Filosofi Kepongahan Ajax Amsterdam Lahirkan Pemain Bintang 

Ajax itu sombong, tetapi hebat

Jakarta, IDN Times - Di antara klub-klub yang berprestasi di Eropa, Ajax Amsterdam bisa dibilang klub yang paling sombong. Mereka selalu mengaku punya cara sendiri untuk meraih prestasi, tanpa harus mengikuti cara-cara klub lain. Apiknya lagi, mereka bangga dengan hal itu.

Musim ini, Ajax masih jadi salah satu klub yang patut diperhitungkan di Belanda dan juga Eropa. Di Eredivisie, Ajax menghuni peringkat pertama, mengungguli PSV dan Utrecht. Di Liga Champions, mereka jadi salah satu tim yang sudah memastikan tiket ke babak 16 besar.

Kebangkitan Ajax ini tak lepas dari metode yang mereka percayai. Mereka punya filosofi yang dipegang teguh, serta selalu diterapkan bahkan ketika para pemain masih bermain di akademi Ajax.

1. Semua berawal dari dasar, yakni akademi Ajax

Filosofi Kepongahan Ajax Amsterdam Lahirkan Pemain Bintang twitter.com/AjaxYA

Tak bisa dimungkiri, akademi Ajax terbilang masyhur di dunia. Banyak bintang yang lahir dari sini, seperti Frank Rijkaard, Marco van Basten, Wim Kieft, Dennis Bergkamp, Patrick Kluivert, serta tentunya mendiang Johan Cruyff. Belum lagi generasi Frenkie de Jong dan Matthijs de Ligt sekarang.

Banyaknya talenta yang lahir dari akademi ini tak lepas dari sistem yang mereka terapkan. Dalam situs resmi akademi Ajax, disebutkan bahwa akademi Ajax jadi tempat pembiakan talenta-talenta masa depan. Mereka digembleng dengan kurikulum dan pelajaran khusus, sehingga tumbuh jadi pemain apik.

Jadi, para pemain di akademi Ajax menjalani latihan yang tidak jauh berbeda dengan tim utama. Ajax adalah tim yang menganut pakem dasar 4-3-3, dengan cara bermain yang atraktif, berorientasi pada serangan, kreatif, cepat, dan tentunya cair.

Dengan menerapkan sistem latihan yang sama, para pemain akademi yang nantinya menembus tim utama tidak butuh waktu lama menyesuaikan diri. Alhasil, Ajax dikenal sebagai tim yang sering mengandalkan talenta-talenta yang mereka didik. Nama-nama macam Cruyff dkk. adalah contoh bagaimana Ajax mengorbitkan bakat-bakat yang mereka asuh.

Intinya adalah, dengan menguasai dasar, maka hal-hal lain akan mengikuti dengan sendirinya. Di akademi, dasar ini diterapkan sedari dini. Masalah dasar ini nantinya terpapar oleh filosofi atau cara main lain, itu tergantung di mana lulusan Ajax ini bermain nantinya.

Sampai sekarang, ajaran Ajax ini tetap dipertahankan. Dengan ajaran macam ini, Ajax melawan sepak bola Eropa yang terus berubah dari waktu ke waktu. Ada masa mereka meraih prestasi, ada masa ketika mereka suram. Apiknya lagi, Ajax bangga akan ini.

Baca Juga: 5 Fakta Usai Ajax Amsterdam Segel Tiket 16 Besar Liga Champions

2. Ajaran akademi sesuai dengan karakter bangsa

Filosofi Kepongahan Ajax Amsterdam Lahirkan Pemain Bintang Pesepak bola AS Roma Riccardo Calafiori (kanan) berebut bola dengan pesepak bola Ajax Amsterdam Devyne Rensch dalam laga leg pertama babak perempat final Liga Europa, di Stadion Johan Cruijff Arena, Amsterdam, Belanda, Kamis (8/4/2021) (ANTARA FOTO/Reuters-Piroschka Van De Wouw)

Ajaran yang diterapkan oleh akademi Ajax ini ternyata sesuai dengan karakteristik dari masyarakat Amsterdam, kota tempat Ajax bernaung. Mereka punya karakter yang disebut Amsterdamse Bluf. Istilah ini digemakan oleh Daley Blind saat berseragam Manchester United.

Amsterdamse Bluf adalah karakteristik khusus dari masyarakat Amsterdam. Bagi mereka, Amsterdamse Bluf adalah sebuah jalan hidup. Berkat ideologi ini juga, orang-orang Amsterdam memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi. Mereka selalu mendongak, tak pernah tertunduk.

Dari penggambaran tersebut, terkesan orang-orang Amsterdam adalah orang yang angkuh dan sombong. Namun, tidak selalu begitu. Ya, congkak memang ada, tetapi Amsterdamse Bluf jadi cerminan kuatnya mental orang Amsterdam, di manapun mereka berada.

Nilai-nilai dari Amsterdamse Bluf ini juga terlihat jelas dalam penanaman karakter yang dilakukan Ajax di akademi. Boleh saja mereka terkena badai, atau sesekali mereka pasti akan didera penderitaan. Tetapi, karakter Amsterdamse Bluf ini tetap ada dan menjadikan lulusan Ajax bermental tangguh.

3. Filosofi yang membuat Ajax memiliki identitas

Filosofi Kepongahan Ajax Amsterdam Lahirkan Pemain Bintang twitter/championsleague

Dengan filosofi yang sudah ditanamkan, dan selalu diterapkan sedari dulu sampai sekarang, Ajax tumbuh jadi klub yang memiliki identitas. Ketika bicara sepak bola Belanda, Ajax tentu tidak akan luput dari perbincangan. Selain karena prestasi, Ajax sudah dikenal sebagai klub yang punya identitas.

Jadi, meski Ajax sekarang, mungkin, sudah dianggap tidak sedigdaya era Cruyff atau Kluivert, Ajax akan tetap berpegang teguh pada identitas yang mereka punya: klub penghasil pemain apik, dengan cara bermain yang ofensif dan berorientasi pada kreativitas sekaligus ruang.

Toh, pada akhirnya, Ajax tetap meraih prestasi dengan cara mereka. Total, 35 gelar Eredivisie, 20 gelar KNVB Cup, 4 gelar Liga Champions, 1 gelar European Cup Winners' Cup, 1 gelar Piala UEFA, dan 2 gelar Piala Super Eropa. Kesombongan dan kepongahan yang berkelindan dengan prestasi yang didapat.

Baca Juga: 5 Fakta Usai Ajax Amsterdam Segel Tiket 16 Besar Liga Champions

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya