Gagal di Serie A, 5 Pemain yang Tampil Cemerlang di Premier League

Setelah berhasil menjuarai Piala Dunia 1998 bersama Timnas Prancis, Thierry Henry diboyong oleh Juventus dari AS Monaco pada Januari 1999. Namun, ia terlihat kesulitan untuk beradaptasi dengan kultur sepak bola Italia. Alhasil, penyerang asal Prancis itu hanya mencatatkan 3 gol dalam 20 pertandingan.

Pada musim panas 1999, Henry dibeli oleh Arsene Wenger ke Arsenal, setelah 6 bulan bermain di kompetisi Italia. Namun, siapa sangka, sang pemain justru tampil jauh lebih baik ketika bermain di ajang Premier League. Ia berhasil mengoleksi 228 gol dan 104 assist dalam 376 pertandingan bersama The Gunners. Catatan itu membuat Henry menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah klub.

Dennis Bergkamp meraih banyak kesuksesan ketika bermain untuk Ajax Amsterdam di kompetisi Belanda. Performa yang ciamik itu membuat Inter Milan jatuh hati dan merekrutnya pada musim panas 1993. Akan tetapi, performa Bergkamp cenderung menurun selama bermain untuk Nerazzurri.

Hanya bertahan 2 musim, Bergkamp kemudian melanjutkan keriernya bersama Arsenal pada tahun 1995. Bersama klub asal London Utara itu, ia berhasil kembali menemukan sentuhan terbaiknya. Bergkamp selalu menjadi andalan Arsene Wenger di lini depan The Gunners. Dari 404 pertandingan, sang pemain berhasil mencetak 110 gol dan 89 assist.

Sama seperti Dennis Bergkamp, nama Edwin van der Sar mulai dikenal di Eropa ketika membela Ajax Amsterdam. Bersama klub asal Belanda itu, sang kiper berhasil meraih banyak kesuksesan termasuk memenangi trofi Liga Champions pada musim 1994/1995. Penampilannya yang apik bersama Ajax membuat Juventus kepincut dan mendatangkannya pada tahun 1999.

Di Juventus, van der Sar memang tampil sebagai kiper utama. Namun, ia gagal mempersembahkan satu trofi pun untuk para pendukung Bianconeri. Sempat dibeli oleh Fulham, van der Sar kemudian digaet oleh Manchester United pada musim panas 2005. Bersama klub raksasa Inggris itu, ia berhasil meraih semua gelar bergengsi, termasuk Piala Dunia Antarklub pada tahun 2009.

Philippe Coutinho pertama kali berkarier di Eropa dengan bermain untuk Inter Milan. Ia saat itu diboyong dari klub Brasil, Vasco da Gama pada musim panas 2008. Bersama klub Italia itu, gelandang kelahiran Rio de Janeiro ini tampil cukup mengecewakan karena ia gagal memberikan dampak yang besar.

Setelah tiga musim yang cukup mengecewakan, Coutinho kemudian hengkang ke Liverpool pada musim panas 2013. Ia memang membutuhkan sedikit waktu untuk bisa menemukan permainan terbaiknya di Inggris. Setelah tampil cemerlang dengan The Reds, sang pemain dibeli oleh Barcelona dengan harga yang fantastis, yakni 135 juta euro atau setara dengan Rp2,3 triliun.

Setelah bermain untuk Real Madrid dan Bolton, Marcos Alonso mulai menemukan penampilan terbaiknya saat bermain untuk Fiorentina. Pemain yang beroperasi di posisi bek sayap kiri ini membela Fiorentina selama 3 musim dari tahun 2013 hingga 2016. Sayangnya, tak ada satu pun gelar yang diraih oleh sang pemain bersama Fiorentina.

Antonio Conte kemudian memboyongnya ke Chelsea pada transfer musim panas 2016. Bersama The Blues, Alonso berhasil memenangi sejumlah gelar bergengsi, salah satunya adalah trofi Liga Europa. Berkat Chelsea juga, ia mendapatkan panggilan pertamanya untuk bermain bersama tim nasional Spanyol pada tahun 2018. Sempat tersisihkan di awal musim ini, Alonso kembali menjadi andalan di posisi bek kiri Chelsea.

Kegigihan serta kerja keras menjadi kunci keberhasilan mereka tampil menjanjikan di kancah Premier League. Selain kelima nama tersebut, apakah ada pemain lain yang mengalami hal serupa?