Baleba, Wharton, Anderson, Siapa yang Paling Tepat bagi Amorim di MU?

Manchester United menghadapi fase perubahan taktis yang kompleks sejak Ruben Amorim mulai menyusun struktur permainannya. Pendekatan berbasis struktur tiga bek dan intensitas tinggi secara otomatis menempatkan lini tengah sebagai pusat stabilitas sekaligus sumber masalah. Setiap ketidakseimbangan di area ini akan langsung berdampak pada transisi bertahan maupun efektivitas progresi bola.
Situasi tersebut membuat kebutuhan MU membutuhkan gelandang baru yang tidak lagi sekadar soal kualitas individu. Klub membutuhkan profil yang benar-benar kompatibel dengan tuntutan sistem, ritme, serta tanggung jawab ruang yang spesifik. Dalam konteks inilah nama Carlos Baleba, Adam Wharton, dan Elliot Anderson muncul sebagai kandidat kuat pada bursa transfer Januari 2026 yang sesuai secara taktis, bukan hanya berdasarkan reputasi.
1. Gelandang double pivot masih menjadi masalah fundamental bagi Ruben Amorim di MU
Ruben Amorim secara konsisten menggunakan struktur dasar 3-4-3 atau 3-4-2-1 yang menempatkan dua gelandang sentral sebagai poros utama permainan. Skema ini menuntut peran double pivot yang tidak hanya berfungsi sebagai pemutus serangan lawan, tetapi juga penghubung fase build-up serta pelindung ruang saat wing-back bergerak naik. Tanpa keseimbangan di area ini, garis pertahanan tiga bek akan terekspos secara konstan.
Manchester United masih mengalami masalah struktural untuk memenuhi tuntutan tersebut. Casemiro memang tampil impresif dalam aspek tekel dan distribusi progresif, tetapi keterbatasan mobilitas membuatnya kesulitan menjangkau ruang luas dalam skema Amorim. Ia efektif sebagai pelindung area sentral, tetapi kurang optimal ketika harus bergeser cepat menutup celah di sisi sayap atau ruang antarlini.
Bruno Fernandes juga masih menjadi pusat kreativitas tim, tetapi karakteristiknya lebih cocok sebagai advanced playmaker. Tanggung jawab sebagai pengontrol tempo dan penjaga struktur ruang terlalu membatasi naluri menyerangnya. Sementara itu, Manuel Ugarte menghadirkan agresivitas tinggi, tetapi sering terburu-buru dalam fase build-up dan belum mampu menjalankan operasional permainan sedalam peran Casemiro.
Kobbie Mainoo dipandang sebagai aset jangka panjang, tetapi saat ini belum sepenuhnya siap secara fisik untuk menanggung beban fase defensif berintensitas tinggi. Kondisi ini menjelaskan mengapa Amorim membutuhkan gelandang dengan jangkauan area luas, tahan banting saat menghadapi tekanan, serta cerdas membaca transisi. Profil ideal yang dicari bukan hanya ball-winner, melainkan juga decision-maker yang mampu mengambil keputusan tepat dalam tempo cepat.
2. Baleba, Wharton, dan Anderson memiliki profil yang menjawab kebutuhan gelandang MU
Carlos Baleba merepresentasikan gelandang box-to-box dengan kapasitas fisik dan defensif menonjol. Ia memiliki kemampuan menjangkau area luas sehingga dapat menutup ruang besar yang muncul saat wing-back naik mendukung serangan. Dalam sistem Ruben Amorim, karakter ini penting untuk mengurangi risiko serangan balik langsung ke area bek tengah.
Keunggulan Baleba terletak pada intensitas dan keberaniannya dalam duel, yang sangat relevan dengan tuntutan English Premier League (EPL) yang menuntut transisi cepat. Namun, kekurangannya muncul pada konsistensi build-up dan kecenderungan meninggalkan posisi ketika melakukan pressing. Dalam struktur posisi yang ketat, kesalahan ini berpotensi membuka jalur progresi lawan jika tidak ditopang pasangan pivot yang disiplin.
Adam Wharton menawarkan profil yang berbeda dengan fokus pada distribusi dan pengatur tempo. Ia memiliki ketenangan saat menerima bola di bawah tekanan dan mengalirkannya secara progresif melalui jalur tengah. Karakter ini menjadikannya opsi ideal ketika MU perlu membongkar blok rendah dan menjaga sirkulasi bola.
Dalam kerangka Amorim, Wharton lebih cocok digunakan sebagai bagian dari fase “Plan B” ketika tim membutuhkan kontrol permainan. Tantangan utamanya terletak pada tuntutan fisik dan duel yang tinggi, terutama dalam transisi bertahan cepat. Tanpa dukungan rekan pivot yang agresif, stabilitas defensif bisa menjadi titik lemah.
Elliot Anderson hadir sebagai profil hibrida yang menggabungkan ball-carrying, agresivitas tanpa bola, dan fleksibilitas posisi. Ia mampu membawa bola melewati fase tekanan sekaligus aktif dalam melakukan pressing. Karakter ini sejalan dengan pendekatan permainan transisional yang sering diterapkan dalam skema Amorim.
Nilai lebih Anderson terletak pada kemampuannya menjadi penghubung antara fase bertahan dan menyerang. Ia dapat membantu melepas tekanan awal lalu mendorong progresi menuju sepertiga akhir. Akan tetapi, efektivitasnya sangat bergantung pada struktur kolektif dan kestabilan rekan di sekelilingnya.
3. Pilihan di antara 3 gelandang tersebut tergantung dengan kebutuhan Ruben Amorim
Perbandingan ketiga pemain ini menjadi relevan ketika dikaitkan dengan skenario pertandingan yang sering dihadapi Manchester United. Saat tim berada dalam intensitas tinggi dan harus bertahan dengan blok rendah, Carlos Baleba menawarkan keunggulan paling jelas melalui kapasitas fisik dan jangkauan ruangnya. Ia mampu mengurangi beban pertahanan tiga bek yang kerap diserang secara transisional.
Ketika MU menghadapi lawan defensif yang menutup ruang tengah, Adam Wharton menjadi opsi yang lebih relevan. Kemampuannya mengontrol tempo dan mendistribusikan bola dari dalam memberikan variasi serangan yang lebih terstruktur. Dalam kerangka ini, ia membantu tim menjaga kesabaran permainan tanpa kehilangan kontrol posisi.
Sementara itu pada laga yang berlangsung terbuka dengan duel beruntun dan ritme cepat, Elliot Anderson paling siap menghadapi situasi tersebut. Intensitas, fleksibilitas, dan keberanian membawa bola membuatnya efektif sebagai pemecah tekanan. Ia menjadi penghubung alami antara fase bertahan dan menyerang tanpa mengorbankan dinamika transisi.
Dalam perspektif jangka pendek, Anderson bisa menjadi solusi cepat karena adaptasinya terhadap ritme pertandingan. Untuk perspektif jangka panjang, Wharton menawarkan fondasi pengontrol permainan yang stabil, sementara Baleba menyumbang aspek fisik dan defensif yang krusial. Pilihan Amorim pada akhirnya bergantung pada prioritas taktis yang ingin ditekankan dalam proses membangun ulang tim.
Pada akhirnya, tidak ada satu jawaban pasti untuk menjawab siapa yang paling cocok bagi Manchester United. Pilihan di antara Carlos Baleba, Adam Wharton, atau Elliot Anderson akan mencerminkan arah pembangunan taktis Ruben Amorim sekaligus visi jangka panjang klub dalam membentuk ulang identitas lini tengahnya.


















