Inkonsisten, 5 Pemain Ini Berjuluk One Season Wonder di Premier league

Legenda Crystal Palace ini mencetak 21 gol di Premier League selama musim 2004/2005. Hanya Thierry Henry yang memiliki jumlah gol lebih banyak daripada Andy Johnson. Lewat perrforma impresifnya musim tersebut, sang pemain bahkan dipanggil masuk Timnas Inggris. Sayangnya, di akhir musim Crystal Palace harus terdegradasi ke Championship Division.

Pada 2007 dia kemudian direkrut Everton, namun performanya tak lagi sebaik di musim 2004/2005. Di musim perdananya di Everton, Andy Johnson hanya mencetak 11 gol dari 32 laga Premier League.

Mantan pemain internasional Afrika Selatan ini tampil tajam dengan mengoleksi 18 gol untuk Blackburn Rovers, unggul satu gol dari Cristiano Ronaldo pada musim 2006/2007. Namun, segalanya menjadi menurun di musim setelahnya.

Bahkan, kepindahannya ke West Ham United dan Orlando Pirates tidak dapat mengembalikan performa terbaiknya. Usai gantung sepatu sebagai pemain, dia sempat menangani Cape Town City FC antara 2017 dan 2019, tetapi diberhentikan setelah hanya meraih  dua kemenangan dari 18 pertandingan. Sekarang, dia bertanggung jawab atas AmaZulu FC.

Tidak ada yang bisa percaya ketika Sunderland berhasil mendatangkan salah satu bintang Piala Dunia 2010, Asamoah Gyan. Kala itu dia berhasil membawa negaranya, Ghana, lolos ke perempatfinal Piala Dunia meskipun kalah secara tragis dari Uruguay.

Di musim perdananya di Premier League performanya cukup menjanjikan. Dia mampu mencetak 10 gol dari 31 laga. Sayang, performa apiknya itu hanya bertahan satu musim. Musim selanjutnya dia bahkan hanya tampil dalam tiga laga saja sebelum dilepas ke klub Qatar, Al-Ain.

Pada Januari 2012, Newcastle United merekrut Papiss Cisse dari klub Jerman, SC Freiburg. Tampil di tengah musim, sang pemain langsung menarik perhatian usai tampil tajam dengan mencetak 13 gol dari 14 laga. Sayang, performanya di musim selanjutnya menurun drastis.

Cisse hanya mampu mencetak 8 gol dari 36 laga Premier League. Pada 2016 dia kemudian dilepas ke klub Tiongkok, Shandong Luneng, sebelum berseragam klub Turki, Alanyaspor, dua musim berikutnya.

Swansea City mungkin saja menyesal tidak melepas Michu senilai 20 juta pounds, harganya kala itu, setelah sang pemain diincar banyak klub usai performa apiknya di musim debutnya. Michu mencetak 18 gol di musim debutnya bersama Swansea pada musim 2012/2013. Hanya dua tahun setelahnya, karena cedera pergelangan kaki kronis, akhirnya sisa karier Michu di Premier League terhambat.

Pada 2014 dia sempat dipinjamkan ke Napoli, namun performanya tak pernah kembali. Di masa-masa akhirnya sang pemain hanya bermain di klub kasa kedua Spanyol, Real Oviedo, sebelum gantung sepatu pada 2017.

Konsistensi memang menjadi hal yang sangat penting bagi seorang pesepak bola. Gagal mempertahankan hal tersebut, karier mereka menjadi taruhannya. Apalagi, di kompetisi Premier League yang dikenal sangat kompetitif dan banyak bintang baru datang silih berganti.