Gelandang timnas U-20, Arkhan Fikri (Dok.PSSI)
Arkhan, secara tidak langsung, sudah membentuk trio mematikan di lini tengah bersama Robi Darwis dan Toni Firmansyah. Ketiganya menjadi dasar dari permainan taktis yang dibangun Vanenburg di Timnas U-23. Mereka juga mampu berbagi peran dengan baik di tengah. Ada yang jadi pendobrak, penjaga kedalaman, hingga metronom.
Peran Arkhan dalam skema Vanenburg sebagai penghubung antar lini, tengah dan depan. Umpan-umpan ajaibnya dari tengah adalah sumber kehidupan bagi lini depan Timnas U-23. Itulah yang hilang saat lawan Malaysia.
Ketiadaan Arkhan bikin Timnas U-23 sulit mengalirkan bola ke depan. Toni dan Robi kehilangan satu pemain yang bisa menghubungkan bola ke depan, sebab saat bersamaan juga harus menjaga kedalaman. Alhasil, permainan di sektor tengah Timnas U-23 jadi statis, tak dinamis.
Situasi ini juga membuat para pemain Malaysia berani memberi tekanan, karena tak perlu risau dengan umpan-umpan Arkhan yang presisi. Hasilnya, sepanjang laga Timnas U-23 sulit menciptakan peluang bersih ke gawang Malaysia. Kesulitan ini yang jadi pangkal nol gol Timnas U-23 ke gawang Malaysia, meski mereka tampil dominan.