Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pemain Newcastle United merayakan gol. (instagram.com/nufc)

Newcastle United adalah salah satu tim paling menyedihkan untuk didukung. Meski berlaga secara reguler di English Premier League (EPL), mereka sering menghuni zona relegasi. Ditambah letaknya yang berada jauh di utara Inggris, Newcastle United kalah pamor dibanding tim-tim yang berbasis di ibu kota dan sekitarnya. 

Sebuah kejanggalan terjadi pada awal musim 2022/2023 ini. Secara mengejutkan, tim hitam/putih ini berhasil menempati posisi lima besar di klasemen sementara EPL. Banyak yang mengaitkan kesuksesan ini dengan suntikan dana yang mereka peroleh dari investor asal Arab Saudi sejak 2021. 

Benarkah hanya dana yang jadi faktor kesuksesan Newcastle United? Lantas, seperti apa prospek mereka musim ini?

Berikut beberapa ulasan dan poin menarik tentang Newcastle United yang wajib kamu tahu.

1. Newcastle United merupakan gabungan tim-tim olahraga di kawasan Tyneside, Inggris

Kieran Trippier (instagram.com/nufc)

Melansir laman resmi Newcastle United, kawasan Tyneside (wilayah yang berada di tepian sungai Tyne) mengalami perkembangan olahraga yang lebih lambat dibanding kota-kota lain di Inggris. Newcastle United baru resmi terbentuk pada 1890-an dari gabungan beberapa klub sepak bola dan asosiasi olahraga lainnya. Bandingkan dengan Manchester dan London yang sudah punya klub sepak bola profesional pada 1870--1880-an. 

Ketika akhirnya resmi menjadi klub profesional, tim ini gagal masuk ke liga divisi pertama dan harus bermain dulu di divisi dua selama beberapa tahun. Menjelang abad ke-20, tepatnya pada 1898/1899, Newcastle United berhasil promosi ke liga utama. 

2. Era 1900--1920-an adalah masa kejayaan mereka

Suporter Newcastle United membentangkan spanduk. (instagram.com/nufc)

Pada awal partisipasinya dalam liga utama Inggris yang kini disebut EPL, Newcastle United adalah tim yang cukup diperhitungkan. Mereka berhasil merengkuh gelar juara liga pertama pada 1904/1905, disusul musim 1906/1907 dan 1908/1909. 

Pada 1900--1920-an, mereka beberapa kali lolos ke babak final Piala FA. Dua Piala FA mereka rebut pada 1909/1910 dan 1923/1924. Itu ditambah gelar juara liga utama untuk ketiga kalinya pada 1926/1927.

Meski sempat masuk ke final FA Cup pada 1931/1932, mereka harus rela turun ke liga divisi dua pada 1934. Ini adalah awal dari penurunan performa Newcastle United. Faktor eksternal seperti kemunculan tim lain yang meramaikan persaingan bisa jadi salah satu penyebab utamanya. 

3. Diuntungkan dengan adanya break selama Perang Dunia II

Pemain Newcastle United merayakan kemenangan 5-0 atas MU pada 1996. (instagram.com/nufc)

Penurunan performa ini kemudian disusul dengan kondisi darurat selama Perang Dunia II yang membuat sepak bola Inggris dan Eropa pada umumnya harus dihentikan sementara waktu. Waktu tersebut ternyata dimanfaatkan jajaran klub untuk melakukan reformasi. Mereka merekrut mantan pemain, Stan Seymour sebagai pelatih yang akhirnya berhasil membawa Newcastle kembali bermain di liga utama. 

Selama era Seymour, Newcastle berhasil meraih dua Piala FA berturut-turut pada 1950/1951 dan 1951/1952. Piala FA keenam mereka direngkuh pada 1954/1955, kali itu di bawah asuhan Doug Livingston. Tahun 1950-an adalah tahun terakhir Newcastle United berprestasi secara rutin. Pada 1960-an, performa mereka memburuk dan sempat terelegasi pada 1961. 

Setelah drama pergantian pelatih, Joe Harvey terpilih mengisi posisi sakral tersebut. Menjelang tahun 1970-an, Magpies (julukan untuk Newcastle United) berhasil kembali ke liga utama dan bahkan berkesempatan berlaga di kompetisi Eropa. Pada era 1970--1980-an, klub berhasil menghadirkan nama-nama tenar seperti Kevin Keegan dan Malcolm Ian Macdonald yang mengantongi pengalaman bermain untuk tim-tim ibu kota.

