Jakarta, IDN Times - Kericuhan yang terjadi di Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, disusul sejumlah aksi yang teradi di Manokwari hingga Sorong, sempat menimbulkan keresahan sesaat.
Walau kondisi mulai kondusif, semangat menyerukan persatuan dan semangat anti-rasialisme digemakan di panggung sepakbola Indonesia. Sejumlah klub peserta Liga 1 2019 misalnya, sebelum laga dimulai, menyerukan seruan untuk stop anti-rasialisme di segala lini kehidupan sosial, tak hanya di lapangan hijau.
Yang menyita perhatian tentu laga Borneo FC vs Persipura yang dihelat pada Senin (19/8) lalu. Sebelum berlaga, kedua tim berpose dengan membawa kertas putih bertuliskan “Say No To Racism”.
Di laga yang berkesudahan 1-1 itu, baik tuan rumah dan tim tamu sama-sama berpose dengan memegang kertas tersebut. Walau terlihat sederhana, namun pesan yang disampaikan diharapkan mampu mendinginkan suasana kebangsaan yang sempat memanas.
Salah satu tim teras Indonesia, Madura United, turut menyerukan semangat persatuan bangsa. Menampilkan video singkat berdurasi 59 detik, Laskar Sappeh Kerab menampilkan Engelberd Sani, Fandry Imbiri, dan Alfath Fathier di dalamnya.
Dengan caption “Kita Semua Saudara, Kita Semua Indonesia”, skuat asuhan Dejan Antonic berupaya menyampaikan pesan khas Bhinneka Tunggal Ika.
Salah satu klub bersejarah Indonesia, PSM Makassar, ikut meramaikan riuhnya salam persatuan yang didengungkan klub-klub Tanah Air. Melalui unggahannya di Twiter, Juku Eja menampilkan grafis dengan tulisan besar, “Kita Semua Saudara”.
Suara dari PSM sendiri turut merepresentasikan bagaimana masyarakat di timur Indonesia memandang persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bersama Persipura, PSM bisa dibilang adalah dua klub kebanggaan masyarakat di timur Indonesia.