Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Di Balik Gema 'Thunderclap' Fans Islandia

FIFA
FIFA

Islandia bermain di turnamen elit untuk pertama kalinya di Prancis pada musim panas 2016. Di awal, mereka dipandang sebelah mata. Pada akhirnya, mereka mencuri hati banyak pencinta sepak bola setelah mempermalukan Inggris di babak 16 besar.

Sang kapten, Aron Gunnarsson, kemudian memimpin teman-temannya menuju tribun fans Islandia. Mereka melakukan sebuah ritual yang membuat mata penonton sulit berkedip. Dengan kompak dan sepenuh hati, mereka melakukan apa yang dikenal dengan thunderclap.

1. Fans Islandia memamerkan thunderclap lagi saat Piala Dunia

Adalah hal yang normal ketika fans saling berkompetisi untuk menunjukkan keberadaan mereka, tak terkecuali Islandia. Meski mereka datang dari negara dengan populasi terkecil di antara peserta Piala Dunia — ditambah lagi ini kali pertama mereka bermain di panggung terbesar — tapi gema yang diciptakan sangat terasa.

Warganet sempat membicarakan para fans Islandia sehari sebelum Piala Dunia. Mereka berkumpul di zona fans di Moscow dan kembali menunjukkan bahwa walau berstatus sebagai pendatang baru, tapi mereka wajib memberikan dukungan yang mengintimidasi.

2. Thunderclap dikira merupakan ritual kuno sebelum bangsa Viking berperang

Selebrasi ikonik bernama thunderclap itu jelas menjadi sesuatu yang diasosiasikan dengan timnas Islandia. Sebagai faktanya, memang mereka yang membuat mayoritas penggemar sepak bola di seluruh dunia menyadari ada yel-yel itu. Publik kemudian mengetahuinya sebagai yel-yel sebelum ksatria Viking pergi berperang.

Rupanya warga Islandia tak bisa mencuri kredit sebagai pemilik thunderclap. Menurut penelusuran publikasi Islandia, Morgunbladid, thunderclap tak memiliki latar belakang ritual kuno sebelum perang.

3. Klub sepak bola Islandia mengadopsinya dari Skotlandia

FIFA
FIFA

Kristinn Hallur Jonsson, salah seorang anggota kelompok pendukung timnas Islandia, menjelaskan bahwa thunderclap tidak seperti yang publik selama ini kira. "Itu punya arti berbeda bagi orang yang berbeda.Namun, asalnya bukan dari bangsa Viking. Thunderclap diambil dari fans di Skotlandia dan lebih terkoneksi dengan Spartan di film 300 daripada bangsa Viking," kata Jonsson, seperti dilansir dari The Guardian.

Ya, yang dimaksud Jonsson adalah fans klub Motherwell yang memiliki lagu berjudul Since I Was Young. Mereka memamerkan thunderclap dengan lagu tersebut ketika Mothewell menghadapi klub Islandia Stjarnan pada kualifikasi Liga Europa 2014.

Penggemar Stjarnan pun membawa selebrasi itu pulang, kemudian mengambil teriakan "Huh!" dari film 300. Dari klub, thunderclap kemudian menemui jalannya untuk dijadikan bentuk dukungan kepada timnas Islandia. Setelah Islandia, timnas dan fans Prancis ikut menggunakan thunderclap sebagai selebrasi ketika Les Bleus lolos ke final setelah mengalahkan Jerman pada EURO 2016.

Share
Topics
Editorial Team
Rosa Folia
EditorRosa Folia
Follow Us