4. Prestasi mulai naik di bawah asuhan Bobby Robson pada awal 2000-an

Laurent Robert, pemain kunci Newcastle United pada 2000-an (instagram.com/nufc)

Meski produk akademi Newcastle United, Robson tidak pernah bermain sebagai pesepak bola profesional di klub tersebut. Ia baru kembali pada 1999 sebagai pelatih. Selama diasuh Robson, Newcastle berhasil menempati peringkat lima besar di klasemen EPL dan berhak berlaga di UEFA Champions League dan UEFA Europa League. 

Meski begitu, kebersamaan Robson dengan tim tidak berlangsung lama. Melansir The Guardian, pada 2004, ia dipecat karena dianggap tidak bisa menampilkan performa apik pada awal musim. Namun, beberapa alasan lain termasuk perbedaan pendapat dengan pemain dan jajaran klub juga jadi alasan.

Sejak saat itu, Newcastle United menahbiskan diri sebagai tim medioker di EPL. Bahkan, tak jarang menjadi penghuni rutin zona degradasi. Pada 2009 dan 2015, mereka sempat berlaga di liga divisi kedua meski akhirnya dengan mudah kembali ke EPL setelah semusim. 

5. Mencoba mempertahankan idealisme menjadi wadah untuk talenta lokal Inggris Utara

Musisi Sam Fender yang asli Tyneside saat menyaksikan pertandingan Newcastle United. (instagram.com/nufc)

Meski sempat menghadirkan sejumlah pemain asal luar negeri dan beberapa kota besar Inggris lainnya, Newcastle United adalah klub yang lebih banyak diisi penggawa-penggawa lokal. Kebijakan idealis ini tidak selamanya dianggap positif.

Melansir The Mag, sebuah situs yang dikelola asosiasi penggemar Magpies, beberapa penggemar menganggap idealisme ini terlalu sulit diwujudkan. Apalagi dengan kecenderungan klub yang tidak proaktif memberikan fasilitas terbaik untuk murid akademi. 

Hal serupa diungkap pengamat dan presenter sepak bola Richard Keys lewat surat kabar lokal Chronicle Live. Ia percaya bahwa letak geografis Newcastle United menjadi ketidakberuntungan sendiri untuk keberlangsungan klub. Menurut Keys, mereka seharusnya bisa mempertimbangkan memindahkan akademi ke kota yang lebih dekat dengan London untuk menarik lebih banyak talenta muda berbakat. 

6. Kucuran dana dari Arab Saudi dan kedatangan pemain-pemain kunci membawa angin segar

Miguel Almiron dan Joe Willock (instagram.com/nufc)

Pada 2022/2023, Newcastle United mengalami peningkatan performa yang cukup mencengangkan. Biasanya menghuni papan bawah atau papan tengah, kini posisi mereka meroket ke lima besar. Faktor pertama yang paling kentara tentu suntikan dana dari investor Public Investment Fund yang dikelola pemerintah Arab Saudi. 

Sejak berganti kepemilikan, Newcastle United tak ragu menggelontorkan dana, termasuk keputusan mendatangkan Alexander Isak dan Bruno Guimaraes dengan harga fantastis. Tak hanya itu, kembalinya pemain berpengalaman macam Callum Wilson dan Kieran Trippier yang musim lalu cedera juga dianggap sebagai faktor penting kesuksesan Magpies musim ini. 

Beberapa pemain juga tampil gemilang musim ini, seperti Miguel Almiron yang sudah menyumbang sedikitnya enam gol. Sementara, Fabian Schar yang dipilih Eddie Howe jadi kunci di lini pertahanan timnya.

Meski terlihat menjanjikan, perjalanan Newcastle United mempertahankan posisi strategis mereka di klasemen akhir EPL masih panjang. Ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi.

Howe lewat wawancaranya dengan The Athletic memilih untuk tidak gegabah mengeklaim status sukses. Menurutnya, visi realistis Newcastle United saat ini adalah bertahan di peringkat sepuluh besar, selangkah lebih baik dari musim-musim lalu yang hanya fokus terlepas dari jerat relegasi. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team