Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret Wembley Stadium (unsplash.com/reganography)

Intinya sih...

  • Crystal Palace juara Piala FA 2024/2025 setelah mengalahkan Manchester City 1-0 di Wembley Stadium.
  • Eberechi Eze, pencetak gol kemenangan, mengalami penolakan klub sebelum menemukan kesuksesan bersama Crystal Palace.
  • Eze mencatatkan 13 gol dan 11 assist musim ini, menarik minat klub-klub elit seperti Manchester City, Liverpool, dan Tottenham Hotspur.

Crystal Palace berhasil keluar sebagai juara Piala FA 2024/2025 setelah mengalahkan Manchester City di Wembley Stadium dengan skor 1-0 pada Sabtu (17/5/2025) WIB. Gol semata wayang The Eagles dicetak oleh Eberechi Eze pada menit ke-16. Ini menjadi trofi kejuaraan pertama yang berhasil diraih klub yang berdiri pada 1905 ini.

Sebelum menjadi pahlawan kemenangan Crystal Palace, perjalanan karier Eze penuh lika-liku yang akhirnya mencapai puncak kejayaan. Performanya sepanjang musim ini menjadi poros kekuatan tim, baik sebagai pencetak gol maupun pengatur permainan. Dari seorang remaja yang berkali-kali ditolak berbagai klub, ia kini menjadi pusat perhatian sepak bola Inggris.

1. Eberechi Eze harus menghadapi berbagai penolakan untuk mencapai kontrak profesional

Masa kecil Eberechi Eze dihabiskan di Greenwich, London Tenggara. Ia mengasah keterampilannya di lapangan kecil berjaring besi yang dikenal sebagai ‘cage football’ bersama teman-temannya. Dari lingkungan inilah kreativitas dan keberanian dalam mengolah bola mulai tumbuh.

Namun, jalan Eze menuju karier profesional penuh dengan rintangan. Arsenal melepasnya saat ia berusia 13 tahun, diikuti oleh penolakan dari Fulham, Reading, Millwall FC, dan Sunderland sebelum usianya menginjak 18 tahun. Momen-momen tersebut membuatnya sering dilanda rasa putus asa, bahkan ia mengaku sempat menangis saat menghadapi Arsenal tak lama setelah dilepas klub tersebut.

Titik balik datang ketika Queens Park Rangers (QPR) memberinya kesempatan terakhir. Di Loftus Road, ia bertemu pelatih yang percaya kepadanya, seperti Chris Ramsey, Les Ferdinand, dan Andy Impey. Selain memberikan arahan teknis, mereka juga membangun ulang kepercayaan dirinya yang hampir sirna. Dari sanalah, fondasi Eze sebagai pemain yang matang mulai terbentuk.

2. Meski dihadapkan dengan taktik yang terstruktur, Eberechi Eze tetap tampil kreatif

Di bawah asuhan Oliver Glasner, Crystal Palace menjadi tim yang lebih struktural dan disiplin secara taktik. Sistem ini kerap membatasi ruang gerak pemain kreatif seperti Eberechi Eze yang tumbuh dari insting dan improvisasi. Namun, justru di tengah kekakuan inilah ia berhasil menunjukkan keistimewaannya.

Meskipun bukan pemain sempurna dalam skema Glasner, Eze tetap bersinar. Sang pelatih sendiri mengakui, musim ini menjadi musim yang aneh dan kurang beruntung bagi Eze, terutama karena sejumlah golnya dianulir, peluang terkena tiang, dan beberapa cedera ringan. Namun setiap kali Eze mendapatkan kebebasan, ia selalu menyumbang momen magis.

Testimoni rekan setim dan pelatih memperkuat posisi Eze sebagai pemain kunci. Marc Guehi menyatakan, Eze menjadi salah satu pemain yang terbaik di tim, dan kontribusinya terlihat nyata. Dalam laga semifinal Piala FA melawan Aston Villa, ia mencetak 1 gol dan 1 assist. Ini membuktikan dirinya tetap mampu memainkan peran krusial meski hanya bermain 75 menit.

Final di Wembley menjadi bukti sahih dari kapasitas Eze dalam mencetak momen bersejarah. Sepakan terarahnya menyambut umpan Daniel Munoz pada menit ke-16 membuat Palace unggul atas Manchester City dan bertahan hingga peluit akhir laga. Dalam sistem taktis Glasner yang ketat, Eze adalah pengecualian yang tak tergantikan.

