Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Emirates Stadium (pexels.com/huyphan)

Intinya sih...

  • Gabriel Jesus dan Kai Havertz mencetak 3 gol saat Arsenal mengalahkan Crystal Palace 5-1 dalam English Premier League.
  • Arteta menyebut kombinasi Jesus dan Havertz membuat pertahanan Arsenal menjadi rapuh, meskipun mereka berhasil mencetak gol.
  • Pertandingan melawan Crystal Palace adalah kali pertama Jesus dan Havertz bermain bersama tanpa Declan Rice, yang membuat lini belakang Arsenal terlalu agresif.

Gabriel Jesus dan Kai Havertz menjadi 2 di antara 4 pencetak gol Arsenal kala membantai Crystal Palace dengan skor 5-1 dalam matchday ke-17 English Premier League (EPL) 2024/2025, Sabtu (21/12/2024) malam WIB, di Selhurst Park, London, Inggris. Keduanya mencetak tiga gol The Gunners pada babak pertama. Jesus menjadi pemain yang sukses mengemas brace.

Kontribusi keduanya tersebut ikut mengantarkan Arsenal meraih kemenangan terbesar di EPL pada musim ini. Namun, menariknya, setelah pertandingan, sang pelatih, Mikel Arteta, justru mengevaluasi mereka berdua secara spesifik. Sosok asal Spanyol itu menyebut ada dampak negatif di balik kombinasi mereka yang begitu positif dalam pertandingan ini.

1. Lini pertahanan jadi rapuh

Sebelum pertandingan, Arteta cukup dibuat pusing untuk menentukan pemain mana yang akan mengisi lini depan. Ia akhirnya memutuskan untuk memainkan Jesus berkat performanya pada pertandingan terakhir. Rabu (18/12/2024) lalu, penyerang asal Brasil itu baru saja mencetak hattrick ke gawang Crystal Palace pada babak perempat final Piala Carabao. 

Seperti diketahui, posisi penyerang utama Arsenal biasanya memang diisi oleh Kai Havertz. Pada pertandingan semalam, kepercayaan Arteta kepada Havertz pun tidak tergoyahkan meski posisi ujung tombak sudah ditempati oleh Jesus. Gelandang asal Jerman itu ditaruh di lini tengah untuk menggantikan Declan Rice yang diminta duduk di bangku cadangan.

Hasilnya, seperti sudah disebutkan di atas, mereka berdua berhasil menyumbang kombinasi tiga gol. Namun, Arteta tidak memungkiri bahwa kehadiran mereka secara bersamaan di lapangan sejak awal pertandingan memberi dampak negatif untuk sisi pertahanan. Arteta menyebut bahwa kombinasi Jesus dan Havertz membuat tim menjadi terlalu agresif dalam menyerang sehingga lini belakang pun menjadi lebih rapuh.

Sebagai bukti, pada pertandingan ini, Crystal Palace sebetulnya bisa melepaskan enam tembakan tepat sasaran, sama seperti yang dibuat oleh Arsenal. Mereka terselamatkan dari kebobolan lebih banyak gol berkat penampilan heroik dari sang kiper, David Raya. Setidaknya, ada dua peluang milik Crystal Palace yang rasa-rasanya pasti menjadi gol jika bukan Raya yang berdiri di bawah mistar gawang Arsenal.

2. Declan Rice jadi solusi

Pertandingan melawan Crystal Palace sebetulnya bukan jadi kali pertama Jesus dan Havertz bermain bersama sejak awal. Sebelumnya sepanjang musim ini, mereka sudah melakukannya tiga kali. Hasilnya, Arsenal tidak pernah terkalahkan. Mereka bermain imbang melawan Atalanta (0-0, 19 September 2024), membungkam Southampton (3-1, 5 Oktober 2024), dan menaklukkan Shakhtar Donestk (1-0, 22 Oktober 2024).

Lalu, mengapa Arteta mengeluh usai pertandingan melawan Crystal Palace? Jawabannya adalah karena Jesus dan Havertz tidak ditemani oleh Rice pada pertandingan tersebut. Ya, ini memang menjadi laga perdana di mana Jesus dan Havertz bermain bersama sejak awal di mana Rice tidak ikut menjadi starting.

