serangan yang terampil.

4. Gaya permainan Kevin De Bruyne kini jadi standar gelandang modern

Pengaruh Kevin De Bruyne terhadap permainan modern sangat terasa. Ia membuka jalan bagi munculnya tipe gelandang serbaguna yang cakap dalam menciptakan peluang sekaligus memiliki fisik tangguh, mobilitas tinggi, serta kecerdasan taktis. Pada era sepak bola berintensitas tinggi, ia merupakan contoh ideal bagi peran gelandang ofensif modern.

Generasi baru seperti Florian Wirtz, Martin Odegaard, hingga Jude Bellingham mengadopsi gaya permainan yang menuntut mereka untuk kreatif, fleksibel, dan aktif dalam semua fase permainan. Mereka adalah kombinasi unik antara seniman dan petarung di atas lapangan hijau. De Bruyne telah membuktikan, gelandang ofensif tak harus diberi perlakuan khusus. Ia bisa berperan dalam menyatukan sistem tim secara menyeluruh.

Warisan De Bruyne juga terlihat dalam perannya di Timnas Belgia. Selama lebih dari 1 dekade, ia menjadi pusat kreativitas Generasi Emas Belgia. Meski tak membawa pulang trofi kejuaraan, dirinya tetap layak dijadikan ikon permainan efektif, cerdas, dan taktis yang menginspirasi generasi muda Belgia.

Ketika berbicara tentang standar playmaker modern saat ini, nama Kevin De Bruyne selalu menjadi referensi utama. Ia telah menetapkan tolok ukur baru tentang bagaimana seorang gelandang kreatif harus bermain, berpikir, dan berkontribusi dalam dunia sepak bola yang semakin kompetitif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us