Jakarta, IDN Times - Sepak bola Inggris, sejak zaman dahulu, tidak mengenal kata fantasista. Tidak seperti Italia, sepak bola Inggris hanya berisikan dua hal: etos dan kerja keras. Siapa yang bekerja lebih keras, dia akan dihargai. Jack Grealish tentu paham ini.
Omongan ini jelas bukan pepesan kosong. Saat juara Piala Dunia 1966 silam, Inggris menerapkan taktik yang disebut kick dan rush. Taktik ini benar-benar memaksa pemain mengeluarkan kemampuan fisik terbaiknya.
Zaman dahulu, sebelum taktik memiliki banyak diversifikasi seperti zaman sekarang, sepak bola Inggris hanya dikenal dengan kekuatan fisiknya saja. Fantasi adalah hal yang tabu. Alhasil, pemain-pemain macam Matthew Le Tissier maupun Glenn Hoddle, hanya dikenal oleh selentingan orang saja.
Pengecualian berlaku untuk Paul Gascoigne, karena ia sanggup membawa Inggris melaju ke semifinal Piala Dunia 1990 dan Piala Eropa 1996. Tetapi ya itu, karena fantasi tidak termaksimalkan dengan baik, Inggris belum lagi mampu mengecap prestasi layaknya 1966.
Kini, di tengah diversifikasi taktik yang sudah mulai menjangkiti sepak bola Inggris, Grealish muncul memberikan sebuah fantasi buat sepak bola Inggris. Dia, yang lahir dari keluarga pendukung setia Aston Villa, menawarkan imajinasi bagi Inggris.