Manajer Chelsea Thomas Tuchel mencium trofi Liga Champions usai babak final Liga Champions di Estadio do Dragao, Porto, Portugal, Sabtu (29/5/2021) waktu setempat. Gol tunggal Kai Havertz pada menit ke-42 ke gawang The Citizens bawa The Blues jadi juara Liga Champions. ANTARA FOTO/Michael Steel/Pool via REUTERS
Apa yang didapat Chelsea di musim 2020/21 ini, bisa dibilang, merupakan kesuksesan dari metode potong tenggorokan (cut throat) yang mereka lakukan. Sejak diambil alih oleh taipan minyak asal Rusia, Roman Abramovich, Chelsea sering memecat manajer.
Meski terdengar kejam, metode potong tenggorokan ini justru kerap membawa Chelsea meraih trofi-trofi bergengsi. Ambil contoh insiden di musim 2011/12. Villas-Boas yang dianggap gagal langsung dipecat, dan digantikan oleh Di Matteo.
Di Matteo membawa Chelsea meraih trofi Liga Champions pertama sepanjang sejarah klub. Musim selanjutnya, situasi potong tenggorokan ini terjadi lagi. Di Matteo dipecat, dan penggantinya, Rafael Benitez, membawa Chelsea juara Liga Europa 2012/13.
Tuchel juga sejatinya adalah manajer yang merupakan hasil potong tenggorokan di Chelsea. Pada pertengahan musim 2020/21, dia datang menggantikan Lampard yang dipecat. Siapa sangka, Tuchel justru membawa Chelsea menjuarai Liga Champions.
Tidak sampai di situ, Tuchel juga berhasil mendaratkan gelar Piala Super Eropa kedua untuk Chelsea pada 2021. Namun, Tuchel tetap harus waspada. Sekalinya dia gagal membawa Chelsea berprestasi musim ini, bisa jadi dia akan jadi korban potong tenggorokan selanjutnya.