Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Luka Jovic (twitter.com/goal)
Luka Jovic (twitter.com/goal)

Perputaran uang di dunia sepak bola makin tak menentu. Kendati jagat raya tengah sibuk berjuang menghadapi pandemik COVID-19, industri si kulit bundar justru menjalani bursa transfer yang padat, khususnya di liga top Eropa. Sederet pemain sepak bola hengkang ke klub baru dengan nominal yang fantastis.

Meski begitu, harga mahal bukanlah sebuah jaminan. Dari beberapa kasus rekor transfer termahal yang sudah terjadi, ada beberapa nama yang justru flop dan malah harus dipinjamkan ke klub lain.

1. Miralem Pjanic

Miralem Pjanic (twitter.com/Besiktas)

Digadang-gadang bisa memberi pengaruh besar kepada Barcelona, kedatangan Miralem Pjanic justru terkesan sia-sia. Didatangkan dari Juventus dengan harga mencapai 60 juta euro atau Rp971 miliar, Pjanic gagal mendapatkan tempat utama. Ia kalah bersaing dengan pemain lain, seperti Pedri hingga Ilaix Moriba.

Pjanic akhirnya dipinjamkan ke Besiktas demi menambah jam terbang. Dipinjam selama semusim penuh, pemain berpaspor Bosnia-Herzegovina itu dipercaya untuk tampil rutin mengisi lini tengah timnya. Pjanic sudah diberikan kesempatan 16 kali bermain di semua kompetisi dan mengoleksi 4 assist.

2. Alvaro Morata

Alvaro Morata (twitter.com/AlvaroMorata)

Julukan si petualang sejati tampaknya cocok disematkan kepada Alvaro Morata. Bagaimana tidak, karier sepak bolanya cenderung tak bertahan lama di suatu klub. Seperti kepindahannya ke Chelsea yang menghabiskan biaya 66 juta euro atau Rp1 triliun pada musim panas 2017.

Mendapatkan kepercayaan penuh sebagai juru gedor The Blues, performa Morata malah dinilai gagal lantaran seret gol. Ia cuma bertahan selama 1,5 musim akibat dipinjamkan ke Atletico Madrid. Bersama Los Rojiblancos, Morata sempat menemukan kembali sentuhan terbaiknya dan dipermanenkan pada akhir musim. Meski begitu, ia tidak membela Atletico Madrid pada 2021/2022 lantaran pindah ke Juventus. 

3. Philippe Coutinho

Philippe Coutinho (twitter.com/goal)

Keputusan Barcelona merekrut Philippe Coutinho seharga 135 juta euro atau sekitar Rp2,2 triliun malah tak berbuah apa-apa. Meski tampil apik pada musim debutnya, performa eks pemain Liverpool itu anjlok akibat ketidaksesuaian posisi yang dimainkannya di Spanyol. Alhasil, Coutinho terpaksa dipinjamkan ke Bayern Munchen selama semusim.

Bersama Die Bayern, Coutinho mampu menunjukkan performa impresif sebagai kreator serangan. Ia tampil reguler dan produktif dengan mengemas 11 gol serta 9 assist. Coutinho membantu Munchen meraih treble winners meski harus menaklukkan tim asalnya, Barcelona, dengan skor 8-2 di fase knock-out Liga Champions. Setelah masa baktinya di Jerman selesai, ia kini kembali ke Barcelona.

4. Luka Jovic

Luka Jovic (twitter.com/Squawka)

Kampanye Real Madrid dalam menghadirkan kompetitor ideal bagi Karim Benzema menyuguhkan satu nama, Luka Jovic. Ia dibeli dari Eintracht Frankfurt seharga 63 juta euro atau sekitar Rp1 triliun pada musim panas 2019. Berbekal pengalaman manisnya di Jerman, Jovic justru gagal bersinar di Real Madrid.

Performa Jovic anjlok dengan cuma mencetak 2 gol selama 1,5 musim membela Los Blancos. Manajemen Real Madrid akhirnya memilih untuk meminjamkan Jovic ke Frankfurt pada sisa musim 2020/2021. Bersama Die Adler, performa Jovic membaik dengan mampu mencetak 4 gol dari 18 laga. Ia kini telah kembali ke Real Madrid.

5. Antoine Griezmann

Antoine Griezmann (twitter.com/fanatikcomtr)

Ekspektasi Barcelona belum mampu dipenuhi Antoine Griezmann dengan baik. Padahal ia dibeli seharga 120 juta euro atau sekitar Rp1,9 triliun pada musim panas 2019. Namun, selama 2 musim, performa pemain Prancis tersebut tak mengangkat prestasi La Blaugrana.

Krisis finansial Barcelona kemudian memaksa mereka harus melepas sejumlah pemain dengan gaji tinggi, termasuk Griezmann. Ia akhirnya dipinjamkan ke klub lamanya, Atletico Madrid, pada 2021/2022 ini. Griezmann mampu memberikan pengaruh positif bagi Los Rojiblancos dengan mencetak tujuh gol sejauh ini.

Kepindahan pemain dengan harga mahal bisa dibilang merupakan risiko yang punya dua sisi berbeda. Di satu sisi bakal menguntungkan klub yang membelinya apabila sang pemain mampu tampil impresif. Sebaliknya, klub bakal merugi bila performa pemain barunya itu tak sesuai ekspektasi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team