Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Leicester City yang Malah Memburuk bersama Ruud van Nistelrooy

ilustrasi bendera Leicester City (pixabay.com/jorono)
ilustrasi bendera Leicester City (pixabay.com/jorono)

Leicester City menelan kekalahan dari Brentford dalam pertandingan English Premier League (EPL) 2024/2025 pekan 26, Sabtu (22/2/2025) dini hari WIB. Dalam laga yang digelar di King Power Stadium ini, The Foxes dibantai oleh The Bees dengan skor telak, 0-4. Ini merupakan kekalahan kandang tanpa gol keenam mereka di EPL pada musim ini. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak dalam sejarah kompetisi sepak bola teratas di Inggris.

Dampaknya, sorotan pun mengarah tajam kepada sang penanggung jawab utama, Ruud van Nistelrooy. Ketika ditunjuk sebagai pelatih baru pada 30 November 2024, pria asal Belanda tersebut diharapkan bisa menghadirkan perbaikan. Ia diyakini mampu membawa klub kembali bangkit usai hancur bersama Steve Cooper. Namun, setelah 13 pertandingan di EPL, Leicester City justru malah makin memburuk bersama Nistelrooy. Seperti apa detailnya?

1. Ruud van Nistelrooy menjadi pengganti Steve Cooper

Sebelum EPL 2024/2025 dimulai, Leicester City kehilangan keseimbangan. Mereka ditinggal oleh Enzo Maresca yang dibajak oleh Chelsea. Padahal, pelatih asal Italia itu merupakan kunci di balik keberhasilan mereka meraih tiket promosi dengan menjadi juara Championship 2023/2024.

Untuk menggantikannya, manajemen Leicester City pun menunjuk Steve Cooper pada 20 Juni 2024. Sosok asal Wales tersebut diharapkan bisa membuat klub bertahan di EPL. Pada 2022/2023, Cooper berhasil melakukannya bersama Nottingham Forest.

Namun, setelah 13 pertandingan, Leicester City terus berkutat di zona turun degradasi. Manajemen Leicester City pun akhirnya memecat Cooper. Mereka menggantikannya dengan Ruud van Nistelrooy yang resmi diumumkan sebagai pelatih baru pada 30 November 2024.

Saat itu, keberhasilan mendapatkan Nistelrooy menjadi semacam kemenangan bagi Leicester City. Pasalnya, pria berusia 48 tahun itu sedang menjadi incaran banyak klub. Nistelrooy tengah naik daun berkat performanya sebagai pelatih interim Manchester United pada 28 Oktober 2024 hingga 11 November 2024.

Nistelrooy dipercaya oleh MU untuk memimpin tim secara sementara setelah mereka memecat Erik ten Hag. Ia menemani mereka dalam empat pertandingan. Hasilnya, MU tidak terkalahkan dengan mencatat 3 kemenangan dan 1 kekalahan.

Namun, alih-alih menunjuknya sebagai pelatih permanen, manajemen MU justru lebih memilih merekrut Ruben Amorim. Nistelrooy yang sebetulnya berstatus sebagai asisten pelatih memilih untuk tidak bergabung dengan tim kepelatihan Amorim. Ia akhirnya berlabuh di Leicester City pada 30 November 2024 dan dikontrak hingga 30 Juni 2027.

2. Bersama Ruud van Nistelrooy, jumlah poin Leicester City lebih rendah

Ruud van Nistelrooy memulai kariernya sebagai pelatih Leicester City dengan positif. Pada 3 Desember 2024, mereka berhasil mengalahkan West Ham United dengan skor 3-1. Lima hari berselang, mereka mampu menahan imbang Brighton & Hove Albion dengan skor 2-2. Padahal, mereka sempat tertinggal dua gol lebih dahulu.

Sayangnya, setelah itu, Leicester City mengalami penurunan yang drastis. Dari 11 pertandingan di EPL, mereka hanya bisa meraih 1 kemenangan. Itu terjadi pada 26 Januari 2025 saat mereka menaklukkan Tottenham Hotspur dengan skor 2-1.

Dengan begitu, Nistelrooy pun hanya mampu meraih 7 poin dari 13 pertandingan pertamanya di EPL sebagai pelatih Leicester City. Ironisnya, jumlah tersebut nyatanya lebih rendah dari 13 pertandingan pertama klub saat masih dilatih oleh Cooper. Leicester City mampu meraup sepuluh poin bersama Cooper. Mereka meraih 2 kemenangan, 4 keimbangan, dan menelan 6 kekalahan.

3. Lini depan dan belakang Leicester City di bawah asuhan Ruud van Nistelrooy juga memburuk

Tidak hanya secara hasil akhir, penurunan Leicester City bersama Ruud van Nistelrooy juga terlihat dari segi permainan. Produktivitas mereka malah memburuk. Di bawah komando Nistelrooy, Leicester City hanya mencetak 9 gol dengan expected goals sebesar 10,9. Saat masih dilatih oleh Steve Cooper, mereka mampu membuat 16 gol dengan expected goals sebesar 13,4.

Situasi yang sama juga terjadi untuk urusan pertahanan. Leicester City era Nistelrooy sudah kebobolan 32 gol. Padahal, catatan expected goals against mereka hanya ada di angka 24,9. Sementara, saat masih bersama Cooper, Leicester City hanya kebobolan 27 gol dengan expected goals against sebesar 25,7.

Hingga pekan 26, Leicester City masih berada di posisi 19 dengan 17 poin. Nistelrooy harus bekerja lebih keras demi menyelamatkan mereka dari degradasi. Jika tidak kunjung menciptakan perbaikan, bukan tidak mungkin ia dilepas sebelum musim 2024/2025 selesai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gifar Ramzani
EditorGifar Ramzani
Follow Us