Liverpool dan Real Madrid menjadi tim yang berlaga di partai final Liga Champions Eropa 2021/2022. Ini bukan pertemuan pertama keduanya di partai puncak kompetisi terbesar antarklub Eropa.
Pertandingan nanti menjadi yang ketiga bagi The Reds dan Los Blancos. Pertemuan ini juga menjadi pertemuan terbanyak saat ini.
Selain Liverpool dan Real Madrid, terdapat delapan pasangan yang pernah bertanding di partai final Liga Champions lebih dari sekali. Siapa saja mereka? Kapan? Seperti apa hasilnya?
Real Madrid dan Stade de Reims merupakan finalis perdana Liga Champions (1955/1956). Kala itu, dalam pertandingan yang digelar di Parc des Princes, Prancis, Los Blancos berhasil keluar sebagai pemenang dengan skor 4-3. Reims padahal sempat unggul 2-0.
Tiga musim kemudian (1958/1959), keduanya kembali bertemu di partai puncak yang digelar di Arena Stuttgart, Jerman. Sayangnya, Reims harus kembali takluk dengan skor 0-2. Ini merupakan gelar keempat beruntun Real Madrid sejak gelaran pertama.
Setelah Real Madrid menjuarai lima edisi perdana Liga Champions (1956—1960), Benfica menjadi tim yang melanjutkan dominasi itu dengan meraih gelar juara dua edisi berikutnya (1961—1962). Mereka sebetulnya berpeluang untuk memperpanjang prestasi setahun lagi (1963), tetapi kalah di partai final dari AC Milan dengan skor 1-2.
Benfica mencicipi partai final terakhirnya di Liga Champions pada 1989/1990. Namun, mereka lagi-lagi harus gigit jari karena dijegal AC Milan dengan skor tipis 0-1. Bintang Tim Nasional Belanda saat itu, Frank Rijkaard, menjadi pencetak gol tunggal pada menit 67.
Ajax Amsterdam mencicipi partai final Liga Champions pertamanya pada 1968/1969. Sayangnya, mereka dibantai AC Milan dengan skor 1-4. Ajax yang diperkuat Johan Cruyff, yang saat itu masih berusia 22 tahun, tidak bisa membendung keperkasaan AC Milan yang berisikan Giovanni Trapattoni (30 tahun) dan Gianni Rivera (25 tahun).
Pada partai final 1994/1995, Ajax berhasil membalaskan dendamnya lewat kemenangan 1-0 berkat gol tunggal Patrick Kluivert pada menit 85. Ajax memang begitu kuat kala itu. Pada musim tersebut, mereka meraih treble winners dan bahkan tidak terkalahkan dalam setahun penuh (1995).
Juventus menjadi satu tim asal Italia lain yang pernah bertanding dengan Ajax di partai final Liga Champions lebih dari sekali. Pertemuan pertama keduanya terjadi pada 1972/1973. Ajax saat itu menjadi pemenang dengan skor 1-0. Sebagai catatan, ini merupakan gelar ketiga Ajax secara beruntun.
Pada 1995/1996, keduanya kembali bersua dengan Juventus. Kali itu Juventus berhasil menjadi juara. Mereka bermain seri 1-1 hingga babak perpanjangan waktu. Pada babak adu penalti, Si Nyonya Tua menang dengan skor 4-2.
Setelah berhasil menjadi juara pada 1995/1996, Juventus kembali mencapai partai final pada dua edisi berikutnya (1996/1997 dan 1997/1998). Sayang, keduanya berakhir dengan kekalahan. Satu dari Borussia Dortmund (1-3) dan satu lagi dari Real Madrid (0-1).
Dengan tim yang disebut terakhir, Juventus kembali bertemu pada partai final edisi 2016/2017. Namun, mereka lagi-lagi harus menelan kekalahan. Bahkan, dengan skor telak 1-4.
The Miracle of Istanbul merupakan salah satu pertandingan paling bersejarah di Liga Champions. Pada 2004/2005, AC Milan dan Liverpool bertemu di partai final yang dimainkan di Atatuerk Olimpiyat Stadyumu, Istanbul, Turki.
AC Milan berhasil unggul dengan skor 3-0 pada babak pertama. Namun, pada babak kedua, Liverpool menyamakan kedudukan hanya dalam waktu 6 menit. Liverpool akhirnya keluar sebagai juara lewat adu penalti.
Dua musim kemudian (2006/2007), keduanya kembali bertemu. AC Milan berhasil membalas hasil memalukan tersebut dengan kemenangan 2-1.
Liverpool hampir saja melakukan epic comeback. Tertinggal terlebih dahulu akibat dua gol Filippo Inzaghi pada menit 45 dan 82, Liverpool sempat membuka asa ketika Dirk Kuyt mencetak gol pada menit 89. Sayang, wasit telanjur meniup peluit berakhirnya pertandingan sebelum mereka sempat menyamakan kedudukan.
Barcelona dan Manchester United tercatat dua kali bertemu di partai final Liga Champions. Seperti halnya AC Milan dan Liverpool, keduanya juga terjadi pada abad 21 dan hanya terpaut satu musim, yaitu pada 2008/2009 dan 2010/2011.
Bedanya, ini semua dimenangi oleh satu tim, yaitu Barcelona. Pada kesempatan pertama, Barca menang dengan skor 2-0. Kemudian, pada kesempatan kedua, mereka kembali menang dengan selisih dua gol (3-1).
Dasawarsa kedua pada abad 21 bisa dibilang sebagai salah satu periode terbaik dalam sejarah Atletico Madrid. Hal tersebut tidak terlepas dari penunjukkan Diego Simeone sebagai pelatih pada Desember 2011. Sejak itu, mereka berhasil meraih 2 gelar La Liga, 1 Copa del Rey, 1 Piala Super Spanyol, 2 Liga Eropa, dan 2 Piala Super Eropa.
Dua penampilan di final Liga Champions pada 2014 dan 2016 menjadi pencapaian yang tidak kalah besar. Apalagi mereka baru bisa melakukannya lagi sejak 1974 silam.
Sayang, pada kedua kesempatan itu, Atletico Madrid kalah dari rival sekota, Real Madrid. Pada 2014, mereka kalah dengan skor 1-4. Kemudian, pada 2016, mereka kalah lewat adu penalti setelah bermain imbang 1-1 pada waktu normal.
Pertandingan antara Liverpool dan Real Madrid di partai final Liga Champions 2021/2022 ini akan menjadi pertemuan ketiga bagi keduanya. Mereka sempat bertemu di final pada 1981 dan 2018.
Pada kesempatan pertama, Liverpool berhasil keluar sebagai juara setelah menang dengan skor 1-0. Berikutnya, giliran Real Madrid yang merebut piala dengan kemenangan 3-1.
Pertemuan ketiga akan berlangsung pada 28 Mei 2022 di Prancis. Pada 1980 silam, pertandingan juga berlangsung di negara yang sama.
Apakah Liverpool akan menang lagi di Prancis? Atau justru Real Madrid kembali menambah gelar juaranya? Menarik ditunggu!