Romelu Lukaku tampil gemilang ketika Belgia bertemu dengan Panama dalam pertandingan Grup G di Sochi pada Senin (18/6). Penyerang berusia 25 tahun itu sukses menyarangkan dua dari tiga gol Setan Merah yang gagal dibalas oleh tim asuhan Hernan Gomez.
Romelu Lukaku: Tumbuh dalam Kebangkrutan Hingga Bermain di Piala Dunia

1. Lukaku tumbuh dalam keluarga yang bangkrut secara finansial
Ketika membicarakan Lukaku, jangan membayangkan seorang pesepak bola yang bermain gim FIFA saat masih anak-anak. Jangan pula mengira bahwa ia pasti menyaksikan setiap pertandingan Liga Champions saat musim sekolah.
Justru sebaliknya, Lukaku tumbuh dalam kebangkrutan. "Kami bangkrut. Tak hanya miskin, tapi bangkrut," tulisnya dalam sebuah kolom yang dimuat The Players’'Tribune. Ia menyadarinya ketika masih berusia enam tahun.
Saat itu, tulis Lukaku, ibunya terpaksa mencampur susu dalam kotak dengan air biasa agar bisa dikonsumsi selama satu pekan. Kemudian, susu yang sudah bercampur air itu dimakan dengan roti yang "dipinjam" dari sebuah toko. "Pemiliknya mengenalku dan adikku, jadi mereka membiarkannya mengambil roti pada hari Senin dan membayarnya pada hari Jumat," ungkap Lukaku.
2. Ia berjanji kepada sang ibu untuk mengubah nasib
"Aku tak bisa melihat ibuku hidup seperti itu." Lukaku kemudian berjanji untuk bermain sebagai pesepak bola profesional di usia 16 tahun. Ia mulai menyiapkan skenario-skenario yang harus dilakoninya untuk memenuhi janji itu.
"Ibu, semuanya akan berubah. Nanti ibu lihat sendiri. Aku akan bermain sepak bola untuk Anderlecht, dan itu akan segera terwujud. Kita akan baik-baik saja. Ibu tak perlu khawatir lagi," kata Lukaku ketika melihat perempuan yang melahirkannya itu menangisi kondisi mereka.
Maka dimulailah misi tersebut. Ia bermain untuk akademi Lierse saat berumur 11 tahun. Di saat itu juga ia tak hanya harus bekerja keras mencetak sebanyak mungkin gol, tapi juga membuktikan bahwa ia orang Belgia.
3. Muncul prasangka dari sebagian orang Belgia terhadapnya
Berkulit hitam dan berpostur bongsor membuat beberapa orang tua memiliki kecurigaan terhadapnya. Kedua orang tua Lukaku memang imigran dari Kongo. Namun, ia lahir dan besar di Belgia.
Dalam suatu kejadian ketika pertandingan, beberapa orang tua pemain lawan sampai harus menginspeksi kartu identitasnya. Itu membuat Lukaku marah dan semakin berkomitmen untuk memperlihatkan kemampuannya.
Di usia 12 tahun, ia mencetak 76 gol dalam 34 pertandingan. Kecemerlangannya itu ditunjukkan dengan memakai sepatu sepak bola sang ayah yang pernah menjadi pemain profesional juga.
4. Lukaku ingin jadi pemain terbaik dalam sejarah sepak bola Belgia
"Aku ingin jadi pemain terbaik dalam sejarah sepak bola Belgia. Itu cita-citaku. Bukan yang bagus. Bukan yang terbaik. Tapi yang luar biasa," tulis Lukaku, mengingat ambisinya saat kecil.
Ada satu peristiwa menarik ketika mendekati ulang tahunnya yang ke-16 — tenggat waku yang ia pasang sendiri ketika mengetahui keluarganya bangkrut. Saat itu ia masih dicadangkan oleh Anderlecht U-19. Lukaku beranggapan bahwa jika ia tak segera melakukan sesuatu, ia akan gagal memenuhi janjinya.
Dengan penuh kepercayaan diri dan rasa frustrasi, Lukaku mendatangi sang pelatih. "Jika kamu memainkan aku, aku akan mencetak 25 gol hingga Desember," kata dia. Tak disangka, ia sudah bisa mencapai angka itu pada November.
Pelan-pelan ia membuktikan diri sebagai penyerang handal. Tak hanya bagi Anderlecht yang mengontraknya sebagai pemain profesional saat usianya 16 tahun 11 hari, tapi juga timnas Belgia.
5. Ia jadi andalan dua tim Setan Merah sekaligus
Dalam lima pertandingan terakhir sepanjang tahun 2018 bersama Belgia, Lukaku masuk ke starting XI sebanyak empat kali. Salah satunya adalah saat menghadapi Panama di Piala Dunia.
Dari lima pertandingan itu, Lukaku menyumbangkan tujuh gol untuk Setan Merah, termasuk dua kali merobek gawang Arab Saudi pada Maret 2018 ketika dimasukkan sebagai pemain pengganti.
Lukaku juga tampil baik untuk Setan Merah satunya yang bermarkas di Manchester, Inggris. Setelah diboyong dari Everton pada musim 2017/2018 lalu, pemain bertinggi 190 cm itu tampil dalam 34 pertandingan Liga Primer Inggris (EPL). 33 kali jadi starter dan satu kali cadangan, Lukaku mampu mencetak 16 gol.
Kini Lukaku bisa merasa lega karena bisa memberikan kehidupan yang layak untuk keluarganya. Ia juga tak perlu lagi merasa marah karena prasangka orang lain. "Mereka tak lagi harus memeriksa kartu identitasku," tegasnya.