Apakah Arsenal Terlalu Bergantung pada Situasi Bola Mati?

- Arsenal ditahan imbang tanpa gol oleh Everton di Emirates Stadium.
- Hasil imbang itu membuat posisi Arsenal dalam persaingan gelar semakin terancam, tertinggal 6 angka dari Liverpool.
- Arsenal terlalu bergantung pada bola mati untuk mencetak gol, hanya mencetak 18 gol lewat open play sepanjang musim ini di EPL.
Arsenal hanya bermain tanpa gol saat menjamu Everton di Emirates Stadium dalam matchday 16 English Premier League (EPL) 2024/2025, Sabtu (12/14/2024). The Gunners gagal mencetak satu gol pun meski menguasai bola hingga 76,6 persen dan melepaskan 13 tembakan. Ini menjadi hasil imbang kedua secara beruntun mereka di EPL setelah pada pekan sebelumnya ditahan oleh Fulham dengan skor 1-1 di Craven Cottage.
Akibat dua hasil minor itu, posisi Arsenal dalam persaingan gelar pada musim ini makin terancam. Saat ini, mereka masih mengoleksi 30 poin, tertinggal 6 angka dari Liverpool yang memuncaki klasemen sementara. Namun, selisih tersebut bisa menjadi lebih lebar mengingat Liverpool masih menyimpan satu pertandingan tunda melawan Everton. Jangan lupakan pula Chelsea yang tengah bangkit.
Namun, seperti yang sering disampaikan oleh sang pelatih, Mikel Arteta, sebelum berbicara soal gelar, para pemain harus membuktikan diri terlebih dahulu lewat penampilan di lapangan bahwa mereka memang layak untuk diperhitungkan. Performa saat melawan Everton jelas menunjukkan bahwa Arsenal masih jauh dari status tersebut. Seperti tampak dari skor, permasalahan utama yang mereka hadapi adalah ketajaman di depan gawang.
Bahkan, hasil imbang tanpa gol saat melawan Everton menyorot sebuah permasalahan yang jauh lebih spesifik. Apakah Arsenal terlalu bergantung pada bola mati untuk mencetak gol? Mengapa pertanyaan tersebut hadir dan apa jawabannya?
1. Arsenal raja di bola mati tetapi pesakitan di situasi permainan terbuka
Ya, kekhawatiran terkait Arsenal yang terlalu bergantung pada bola mati muncul akibat cara mereka dalam mencetak gol belakangan ini. Pertandingan melawan Everton merupakan kali ketiga secara beruntun di EPL di mana mereka gagal mencetak gol melalui situasi permainan terbuka. Dalam dua pertandingan sebelumnya (menang 2-0 atas Manchester United dan imbang 1-1 melawan Fulham), tim yang terbentuk pada 1886 ini memang sukses membobol gawang lawan 'hanya' lewat bola mati.
Di satu sisi, catatan tersebut makin membuktikan mengenai status Arsenal sebagai raja dalam urusan bola mati. Pada musim ini, mereka sudah mencetak delapan gol lewat situasi bola mati. Bahkan, Opta mencatat sejak awal musim 2023/2024 hingga 4 Desember 2024 (setelah pertandingan melawan MU), Arsenal sudah mencetak 30 gol melalui situasi bola mati (tanpa tendangan penalti). Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak di antara klub yang ada di lima liga top Eropa (EPL, LaLiga Spanyol, Serie A Italia, Bundesliga Jerman, dan Ligue 1 Prancis).
Namun, dominasi tersebut tidak tampak dalam situasi permainan terbuka. Sepanjang musim ini di EPL Arsenal baru mencetak 18 gol lewat open play. Bahkan, masih menurut Opta, hingga sebelum pertandingan melawan Everton, Arsenal hanya ada di peringkat ke-12 dalam urusan expected goals di situasi permainan terbuka dengan skor 15,9.
2. Mikel Arteta tidak khawatir
Meski begitu, seluruh catatan di atas tidak membuat khawatir Mikel Arteta. Ia yakin bahwa timnya bakal bisa mencetak gol lewat permainan terbuka. Pelatih asal Spanyol itu menunjuk kemenangan atas AS Monaco yang terjadi tiga hari sebelum melawan Everton sebagai bukti. Pada pertandingan keenam fase grup Liga Champions Eropa musim ini, Arsenal menang dengan skor 3-0 dan seluruh golnya memang dicetak lewat situasi permainan terbuka (Bukayo Saka 34' & 78', Kai Havertz 88').
"Di Premier League memang benar (sulit mencetak gol lewat permainan terbuka). Namun, kami mencetak tiga gol lewat permainan terbuka tiga hari yang lalu. Ini tidak akan berlanjut (kesulitan dalam mencetak gol lewat permainan terbuka). Kami akan mencetak gol. Jika kami menciptakan peluang seperti yang kami buat pada hari ini, saya yakin kami akan mencetak gol," ungkap Arteta dilansir situs resmi Arsenal.
3. Rekrut penyerang jadi keharusan?
Seluruh diskursus ini pun akhirnya selalu berujung dengan solusi yang sebetulnya bukan rocket science. Arteta maupun Arsenal tidak boleh lagi menafikan kehadiran seorang penyerang murni di timnya. Sejak Arteta melatih Arsenal pada Desember 2019, mereka memang tidak pernah membeli pemain dengan kualitas utama sebagai penuntas peluang.
Pada awalnya, Gabriel Jesus diharapkan untuk mengisi slot tersebut. Ia didatangkan dari Manchester City pada 2022 dan diberi nomor punggung 9. Namun, sejauh ini pemain asal Brasil itu belum bisa menjawab tantangan yang ada.
Jesus hanya baru mencetak 20 gol dari 89 penampilan. Ia lebih sering terlanda cedera. Selain itu, jika kita ingat, pada masa-masa terakhirnya berseragam Manchester City, Jesus juga lebih banyak menghabiskan waktunya sebagai penyerang sayap.
Semusim berselang, tugas tersebut diserahkan kepada Kai Havertz yang didatangkan dari Chelsea. Hingga kini, pemain asal Jerman itu sudah menyumbang 24 gol dari 74 penampilan. Jumlah tersebut tetap tidak cukup untuk sebuah klub yang memiliki target mengangkat gelar. Selain itu, seperti Jesus, Havertz juga sejatinya memang bukan seorang penyerang murni. Ia adalah seorang gelandang serang.
Tiap bursa transfer dibuka, Arsenal sebetulnya selalu dikaitkan dengan sosok penyerang. Viktor Gyokeres (Sporting CP), Benjamin Sesko (RB Leipzig), Alexander Isak (Newcastle United), Dusan Vlahovic (Juventus), hingga Viktor Osimhen (Galatasaray, pinjaman dari Napoli) adalah beberapa nama yang begitu santer dirumorkan dilirik oleh mereka. Namun, pada kenyataannya, tidak pernah ada pemain di posisi ini yang berlabuh di London Utara.
Kehadiran seorang penyerang murni memang bukan menjadi jaminan. Namun, jika berkaca pada Manchester City, misalnya, Arsenal tidak bisa mengelak. Kedatangan Erling Haaland membuat tim asuhan Pep Guardiola itu semakin menyeramkan. Arsenal perlu menemukan Haaland versi mereka untuk menjadi solusi tumpulnya lini depan.