Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Erik Ten Hag saat menangani Ajax Amsterdam musim ini. (eurosport.co.uk)

Jakarta, IDN Times - Erik Ten Hag akhirnya secara resmi menangani Manchester United. Manajemen MU mengumumkan perekrutan Ten Hag pada Kamis (21/4/2022).

Ten Hag akan diikat MU selama tiga tahun ke depan. Kontraknya berakhir pada 2025 mendatang dengan opsi perpanjangan selama satu tahun.

Dengan begini, Ten Hag akan menjadi manajer kelima MU pasca pensiunnya Sir Alex Ferguson pada 2013 lalu.

"Sebuah kehormatan bisa jadi manajer MU dan saya sangat menantikan tantangan yang hadir di masa mendatang. Saya tahu sejarah panjang klub ini dan fans yang luar biasa. Saya berjanji akan mengembangkan tim dan menghadirkan kejayaan di tim ini," ujar Ten Hag dilansir situs resmi klub.

Lantas, siapa Ten Hag?

1. Manajer berbakat

Erik Ten Hag (twitter.com/FabrizioRomano)

Pria 52 tahun itu memang tak cukup dikenal. Maklum, karena kariernya lebih banyak dihabiskan bersama klub-klub Belanda, baik Eredivisie maupun Eerste Divisie.

Namun, pada 2012 lalu, dia sempat digadang-gadang menjadi manajer hebat. Hanya saja, Ten Hag belum mendapat kesempatan buat menangani tim-tim besar.

Kariernya dimulai dari Go Ahead Eagles di musim 2012/13. Kemudian, dia menangani Bayern Munich II, menjadi bagian dari manajemen tim Pep Guardiola sejak 2013 hingga 2015.

Setelahnya, dia pindah ke FC Utrecht. Ten Hag cuma dua tahun di sana, sejak 23 Mei 2015 hingga 27 Desember 2017. Sebab, dia diboyong oleh Ajax Amsterdam, usai sebelumnya memecat Marcel Kaizer.

Sepanjang kariernya sebagai pelatih, Ten Hag mencatatkan persentase kemenangan terbesar di Ajax. Dia mampu menorehkan 73,8 persen kemenangan dengan detail, 155 kemenangan, 26 kali imbang, dan kalah di 26 kesempatan.

Itu menjadi persentase kemenangan terbesar Ten Hag selama menjadi pelatih. Dari segi trofi, Ten Hag mengoleksi dua gelar Eredivisie di musim 2018/19 dan 2020/21. Andai musim 2019/20 tak dibatalkan, Ajax bisa saja juara dan Ten Hag sudah koleksi tiga gelar juara.

Ten Hag juga mengoleksi trofi Piala Belanda, di musim yang sama. Pun, dia berhasil mengantarkan The Amsterdamers memenangkan Johan Cruyff Shield pada 2019 silam.

Secara pribadi, Ten Hag memenangkan Rinus Michaels Coach of the Year, gelar untuk pelatih terbaik di Belanda, pada 2016 dan 2019. Ten Hag juga finis di posisi empat sebagai pelatih terbaik dunia FIFA, 2019 lalu.

2. Penganut setia Total Football

Erik Ten Hag (goal.com)

Dari segi gaya, Ten Hag terbilang punya pendekatan ekstrem. Ten Hag menganut filosofi menyerang dalam pendekatan teknisnya. Dia memang seorang loyalis filosofi Total Football.

Bersama Ajax, dia menerapkan skema 4-2-4, yang artinya menyerang total. Skema ini sudah melahirkan satu striker beringas di Ajax, yakni Sebastien Haller.

Setelah sempat gagal di West Ham, Haller menjelma menjadi striker ganas. Buktinya, dia mencetak 46 gol dari 59 penampilan bersama Ajax.

Lewat gaya ini pula, Ten Hag menjadikan Ajax sebagai tim yang menakutkan. Hanya dalam 28 pertandingan di musim ini hingga 3 April 2022, Ajax berhasil mencetak 83 gol dan cuma kebobolan 14 kali. Rekor yang luar biasa!

Ten Hag tak selalu menggunakan skema ini. Dia begitu cair dan bisa memakai pola 4-3-3, 4-2-3-1, dan 4-4-2 diamond.

3. Terinspirasi Guardiola

Erik ten Hag (skysports.com)

Ten Hag mengaku sangat terinspirasi dengan gaya Pep Guardiola. Bagi Ten Hag, gaya menyerang milik Guardiola begitu memukau dan stabil. Guardiola, dijelaskan Ten Hag, bisa membentuk tim yang solid.

"Saya belajar banyak dari Guardiola. Filosofinya sensasional, dengan apa yang sudah diterapkannya bersama Barcelona, Bayern Munich, dan Manchester City. Gaya menyerang dan atraktifnya, membuat dia memenangkan banyak trofi. Struktur macam itu, diimplementasikan bersama Ajax," ujar Ten Hag dikutip Sporting News.

Bukan hanya meniru Guardiola dari segi filosofi, tapi Ten Hag juga mengikutinya lewat pengembangan pemain muda. Lihat saja, Frenkie de Jong, Hakim Ziyech, hingga Matthijs de Ligt, berkembang di bawah arahan Ten Hag.

Dengan catatan-catatan ini, bukan tak mungkin Ten Hag membawa perubahan buat MU. Kuncinya cuma satu, yakni sabar.

Editorial Team