Thierno Barry, striker andalan FC Basel musim 2023/2024 (instagram.com/fcbasel1983)
Ada banyak hal yang bikin FC Basel tampak tertinggal jauh dari BSC Young Boys beberapa tahun belakangan ini. Salah satunya adalah kesalahan manajemen bisnis mereka. Melansir liputan James Corbett untuk Off The Pitch, pada awal 2000 sampai 2010-an di bawah kepemimpinan presiden klub Bernhard Heusler, FC Basel sempat jadi tim yang menarik perhatian karena memproduksi pemain-pemain jebolan akademi yang mumpuni. Sebut saja Xherdan Shaqiri, Yann Sommer, Granit Xhaka, dan Ivan Rakitic.
Mereka juga mengorbitkan pemain-pemain asal liga kecil ke panggung yang lebih besar di Eropa. Beberapa di antaranya Mohamed Salah dan Mohamed Elneny yang mereka datangkan langsung dari klub Mesir, El Mokawloon. Tak lupa, Mohamed Elyounoussi dari klub Molde FK (Norwegia) dan Park Joo Ho dari Júbilo Iwata (Korea Selatan). Namun, masa keemasan itu hanya bertahan beberapa tahun. Pada 2017, Bernhard Burgener datang menggantikan Heusler dan melakukan banyak perombakan.
Selama masa kepemimpinannya, FC Basel mulai mengurangi transfer pemain asing dan fokus melakukan pengembangan akademi serta transaksi di dalam negeri. Ini mungkin dilakukannya setelah berkaca dari beberapa pemain asing yang gagal beradaptasi dengan cepat di klub. Namun, kurangnya variasi dan pemain berpengalaman ternyata membuat prestasi mereka turun. Posisi mereka mulai digantikan BSC Young Boys yang bila merujuk pada tulisan Zahid Mustafi dan Emmanuel Bayle di jurnal Soccer & Society, berjudul "Local Potential and Strategic Models in a Small Market Outside the Big Five: The Case of Switzerland’s Super League" punya kemiripan strategi penguatan potensi lokal dengan FC Basel.
Pandemik membuat keuangan FC Basel mengalami kontraksi yang signifikan. Menurut laporan Deloitte, penurunan penghasilan FC Basel selama pandemik mencapai 46 persen. Meski masih dianggap stabil dibanding klub-klub sepak bola Swiss lain (kecuali BSC Young Boys yang penurunannya paling rendah, yakni sebanyak 38 persen), ini mendorong manajemen klub mengubah Basel jadi klub transit untuk pemain-pemain yang hendak pindah ke liga-liga top Eropa. Meski bagus untuk memperbaiki kesehatan finansial klub, tak ada konsistensi yang terbangun di lapangan.