Di Premier League, meskipun The Eagles merupakan tim papan tengah, Eze tampil konsisten menghadapi lawan berat. Ia mampu mencetak gol melawan Arsenal, Manchester City, Nottingham Forest, hingga Aston Villa. Hal ini semakin menegaskan ia telah melampaui label bintang di tim papan tengah sebagai pemain penting dalam laga-laga besar.

3. Statistik Eberechi Eze patut disejajarkan dengan pemain elit Premier League

Musim 2024/2025 menjadi musim terbaik Eberechi Eze sejak bergabung dengan Crystal Palace. Per 17 Mei 2025, ia mencatatkan 13 gol dan 11 assist di semua kompetisi, menjadikannya pemain paling produktif The Eagles dalam 5 tahun terakhir. Bahkan, torehan ini melampaui musim terbaiknya di QPR yang berakhir dengan 22 keterlibatan gol.

Performa puncaknya tercermin dalam 4 laga terakhir menjelang final, di mana ia mencetak 5 gol. Salah satu momen paling impresif terjadi dalam laga semifinal melawan Aston Villa, ketika ia mencetak gol dari luar kotak penalti yang mengantar Palace ke Wembley. Eze juga meraih 3 kali gelar Player of the Match dalam 4 laga terakhirnya.

Kolaborasinya dengan Jean-Philippe Mateta menjadi salah satu kunci taktik Oliver Glasner. Dari 8 assist Eze di English Premier League (EPL) musim ini, 6 di antaranya ditujukan kepada Mateta. Tiga di antaranya berasal dari umpan terobosan tajam, seperti yang ia suguhkan saat melawan Brighton & Hove Albion pada pekan ke-31 liga.

Jika menilik statistik yang dihimpun Opta Analyst, Eze layak disandingkan dengan pemain-pemain elit Premier League. Rata-rata gabungan 5,6 tembakan dan peluang tercipta per 90 menit menempatkannya sejajar dengan Bukayo Saka, Mohamed Salah, Cole Palmer, Bruno Fernandes, dan Kevin De Bruyne. Selain itu, ia mencatatkan 10,25 expected goals (xG) dan 4,03 expected assists (xA) musim ini.

Dalam hal progresi bola, Eze unggul jauh dari rekan setimnya. Ia memimpin dengan 56 dribel sukses musim ini. Keunggulan tersebut membuatnya menjadi pemain yang krusial dalam transisi dan menciptakan peluang dari situasi sulit.

4. Eberechi Eze dibidik beberapa klub Big Six Premier League

Dengan performa menawan dan usianya yang baru menginjak 26 tahun, spekulasi tentang masa depan Eberechi Eze kemudian bergulir. Kontraknya bersama Crystal Palace masih tersisa 2 tahun dengan klausul rilis senilai 60 juta pound sterling atau setara Rp1,3 triliun membuka peluang besar bagi klub-klub elit. Manchester City, Liverpool, dan Tottenham Hotspur dikabarkan menjadi peminat serius Eze.

Manchester City melihat Eze sebagai kandidat pengganti jangka panjang bagi Kevin De Bruyne. Liverpool juga mempertimbangkannya sebagai solusi kreatif di lini tengah setelah kehilangan sosok seperti Trent Alexander-Arnold. Sementara itu, Spurs memiliki pekerjaan rumah besar, dan ketertarikan terhadap Eze menjadi bagian dari strategi membangun ulang kekuatan mereka.

Dari sisi karakter dan profil, Eze memenuhi kriteria pemain kelas atas. Ia homegrown, pemain serbabisa yang bermain di beberapa posisi lini serang, dan terbukti mampu mencetak serta menciptakan peluang dalam berbagai kesempatan. Dengan atribut lengkap tersebut, bukan mustahil jika musim panas 2025 menjadi awal dari petualangan barunya bersama klub yang berlaga di Liga Champions Eropa.

Dari seorang pemain yang berkali-kali ditolak hingga mencetak gol kemenangan di final Piala FA, petualangan karier Eberechi Eze menjadi kisah inspiratif bagi siapa pun yang menolak menyerah meski berkali-kali terjatuh. Patut kita nantikan langkah yang akan ia tempuh setelah apa yang ia raih di Wembley kemarin.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team