Jika Inggris punya Setan Merah bernama Manchester United, Italia pun tidak mau kalah. Negeri Pizza memiliki AC Milan yang dijuluki Iblis Merah atau Il Diavolo Rosso dalam bahasa lokal. Baik MU maupun AC Milan merupakan klub yang disegani di Eropa dan dunia.
Karena itu, tidak mengherankan jika kemudian banyak pemain yang bermimpi bisa membela salah satunya. Namun, ada pula yang akhirnya dapat bermain tidak hanya untuk satu klub, melainkan juga keduanya. Siapa saja para pesepak bola ini?
Beckham adalah bagian dari generasi Class of '92 yang mengantarkan MU merebut treble winners pada musim 1998/1999. Becks lantas memutuskan pindah ke Real Madrid pada tahun 2003 sebelum hijrah ke Major League Soccer membela LA Galaxy pada tahun 2007.
Selama berseragam tim asal Amerika Serikat ini, Beckham sempat dipinjamkan dua kali ke AC Milan. Periode pertama terjadi pada Januari 2009 selama 3 bulan. Setelah kembali ke Negeri Paman Sam pada medio 2009, ia dipinjamkan lagi ke Il Rossoneri pada November 2009.
Ibra adalah bagian dari skuad AC Milan saat menggondol gelar Serie A musim 2010/2011. Sempat menyeberang ke Prancis untuk membela PSG, ia menerima pinangan MU pada tahun 2016. Bertahan 2 tahun, Ibra meneruskan karier di Amerika Serikat dengan membela LA Galaxy.
Cuma semusim di Negeri Paman Sam, penyerang berpaspor Swedia ini balik lagi ke Benua Eropa dan membela AC Milan. Di usianya yang sudah memasuki 39 tahun, pemain berjuluk Ibracadabra ini masih menjadi tumpuan lini depan Il Diavolo Rosso.
Bek berpaspor Belanda ini didatangkan MU pada tahun 1998 dari PSV Eindhoven. Di musim perdana, ia langsung mengantarkan Setan Merah merebut treble winners. Namun, Stam cuma bertahan tiga tahun di Inggris dan akhirnya hijrah ke Lazio.
Membela klub ibu kota Italia hingga 2004, seperti dilansir The Guardian, Stam kemudian dipinang AC Milan dengan kontrak berdurasi dua tahun. Ia cuma mampu menyumbangkan Piala Super Italia sebelum akhirnya pulang kampung ke Negeri Kincir Angin.
Bagi penggemar MU dekade 1990-an, pasti tidak asing dengan pemain ini. Yup, Blomqvist adalah penggawa Setan Merah yang membela tim tersebut mulai 1998 hingga 2001. Walau cuma menjadi ban serep, ia adalah bagian pemenang treble winners musim 1998/1999.
Sebelum berkarier di Inggris, pemain berpaspor Swedia tersebut ternyata juga pernah membela AC Milan pada tahun 1997. Namun, ia cuma bertahan satu musim di kota mode tanpa menyumbangkan gelar. Kemudian, ia pindah ke Parma dan tampil cukup apik di sana.
Darmian bergabung dengan tim junior AC Milan pada tahun 2001 dan mentas ke tim utama 5 tahun kemudian. Namun, ia gagal berkembang dan kemudian pindah ke Palermo. Bertahan semusim, ia hijrah ke Torino dan menemukan permainan terbaiknya di klub ini.
Pada Juli 2015, seperti dikutip Sky Sports, MU mendatangkan Darmian dengan kontrak berdurasi empat tahun. Sayangnya, kehadiran Jose Mourinho sebagai pelatih membuatnya terpinggirkan. Akhirnya, ia memutuskan pindah ke Parma pada September 2019.
Taibi pernah membela AC Milan dalam dua periode. Periode pertama musim 1990/1991 dan periode kedua musim 1997/1998. Sayangnya, di Milan, ia bisa dikatakan gagal. Kemudian, Taibi hijrah ke Venezia pada musim 1998/1999 dan tampil cukup baik.
Kiprahnya memikat MU yang kebetulan sedang mencari kiper sepeninggal Peter Schmeichel. Didatangkan bersamaan dengan Mark Bosnich pada medio 1999, Taibi ternyata kalah saing. Ia cuma tampil empat kali di liga dan hanya bertahan semusim.
Ketika dibeli dari Porto pada Juni 2018, karier Dalot diharapkan dapat berkembang di MU. Sayangnya, dengan usia yang memang masih belia, ia belum mampu tampil konsisten. Setelah dua musim, klub memutuskan meminjamkan bek asal Portugal ini ke AC Milan.
Tampil cukup baik di awal musim, seperti diwartakan Football Italia, AC Milan tertarik untuk membeli Dalot secara permanen. Namun, menurut kabar terbaru, klub agaknya urung melakukan itu lantaran performa sang pemain yang cenderung menurun.
Jordan adalah pemain nomor 9 yang pernah membela MU pada tahun 1978 hingga 1981. Namun, sebagai penyerang, produktivitasnya tidak begitu baik. Ia cuma mencetak 41 gol dalam 126 partai. Jordan pun menyeberang ke Italia untuk membela Milan.
Di AC Milan, ketajamannya tidak membaik. Ia hanya mampu menceploskan 19 gol dalam 62 pertandingan di seluruh kompetisi. Hanya bertahan dua musim, Jordan memutuskan pindah ke Hellas Verona sebelum akhirnya pulang ke Inggris pada tahun 1984.
MU mendatangkan Wilkins dari Chelsea pada awal musim 1979 ketika klub London Biru terdegradasi. Bermain di Old Trafford hingga pertengahan 1984, ia sukses menjadi kampiun Piala FA musim 1982/1983 dan Charity Shield tahun 1983.
Kemudian Wilkins menyeberang ke Italia dengan membela AC Milan. Ia menjadi salah satu pemain kunci klub, setidaknya selama dua musim pertama. Namun, kedatangan Roberto Donadoni pada musim 1986/1987 membuatnya perlahan tersisih dari tim utama.
Bisa membela tim besar Eropa tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi banyak pemain. Apalagi, kalau mereka mampu menyumbangkan gelar bagi tim yang dibelanya.