Kehilangan Alisson Becker tidak hanya masalah absensi, tetapi juga menyentuh aspek performa tim secara menyeluruh. Berdasarkan laman resmi Premier League, Liverpool menunjukkan penurunan efisiensi pertahanan saat sang kiper utama absen. Rasio penyelamatan tim turun dari 73,3 persen menjadi 66,7 persen, sementara akurasi umpan dari penjaga gawang merosot dari 83,4 persen menjadi 76,7 persen.
Secara statistik, Liverpool memang tetap mencatat rata-rata poin yang mirip, tetapi performa defensif mereka menjadi lebih rentan terhadap peluang lawan. Alisson memiliki rata-rata kebobolan hanya 0,9 gol per laga, lebih rendah dari expected goals against (xGA) sebesar 1,05. Sementara penggantinya mencatat 1,27 gol kebobolan per laga, yang berarti masuk dalam kategori underperformance dalam efektivitas penyelamatan.
Kondisi ini mendorong klub untuk bertindak strategis. Liverpool sudah mempersiapkan langkah antisipatif dengan merekrut Giorgi Mamardashvili dari Valencia CF pada musim panas 2024 dengan nilai transfer 25 juta pound sterling (Rp553,3 miliar). Keputusan itu diambil dilandasi kekhawatiran jika Alisson akan kembali mengalami masalah fisik.
Mamardashvili, yang berusia 23 tahun, kini dipercaya menjadi pilihan utama sementara. Pada saat bersamaan, staf medis klub mulai menyesuaikan program latihan dengan pendekatan yang lebih spesifik, termasuk pengurangan beban sprint eksplosif dan pemantauan rutin menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dinamis sebagaimana disarankan pakar medis. Pendekatan ini diharapkan dapat menekan risiko cedera kambuhan tanpa mengorbankan gaya permainan agresif yang menjadi ciri khas Alisson.
Meski demikian, risiko itu tak bisa dihapus sepenuhnya. Kembali mengutip The Athletic, mantan kiper profesional Matt Pyzdrowski menilai, membatasi sprint Alisson justru akan menghilangkan elemen terbaik dari permainannya. Ia menyebut gaya proaktif Alisson sudah menjadi bagian dari identitasnya, dan sulit diubah tanpa mengurangi dampak positifnya bagi tim. Justru, hal tersebut menimbulkan dilema bagi Liverpool antara mempertahankan gaya bermain yang membawa kesuksesan, atau menyesuaikannya demi keberlanjutan karier sang kiper.
Pada akhirnya, riwayat cedera Alisson Becker mencerminkan pertarungan antara kualitas dan keterbatasan tubuh manusia. Ia tetap menjadi penjaga gawang kelas dunia, tetapi sejarah cedera yang panjang menandakan Liverpool harus mulai memikirkan regenerasi di bawah mistar sebelum penyelamat mereka kehabisan tenaga untuk kembali berdiri.