Jakarta, IDN Times - Dalam waktu dekat, Timnas Indonesia diprediksi akan dapat pemain keturunan yang baru. Dia adalah Mauro Ziljstra, sosok yang kini mentas di klub Belanda, FC Volendam U-21.
Ziljstra disebut-sebut berpeluang besar membela Timnas Indonesia dalam waktu dekat. Dia dikabarkan sudah menyerahkan berkas untuk proses naturalisasi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) ke PSSI.
Seperti apa kemampuan dari Ziljstra? Lalu, dari mana darah Indonesianya berasal? Simak profilnya berikut ini?
Nama Mauro Ziljstra rupanya bukan nama asing di kalangan pecinta sepak bola usia muda Belanda. Dia lahir di Zaandam, Belanda, pada 9 November 2004. Itu berarti, sekarang usianya berada di angka 19 tahun.
Ziljstra sendiri ternyata memang memiliki darah Indonesia. Darah ini berasal dari sang nenek yang merupakan orang Bandung. Darah ini mengalir melalui sang ayah, yang akhirnya mengalir juga padanya.
Ziljstra adalah sosok yang memiliki kemampuan sebagai penyerang murni. Hal itu tak lepas dari bakat alami yang dia miliki, dan terasah selama dia membela banyak tim muda di Liga Belanda.
Tercatat, AZ Alkmaar, Amsterdam FC, NEC Nijmegen, hingga sekarang Volendam jadi tim-tim yang pernah dibela oleh Ziljstra. Selama membela klub-klub tersebut, dia produktif lewat catatan 30 gol dalam 46 laga di semua kompetisi.
Sebagai penyerang, Ziljstra memiliki kemampuan penempatan posisi yang ciamik. Dia juga apik dalam duel udara, dengan tinggi badan mencapai 188 cm. Kemampuan penempatan posisi ini diiringi dengan kemampuannya dalam mencetak gol.
Sampai saat ini, belum ada kabar resmi dari PSSI mengenai proses naturalisasi Ziljstra ini. Namun, jika kelak dia merampungkan proses naturalisasinya dan bisa membela Timnas Indonesia, dia bisa jadi opsi baru bagi lini depan skuad Garuda.
Saat ini, Timnas Indonesia memang kekurangan stok penyerang murni, terutama yang bertipe finisher. Mereka hanya punya nama lokal macam Dimas Drajad ataupun Ramadhan Sananta di posisi itu, yang kadang tampil kurang ciamik.
Dengan adanya Mauro Ziljstra, Timnas Indonesia akan punya pilihan lain di lini depan, terutama ketika Dimas dan Sananta tak bisa bermain. Dia juga bisa jadi tandem bagi Rafael Struick, yang acap jadi tumpuan di lini depan skuad Garuda.