Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Asisten pelatih Timnas Indonesia, Nova Arianto. (IDN Times/Tino).

Jakarta, IDN Times - Timnas Indonesia U-16 saat ini tengah menyaring pemain untuk diproyeksikan berlaga di Piala AFF U-16, pada 17-29 Juni 2024 mendatang. Pelatih Nova Arianto pun punya kriteria yang cukup sederhana terkait seleksi tersebut.

Nova menginginkan pemain yang bisa bermain sederhana dan efektif. Jangan coba-coba untuk sering mendribel bola, karena pasti akan kena semprot legenda Persib Bandung tersebut.

1. Banyak dribel, siap-siap kena semprot

TC Timnas Indonesia U-16 di JIS, Minggu (31/3/2024). (IDN Times/Tino).

Pria yang juga menjabat sebagai asisten pelatih Shin Tae Yong tersebut ingin anak-anak asuhnya bermain rapi. Memanfaatkan ruang kosong dan kombinasi umpan merupakan skema permainannya.

Hal tersebut jauh lebih efektif untuk menerobos ke area kotak penalti lawan. Nova tak mempermasalahakan pemain bermanuver sendiri, namun harus mengerti momentum agar tidak merusak ritme permainan tim.

"Ini yang sering saya bilang ke pemain, main bola itu mudah dan akan menjadi sulit karena pemain itu sendiri. Pemain maunya dribel ketimbang passing. Itu membuat ritme permainan hilang," kata Nova selepas memimpin latihan Timnas U-16, Minggu (31/3/2024).

2. Jadi pelajaran berharga buat Fandi Ahmad Muzaki

Fandi Ahmad Muzaki. (IDN Times/Tino).

Pemain akademi Persija Jakarta, Fandi Ahmad Muzaki, yang ikut serta dalam TC tersebut merasakan dampak dari kecerobohannya. Fandi kena sempot Nova, namun itu menjadi pelajaran berharga buat winger 16 tahun tersebut.

"Tadi coach Nova minta lebih efektif. Tapi, itu jadi motivasi buat diri sendiri. Ini pelajaran berharga juga karena mendapat masukan, karena di tim itu tidak diberitahu kalau kami salah," kata Fandi.

3. Berkaca dari Timnas di Piala Asia

Timnas Indonesia lawan Irak di Piala Asia 2023. (Dok. PSSI)

Nova ingin anak-anak asuhnya bermain secara kolektif, berkaca dari Timnas senior yang mandek di Piala Asia 2023 lalu. Menghadapi tim kuat seperti Jepang, Irak, dan Australia, Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan sulit mengembangkan permainan karena mendapat tekanan tinggi.

"Main bola tidak bisa seperti itu. Pengalaman tim senior melawan Jepang, Australia, di Piala Asia, mereka tidak bisa menerima bola dengan enak, tidak bisa balik badan. Mungkin kalau di level bawah masih bisa. Tapi kalau di level yang lebih tinggi sudah tidak mungkin," ujar Nova.

Editorial Team