Seperti telah dijelaskan di atas, keseimbangan Arsenal pada pertandingan ini pun hilang. Arteta akhirnya kembali ke setelan awal. Pada menit 58, ia memasukkan Rice dan menarik keluar Havertz.

Menurutnya, permainan mereka menjadi lebih stabil, tetapi ancaman di depan gawang lawan juga tidak mengendur. Terbukti, ada dua gol yang tercipta setelah pergantian tersebut. Bahkan, Rice mencetak salah satunya (satu gol lain dicetak oleh Gabriel Martinelli).

Dalam skema permainan Arsenal, Rice memang bertugas sebagai gelandang box-to-box. Kualitas fisiknya membuat mereka menjadi lebih bertenaga. Hal tersebut menjadi penawar yang sempurna ketika Arteta menginginkan agresivitas tinggi dengan memainkan Jesus dan Havertz secara berbarengan.

3. Kombinasi Jesus dan Havertz bakal dipertahankan atau ditinggal?

Dengan situasi seperti ini, nasib kombinasi Jesus dan Havertz pun menjadi topik yang menarik. Apakah Arteta akan tetap memainkan keduanya secara bersamaan atau tidak? Jika iya, bagaimana komposisi tim mereka? Jika tidak, siapa yang akan dipasang sebagai penyerang?

Jika berkaca ke pembahasan di atas, untuk skenario pertama, Mikel Arteta tampaknya tidak akan pernah lagi meninggalkan Gabriel Jesus dan Kai Havertz di lapangan tanpa dijaga oleh Declan Rice. Jika itu terjadi, maka satu-satunya opsi yang ia punya adalah dengan memainkan Rice sebagai gelandang jangkar. Dengan begitu, Thomas Partey yang biasanya mengisi posisi tersebut pun menjadi pemain yang harus dikorbankan.

Ya, gelandang asal Ghana itu memang menjadi pemain yang paling mungkin untuk ditarik. Pasalnya, satu dari tiga tempat di lini tengah memang sudah pasti menjadi milik sang kapten, Martin Odegaard. Seperti yang pernah ditegaskan oleh Arteta, playmaker asal Norwegia itu merupakan ruh tim. Tak hanya di dalam, tetapi juga di luar lapangan. 

Kemudian, untuk skenario kedua, Arteta juga punya tugas berat untuk memilih Jesus atau Havertz. Seperti telah disebutkan di atas, Havertz sebetulnya menjadi pemain utama untuk posisi penyerang. Sejak dibeli dari Chelsea pada awal musim 2023/2024, pemain berkaki kidal itu memang menjdi pemilik tempat tersebut.

Hingga kini, Havertz tercatat telah mencetak 25 gol dari 75 pertandingan. Jesus juga telah menorehkan jumlah yang sama. Namun, ia membukukannya dalam pertandingan yang lebih banyak (91) karena memang bergabung setahun sebelum Havertz datang.

Selain secara ketajaman, fisik menjadi alasan lain mengapa Arteta lebih mengandalkan Havertz. Ia memiliki tinggi 1,93 meter, sedangkan Jesus 1,75 meter. Dengan Havertz, Arsenal punya lebih banyak keunggulan ketika berduel bola udara, baik itu dalam situasi menyerang maupun bertahan.

Namun, permasalahannya, saat ini Jesus tengah bangkit. Ia sudah mengemas 5 gol dalam 2 pertandingan terakhir. Padahal, sebelumnya, ia membutuhkan 45 pertandingan untuk mencapai jumlah gol yang sama.

Jika kembali menaruhnya ke bangku cadangan, keputusan tersebut tentu hanya akan membunuh kepercayaan diri Jesus yang tengah mendidih. Bahkan, langkah tersebut bisa saja membuat pemain berusia 27 tahun itu mulai berpikir untuk hengkang. Arteta harus membuktikan ucapannya bahwa tugas dirinya dan seluruh anggota tim saat ini adalah untuk mendukung pemain bernomor punggung sembilan itu.

Seluruh diskursus ini pasti membuat Arteta pusing. Namun, seperti pernah ia ungkapkan, ini justru adalah jenis masalah yang bagus untuk dimiliki. Terlepas dari solusi apa yang akan dibuat oleh pelatih berusia 42 tahun itu, para pendukung Arsenal tentu hanya ingin melihat timnya menjadi juara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team