Presiden Persija Jakarta, Mohamad Prapanca. (Instagram/@officialprapanca).
Persija Jakarta saat ini, diketahui banyak orang, dipimpin Mohamad Prapanca. Dia merupakan Presiden PT Persija Jaya Jakarta, yang notebene sebagai perusahaan pengelola klub Ibu Kota ini.
Lalu, siapa sebetulnya pebisnis muda yang mulai memimpin Persija pada 2019 silam? Dia tercatat sebagai petinggi 13 perusahaan yang bergerak di berbagai bidang.
Prapanca sendiri dipercaya mengemban tugas sebagai presiden klub oleh pemilik perusahaan, Nirwan Bakrie, yang juga merupakan Co-Chairman Bakrie Group. Dia merupakan pemilik saham mayoritas PT Persija Jaya Jakarta.
Kehadirannya di Persija awalnya tak diketahui banyak orang. Apalagi, dia masuk dengan entitas bernama PT Jakarta Indonesia Hebat (JIH), yang dimiliki eks Plt Ketua Umum PSSI Joko Driyono.
Namun, perlahan nama Nirwan kian mencuat dan disebut sudah jadi pemilik 100 persen saham Persija saat ini.
Nama Nirwan sejak dulu memang selalu lekat dengan sepak bola. Terlebih usai dia mendirikan Pelita Jaya yang tampil di Kompetisi Galatama. Dia kemudian masuk dalam kepengurusan PSSI, lalu membuat program PSSI Pirmavera, Bareti, hingga SAD Uruguay, untuk mengembankan talenta pesepak bola lokal.
Setelah itu, dia sempat menghilang sebelum akhirnya memegang kembali Pelita Jaya Purwakarta, yang dulunya bernama PSKS Krakatau Steel Cilegon. Klub tersebut kemudian berlaih ke Malang untuk melebur bersama Arema.
Arema yang tampil di ISL kemudian dikelola perusahaan Bakrie Group, lewat PT Pelita Jaya Cronus pada 2013. Nama Wakil Ketua Umum PSSI, Iwan Budiarto, kembali muncul setelah dipilih jadi CEO.
Namun, tak berselang lama terjadi dualisme kepemilikan, terutama saat kompetisi pecah pada 2012. Kala Arema bermain di Indonesia Super League, muncul nama Arema lain di Indonesia Premier League. Kala itu, Arema IPL berada di bawah PT Ancora Indonesia yang di dalamnya ada nama Lucky Adrianda Zaenal atau Sam Ikul.
Dia merupakan anak dari Acub Zaenal, sosok penting di balik berdirinya Arema pada 1987. Dia pula yang menjadikan Singo Edan dari tim “lede-lede” hingga disejajarkan dengan klub besar Indonesia lainnya. Di tangannya, klub tersebut sempat berprestasi walau pada akhirnya mengalami krisis.
Sam Ikul yang meneruskan pengelolaan di Arema, kemudian memberikan kepercayaan pada PT Bentoel pada 2003 yang digawangi Darjoto Setiawan untuk mengelola Arema. Namun, semuanya berubah usai perusahaan diambil alih British American Tobacco dan bisnis rokok dilarang berkecimpung di dunia olahraga.
Arema mulai goyah sampai akhirnya pengelolaan klub diambil alih entitas baru, PT Arema Indonesia. Perusahaan itu didirikan Dewan Pembina Yayasan Arema yang dipimpin Andi Darussalam Tabusallam, sebelum akhirnya dualisme terjadi.
Usai dualisme itu, Arema di bawah PT Pelita Jaya Cronus yang diakui PSSI tampil di kompetisi resmi. Namun, kondisi Arema juga tak menentu hingga akhirnya kroni Bakrie memilih angkat kaki dan Iwan perlahan menjadi pemegang saham mayoritas klub.
Arema FC kemudian dikelola entitas bernama PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (AABBI), yang baru didirikan pada 2016 silam. Selain saham mayoritas yang dipegang Iwan, ada juga Agoes Soerjanto dan teranyar Gilang Widya Pramana, yang juga pemilik Arema FC.
Nama terakhir bahkan didapuk sebagai Presiden Arema FC sejak Juni 2021. Hal itu menjadi kejutan lantaran dia tak begitu dikenal di lapangan hijau, melainkan anak muda yang memiliki gurita bisnis di vape, MS Glow, Armada Bus, Juragan 99 Garment, dan lain-lain.