Awal karier Jean-Philippe Mateta di Selhurst Park bisa dibilang tak berjalan mulus. Sejak didatangkan dari FSV Mainz 05 pada 2021, ia hanya mampu mencetak 16 gol dalam 2 musim pertamanya di bawah Patrick Vieira dan Roy Hodgson. Malahan, ia lebih sering menjadi pelapis Odsonne Edouard dan Jordan Ayew, dengan kontribusi yang terbatas dalam sistem yang masih cenderung defensif.
Segalanya berubah ketika Oliver Glasner tiba pada Februari 2024. Pelatih yang pernah membawa Eintracht Frankfurt menjuarai Liga Europa 2021/2022 itu membangun ulang struktur serangan Palace dengan menjadikan Mateta sebagai titik sentralnya. Sejak saat itu, performa penyerang asal Prancis tersebut meningkat tajam. Menurut Opta Analyst, goals expected (xG) miliknya meningkat hampir dua kali lipat dari 0,33 menjadi 0,60 dan shot conversion melonjak dari 12,6 persen ke 25,6 persen.
Dalam skema 3-4-2-1 milik Glasner, Mateta berperan sebagai target man tunggal yang ditopang dua number 10 dinamis seperti Daichi Kamada, Yeremy Pino, atau Ismaila Sarr. Kombinasi ini menekankan penetrasi cepat dan eksekusi di area kotak penalti, yang menjadikannya penerima utama dari setiap transisi vertikal. Peningkatan jumlah tembakan dari 2,4 menjadi 3,6 per 90 menit menunjukkan bagaimana Glasner secara sistematis memusatkan volume peluang kepada kaki sang striker.
Hasilnya terlihat nyata. Hingga pekan kedelapan Premier League 2025/2026, Mateta telah mencetak 5 gol di Premier League dan total 53 gol di semua kompetisi untuk Palace. Capaian tersebut menempatkannya sebagai pencetak gol terbanyak kedua klub di era Premier League, hanya di bawah Wilfried Zaha. Konsistensi ini menegaskan, evolusi Mateta bukan kebetulan, melainkan hasil perencanaan taktis dan manajerial yang matang.