Salah satu alasan Mikel Arteta memilih Gabriel Heinze sebagai pengganti Carlos Cuenca adalah karena koneksi kuat yang dimiliki mereka. Arteta dan Heinze merupakan rekan setim di Paris Saint-Germain pada paruh kedua 2001/2002. Saat itu, Arteta datang ke Paris sebagai pemain pinjaman dari Barcelona. Meski hanya bermain bersama selama 6 bulan, keduanya dilaporkan menjalin hubungan yang cukup dekat.
Dilansir The Athletic, Arteta menyebut Heinze sebagai salah satu sosok yang memberikan bantuan paling besar ketika berada di PSG. Ini wajar mengingat Arteta saat itu masih berusia 18 tahun. Sementara, Heinze berumur 5 tahun lebih tua darinya. Arteta menganggap Heinze sebagai inspirasi karena menjadi contoh baginya untuk bertindak sebagai pemain profesional dan juga memahami permainan sepak bola secara lebih utuh.
Keduanya memang tidak pernah lagi mendapat kesempatan seperti itu. Namun, mereka sempat bermain di Premier League pada periode yang sama. Setelah Heinze bergabung dengan Manchester United pada awal 2004/2005, Arteta menyusul 6 bulan berselang usai direkrut Everton dari Rangers. Tiga tahun kemudian, Heinze meninggalkan Inggris. Sementara, Arteta bertahan sampai pensiun di Arsenal pada 2016.
Meski terhitung singkat, pengalaman Heinze di sepak bola Inggris tersebut jelas menjadi alasan lain Arteta mengajaknya untuk kembali bekerja sama. Selain itu, pujian yang disampaikan Arteta untuk Heinze di atas juga mengindikasikan adanya kesamaan akan ide dan prinsip mengenai sepak bola. Setidak-tidaknya, itu terlihat dari skema 4-3-3 yang dipakai mereka.
Sebagai pelatih, Heinze mungkin tidak bergelimang prestasi seperti ketika masih bermain. Namun, kinerjanya sejauh ini menunjukkan potensi tersebut. Lagi pula, Arteta tentu merekrutnya bukan hanya karena faktor kemampuan dalam melatih. Jika melihat rekam jejaknya, alasan lain yang membuat Arteta mengajak Heinze untuk berkolaborasi adalah karena karakter dan mental pemenangnya.
Ini jelas sangat sesuai dengan hasil yang diraih Arsenal selama 3 musim terakhir. Mereka selalu gagal menjadi juara English Premier League karena terhenti sebagai runner-up. Apa yang dibutuhkan Arsenal untuk melewati adangan terakhir tersebut mungkin bukan hanya perbaikan dari sisi permainan, melainkan juga mentalitas. Gabriel Heinze diharapkan bisa membantu mereka memenuhi syarat tersebut.