Direktur PFA Wolfgang Pikal melatih anak-anak didiknya di Lapangan Sepak Bola Mimika Sport Complex, Timika, Papua Tengah. (IDN/Dok. Papua Football Academy)
Dalam proses pembinaan, PFA tidak hanya sekadar melatih bermain bola. Direktur PFA Wolfgang Pikal mengatakan, PFA juga memberikan pendidikan karakter dan pendidikan formal.
Selama menjalani pendidikan, para peserta didik ditempatkan di sebuah asrama ekslusif yang berada tepat di dalam kawasan Mimika Sport Complex (MSC), lengkap dengan berbagai fasilitas olahraga raga berstandar internasional.
Dalam kesehariannya, peserta PFA mulai menjalani latihan sepak bola dari pukul 08.00 hingga pukul 10.00 dan kemudian dilanjutkan dengan makan siang.
Sore harinya, mereka mengikuti pendidikan formal seperti sekolah pada umumnya dengan bimbingan langsung dari guru-guru Sentra Pendidikan. Setelah itu, pada malam hari, waktu mereka akan diisi dengan beberapa teori analisis untuk mengevaluasi kembali bagaimana perkembangan tiap-tiap anak.
Dalam menjalankan PFA, Wolfgang bersama kru pelatih mengadopsi pola latihan dengan Filosofi Sepak Bola Indonesia (Filanesia).
"Filosofi kita mirip-mirip Filanesia, soalnya out come target terakhir kita itu mereka bisa jadi pemain Indonesia, pemain profesional, atau main di Timnas," ujar mantan Asisten Pelatih Timnas Indonesia itu saat menggelar konferensi pers di MSC, Sabtu (25/3/2023).
Demi mencapai hasil maksimal, ada hal menarik dan belum pernah ada di Papua,bahkan Indonesia, yaitu bagaimana PFA secara bertahap terus meningkatkan volume latihan pesertanya. Ketika sebelumnya anak-anak PFA mendapatkan porsi latihan 12 jam per minggu, kini jumlah waktu tersebut telah ditingkatkan menjadi 16 jam per minggu.
"Mudah-mudahan di September, kita bisa meningkatkan lagi menjadi 20 jam per minggu. Itu targetnya. Soalnya Ini mirip-mirip dengan kuantitas volume latihan di Eropa," kata Wolfgang optimistis.
Sebagai warga negara Austria berdarah Jerman, ada beberapa prinsip sepak bola Jerman yang tidak lupa ia masukkan ke dalam pendidikan PFA, yakni pembentukan karakter dan pola pikir pemain.
"Ini lebih ke sifat atau sikap. Soalnya bakat di Papua ini bagus-bagus, teknik oke, speed-nya oke, cuma harus dibarengi juga dengan pola hidup disiplin seperti atlet profesional. Itulah yang kita masukkan ke dalam PFA supaya mereka bukan cuma teknik dan taktik yang bagus, tapi juga tahu bagaimana dia harus hidup sebagai atlet top. Itu yang penting," terangnya.
Dalam beberapa kesempatan, anak-anak PFA juga diterbangkan ke luar Mimika, seperti ke Jayapura, Bali, hingga Pulau Jawa untuk melakoni laga persahabatan bersama tim-tim sepak bola lainnya.
Hal itu dilakukan untuk melihat perkembangan bakat anak, sekaligus menambah jam terbang serta menggembleng mental anak-anak PFA dalam menghadapi sebuah pertandingan.
Di luar teknis bermain bola, PFA juga memikirkan bagaimana kondisi psikologis anak didiknya. Untuk itu, PFA telah menerapkan sebuah program untuk melindungi anak, yaitu PFA Child Safeguarding.
Sementara, Komite PFA Children Safeguarding Nugroho Setiawan melalui sebuah video di Kanal YouTube resmi PFA menjelaskan, program tersebut diadopsi dari FIFA Children Safeguarding.
"Ini adalah satu program keselamatan anak untuk menjamin anak-anak ini mencapai mimpinya. Dalam arti, sering mungkin terjadi bullying di antara mereka, atau situasi yang tidak safe dalam rangka latihan atau pun sekolah, sehingga ini yang kita lakukan di PFA untuk mereduksi hal-hal buruk itu," jelasnya.
Lebih lanjut Nugroho menuturkan, program PFA Child Safeguarding juga termasuk dalam pengajaran sopan santun, tata krama, serta bagaimana berinteraksi secara sosial, baik dengan sesama peserta, dengan para pelatih dan staf, maupun dengan orang luar.
"Jadi, kita harus menjaga keceriaan dan kegembiraan anak-anak ini mencapai mimpinya. Ini yang kita harus jaga. PFA ini program pro aktif yang memberikan bimbingan, pengasuhan, supaya anak terhindar dari bahaya. Kemudian menciptakan lingkungan yang ramah anak," tuturnya.
Papua Football Academy jelas bukan program yang main-main. Untuk dapat mencapai target, pemerintah telah merangkul banyak pihak di dalamnya.
Hal itu dapat dilihat dari keseriusan Jokowi dalam memilih sponsor utama. Tak sampai di sana, pilihan ketat juga termasuk bagaimana proses seleksi calon peserta yang bakal dididik oleh PFA dengan program-program pelatihan terbarukan di Papua.