Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi logo Olympique Lyon (pixabay.com/jorono)

Intinya sih...

  • Bordeaux terdegradasi ke kasta keempat liga Prancis karena krisis finansial dan bangkrut setelah 2 musim di Ligue 2.

  • Rangers FC ditolak bermain di kasta tertinggi setelah gagal membayar pajak, namun berhasil kembali dalam 4 tahun.

  • SSC Napoli pernah dinyatakan bangkrut pada 2004 dan turun ke Serie C1 sebelum dibangun ulang oleh Aurelio de Laurentiis.

Degradasi tidak selalu disebabkan oleh hasil buruk di atas lapangan. Beberapa klub besar Eropa tercatat pernah turun kasta akibat masalah krisis keuangan yang menimpa tim. Kasus terbaru dialami Olympique Lyon, juara Ligue 1 tujuh kali, yang secara resmi terdegradasi ke Ligue 2 akibat masalah finansial serius.

Fenomena ini bukan yang pertama dalam sejarah sepak bola. Beberapa klub raksasa, dari Prancis hingga Italia, pernah mengalami nasib serupa. Mereka harus memulai lagi dari divisi bawah karena kegagalan mengelola keuangan, utang yang menumpuk, atau bahkan kebangkrutan. Berikut lima klub besar Eropa yang pernah mengalami degradasi karena alasan krisis finansial.

1. Bordeaux kini bermain di kasta keempat liga Prancis akibat krisis finansial

Girondins de Bordeaux adalah klub bersejarah yang telah enam kali menjuarai Ligue 1 Prancis. Sayangnya, klub yang berasal dari bagian Barat Daya Prancis ini mengalami krisis keuangan yang parah dan tak mampu membayar utang yang besar. Akibatnya, mereka terdegradasi dari Ligue 1 pada musim 2021/2022 setelah finis di posisi terbawah karena tidak mampu bersaing klub Ligue 1 lainnya.

Namun, setelah 2 musim di Ligue 2, masalah keuangan Bordeaux tidak kunjung selesai dan bahkan dinyatakan bangkrut oleh FFF, federasi sepak bola Prancis. Akhirnya, pada Juli 2024, status profesional mereka dicabut dan diturunkan ke kasta keempat sebagai bentuk hukuman. Klub yang pernah dibela Zinedine Zidane dan Didier Deschamps kini pun hanya bisa berkompetisi bersama klub-klub amatir Prancis lainnya.

2. Rangers FC ditolak bermain di kasta tertinggi setelah gagal membayar pajak

Rangers FC mengalami salah satu krisis finansial terbesar dalam sejarah klub pada 2012. Klub raksasa asal Glasgow ini dinyatakan bangkrut setelah gagal membayar pajak selama bertahun-tahun. Padahal Rangers merupakan klub besar dengan 55 gelar juara Scottish Premiership, 34 Scottish Cup, dan 28 Scottish League Cup.

Setelah diambil alih oleh manajemen baru, Rangers tidak diizinkan lagi bermain di Scottish Premiership. Atas permintaan seluruh klub di kasta tertinggi sepak bola Skotlandia saat itu, Rangers harus memulai kembali dari divisi keempat atau SFL Third Division sebagai entitas yang sepenuhnya baru. Meski begitu, Rangers hanya membutuhkan waktu 4 tahun untuk kembali ke kasta tertinggi.

3. SSC Napoli pernah dinyatakan bangkrut pada 2004

Napoli sempat mengalami masa keemasan bersama Diego Maradona pada akhir 80-an hingga awal 90-an. Namun, setelah sang legenda pergi, klub mulai mengalami penurunan prestasi dan masalah keuangan. Napoli sempat terdegradasi ke Serie B pada 1998, lalu kembali turun setelah sempat promosi.

Puncaknya terjadi pada 2004 ketika klub berjulukan Partenopei ini dinyatakan bangkrut dan terpaksa turun kasta ke Serie C1. Namun, Aurelio de Laurentiis, produser film di Italia, kemudian menyelamatkan klub dan membangun ulang Napoli dari nol. Kini, Napoli kembali menjadi klub papan atas Serie A dan telah mengantongi dua Scudetto, yaitu pada 2022/2023 dan 2024/2025.

4. Parma berhasil kembali ke Serie A pada 2018 dan masih bertahan hingga 2025

Parma pernah menjadi salah satu klub paling disegani di Eropa pada era 90-an. Klub ini memenangkan dua UEFA Cup dan tiga Coppa Italia berkat generasi emas seperti Cannavaro, Crespo, dan Buffon. Namun, Krisis dimulai ketika perusahaan induk mereka, Parmalat, bangkrut pada 2003.

Setalah insiden tersebut, Parma menjalani kompetisi dengan terseok-seok secara finansial dan dinyatakan bangkrut pada 2025. Efek dari kejadian ini, Parma diturunkan ke Serie D. Namun, Parma berhasil tampil impresif di kasta bawah. Klub dari Italia bagian utara ini berhasil promosi 3 musim berturut-turut dan kembali ke Serie A pada 2018 dan masih bertahan hingga 2025.

5. Olympique Lyon untuk pertama kalinya dalam 2 dekade terakhir bermain di Ligue 2

Olympique Lyon mengalami krisis finansial yang membuat mereka terlilit utang sebesar 500 juta euro atau sekitar Rp9,4 triliun. Pada Juni 2025, DNCG (otoritas pengawas keuangan klub Prancis) menjatuhkan sanksi degradasi ke Ligue 2 setelah audit menyatakan kondisi klub tidak sehat. Les Gones gagal meyakinkan regulator meskipun telah menjual beberapa aset untuk menutup utang.

Lyon sebenarnya masih memiliki kesempatan untuk mengajukan banding atas keputusan ini. Namun, apabila banding ditolak, mereka harus pasrah bermain di kasta kedua liga Prancis untuk musim 2025/2026. Jika sanksi tersebut bener-bener terjadi, maka klub yang pernah juara Ligue 1 tujuh kali berturut-turut ini untuk pertama kalinya dalam 2 dekade terakhir bermain di Ligue 2.

Kelima klub di atas membuktikan bahwa klub-klub besar pun tidak kebal terhadap ancaman finansial. Dari Bordeaux hingga Lyon, semua klub ini menjadi korban yang diharuskan turun kasta akibat mengalami krisis finansial yang parah. Manajemen keuangan yang buruk, utang tak terbayar, dan kegagalan memenuhi regulasi menjadi salah satu contoh yang menjadi penyebab mengapa klub-klub di atas mendapatkan sanksi yang berat, yaitu turun kasta dari divisi tertinggi liga masing-masing.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team