deretan pemain RB Leipzig (instagram.com/rbleipzig)
Seperti yang dijelaskan dalam situs resmi Bundesliga, asosiasi sepak bola Jerman atau Deutscher Fussball-Bund (DFB) memberlakukan aturan 50+1. Aturan tersebut dibuat pada 1998 untuk mengatur kepemilikan saham di sebuah klub sepak bola serta menjamin kontribusi penggemar dalam proses voting.
Menurut aturan tersebut, investor komersial hanya boleh memiliki maksimal 49 persen saham. Dengan peraturan ini, diharapkan penggemar masih menjadi pemegang saham terbesar, harga tiket bisa tetap murah, dan tidak terjadi kesenjangan keuangan yang mencolok antarklub.
Meski begitu, beberapa klub bisa mendapatkan dispensasi dari peraturan ini bila sponsor komersialnya sudah memiliki saham lebih dari 20 tahun. Hal ini berlaku untuk Bayer Leverkusen yang didirikan oleh pegawai dari sebuah perusahaan obat dan Wolfsburg yang terafiliasi dengan perusahaan otomotif.
RB Leipzig berhasil memenuhi syarat 50+1 dengan memberlakukan taktik yang cukup kontroversial, meski tidak salah. Melansir The Guardian, sama seperti klub-klub lain, mereka membuka kesempatan untuk penggemar agar bisa berkontribusi dalam proses pembuatan keputusan dengan cara menjadi anggota. Untuk menjadi anggota, penggemar harus membayar iuran yang biasanya kurang dari 100 euro (sekitar Rp1,5 juta) per musim.
RB Leipzig kemudian menetapkan biaya sebesar 800 euro (setara Rp12 juta) pada 2014. Mereka juga berhak menolak lamaran anggota yang menurut mereka tidak sah secara sepihak. Ini bisa jadi celah bagi klub untuk mengakumulasi sokongan dana dari kalangan tertentu.