Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Kesalahan yang Dilakukan Ruben Amorim di Final Liga Europa 2025

ilustrasi logo Manchester United (unsplash.com/Pranshu Bhatnagar)

Manchester United harus mengubur ambisi mereka untuk menutup musim dengan gelar juara setelah kalah tipis 0-1 dari Tottenham Hotspur di final Liga Europa 2025, Kamis (22/5/2025). Gol tunggal Brennan Johnson di babak pertama cukup untuk membawa Spurs mengangkat trofi Eropa pertama mereka sejak 2008. Kekalahan ini sekaligus memastikan Setan Merah menutup musim tanpa satupun raihan trofi.

Bagi pelatih Ruben Amorim, hasil ini menjadi pukulan keras mengingat ekspektasi tinggi sejak awal kedatangannya di Old Trafford. Laga final ini seharusnya menjadi momentum yang tepat untuk menebus performa buruk MU yang hanya finis di posisi ke-16 EPL 2024/2025. Namun, serangkaian keputusan kontroversial yang ia buat justru memberi dampak negatif bagi permainan tim di sepanjang pertandingan.

1. Menempatkan Leny Yoro di luar posisi alaminya selama bermain Manchaster United

Salah satu keputusan yang menuai kritik adalah penempatan Leny Yoro di sisi kanan dari formasi tiga bek. Bek muda asal Prancis ini sejatinya tampil lebih solid saat bermain sebagai bek yang di tengah dengan pengalaman bermain 31 laga bersama Setan Merah. Namun, kali ini tampil di sisi kanan justru tampil kurang nyaman. Posisi barunya membuatnya kesulitan mengantisipasi pergerakan lini serang The Lilywhites karena beberapa kali ikut membantu penyerangan.

Amorim juga memilih Luke Shaw di sisi kiri pertahanan, meski sang pemain belum mencapai kondisi terbaiknya. Shaw tampak lambat dalam melakukan transisi bertahan dan sering tertinggal dalam duel satu lawan satu. Kombinasi ini menciptakan celah di lini belakang yang dimanfaatkan Tottenham dengan baik.

Gol Brennan Johnson tercipta akibat kurangnya koordinasi di lini pertahanan United. Posisi Yoro yang tak ideal turut memengaruhi ritme lini belakang yang goyah sepanjang laga. Keputusan Amorim ini menunjukkan bahwa eksperimen taktis di laga sebesar final bisa menjadi bumerang. Sepanjang laga, ia hanya bisa membuat 1 takle sukses, 4 sapuan, 5 defensive actions, 5 recoveries, dan 6 menang duel.

2. Mengorbankan Peran Bruno Fernandes sebagai gelandang serang

Ruben Amorim juga membuat keputusan mengejutkan dengan menarik Bruno Fernandes lebih ke dalam. Fernandes, yang selama ini menjadi motor serangan tim, justru dimainkan sebagai gelandang tengah. Posisinya diisi oleh Mason Mount yang tampil sebagai gelandang serang.

Hal ini berdampak pada kreativitas serangan Setan Merah yang menurun drastis sepanjang pertandingan. Fernandes kehilangan ruang untuk bermain di area sepertiga akhir lapangan, tempat di mana ia biasa menciptakan peluang berbahaya. Padahal, dilansir dari Fotmob, sepanjang bermain di Liga Europa 2024/2025, Bruno berhasil membuat 52 sentuhan di kotak penalti lawan, 43 kali menciptakan peluang emas, 46 tembakan, 7 gol, dan 4 assist. Mount sendiri gagal memberikan kontribusi signifikan sepanjang pertandingan.

Ketika Fernandes bermain lebih dalam, ia menjadi terlalu sibuk membantu pertahanan. Padahal, Setan Merah membutuhkan sosok yang bisa mengatur tempo dan menekan lawan dari depan. Penyesuaian peran ini justru menghambat efektivitas permainan menyerang mereka.

3. Sangat lamban dalam melakukan pergantian pemain untuk mengubah jalannya pertandingan

Salah satu kekurangan Amorim yang terlihat jelas adalah keterlambatannya dalam melakukan pergantian pemain. United tertinggal sejak babak pertama, namun pelatih asal Portugal itu baru membuat perubahan pada menit ke-71. Ia memasukkan Alejandro Garnacho dan Joshua Zirkzee yang langsung memberi energi baru.

Kedua pemain pengganti tersebut menunjukkan dampak instan dalam permainan. Manchester United mulai menekan dan menciptakan beberapa peluang emas yang membuat Spurs dalam tekanan. Namun, waktu yang tersisa tidak cukup untuk mengubah hasil akhir.

Setelah pergantian pertama, Amorim kembali terlambat membuat keputusan lanjutan. Dalot baru dimasukkan 15 menit kemudian dan Kobbie Mainoo 1 menit sebelum waktu normal usai. Pergantian yang terlalu lambat ini menunjukkan kurangnya responsivitas terhadap situasi permainan.

4. Tidak memainkan Kobbie Mainoo sejak menit awal sebagai gelandang tengah

Keputusan Ruben Amorim untuk menyimpan Kobbie Mainoo di bangku cadangan sejak awal juga bisa dipertanyakan. Mainoo dikenal pada musim 2924/2025 sebagai salah pemain muda berbakat yang mampu beberapa kali mengendalikan tempo permainan Setan Merah dari lini tengah. Dalam pertandingan penting seperti final, kehadirannya bisa menjadi pembeda.

Namun, Amorim justru menunggu hingga menit-menit akhir untuk menurunkannya. Saat itu, Setan Merah sudah kesulitan mengembangkan permainan dan kehabisan waktu untuk mengejar ketertinggalan. Mainoo pun tidak mendapat cukup waktu untuk memberikan pengaruh yang berarti.

Padahal, sepanjang musim, Mainoo menunjukkan kematangan bermain yang luar biasa untuk pemain seusianya. Ia mampu membawa keseimbangan di lini tengah dan memperkuat transisi dari bertahan ke menyerang. Dilansir Fotmob, sepanjang musim EPL 2024/2025, Mainno berhasil melakukan umpan sukses sebesar 87,2 persen dan 14 kali menciptakan peluang emas. Keputusan untuk tidak memainkannya sejak awal mungkin menjadi salah satu penyesalan Ruben Amorim.

Kekalahan ini memastikan Setan Merah mengakhiri musim tanpa trofi dan akan absen dari kompetisi Eropa musim 2025/2026. Kekalahan ini juga membua Tekanan terhadap Amorim semakin besar karena tidak sesuai ekspektasi di awal kedatangannya. Sementara itu, Tottenham Hotspur merayakan gelar pertama mereka di bawah Ange Postecoglou.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Atqo Sy
EditorAtqo Sy
Follow Us