Termasuk Jerman, 7 Negara Besar Ini Pernah Jadi 'Korban' Shin Tae-yong

Salah satu puncak karier kepelatihan Shin Tae-yong adalah saat dipercaya menukangi Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018 lalu. Ia memandu Son Heung-min dan kawan-kawan di grup neraka yang berisikan Meksiko, Swedia dan Jerman. 

Pada laga pertama Korea Selatan harus kalah oleh Swedia dengan skor 0-1. Hasil buruk kembali mereka terima kala berjumpa Meksiko. Korea Selatan terhempas dengan skor 1-2. Dua kekalahan ini memastikan Korea Selatan gagal lolos ke fase berikutnya. Meski begitu, mereka masih menyisakan satu pertandingan terakhir, yaitu melawan Jerman. 

Jerman sendiri kala itu butuh kemenangan untuk maju ke babak gugur. Meski dikurung sejak menit awal, Korea Selatan mampu memaksakan skor imbang hingga menit 90. Dan drama pun terjadi pada babak tambahan waktu. Kim Young-gwon mampu mencuri gol pertama pada menit 90+2. 

Jerman yang ketinggalan pun menerapkan strategi menyerang total. Keasyikan menyerang, mereka malah kebobolan lewat gol solo run Son Heung-min di menit 90+6. Hasil ini pun membuat Jerman harus pulang. 

Setahun sebelum berangkat ke Rusia, tepatnya Shin Tae-yong mampu membawa pulang kejuaraan Asia Timur alias East Asian Football Championship. Salah satu kemenangan penting Korea Selatan di kejuaraan ini adalah saat mengandaskan Jepang. 

Tak main-main, Korea Selatan di bawah asuhan Shin mampu mengandaskan Jepang dengan skor 4-1. Hebatnya, Korea Selatan sempat tertinggal lebih dahulu melalui gol penalti Jepang pada menit ketiga. Mereka membalasnya dengan tiga gol pada babak pertama dan satu gol di babak kedua. 

Kualitas Shin Tae-yong sebagai pelatih sudah bisa dilihat sejak pertama kali mengarsiteki Timnas Korea Selatan. Pada pertandingan pertama usai ditunjuk sebagai pelatih tim berjuluk The Taeguk Warriors ini, ia sudah mampu menyumbangkan kemenangan. 

Kemenangan itu diraih kala menghadapi Venezuela dalam pertandingan uji coba internasional tahun 2014 lalu. Korea Selatan yang sempat tertinggal satu gol kemudian membalikkan keadaan dengan tiga gol balasan.

Venezuela sendiri bukan negara sembarangan dalam sepak bola. Mereka adalah langganan Piala Dunia yang kala itu berada di rangking 30 dunia. Sementara Korea tahun 2014 masih bertengger di posisi 53 dunia. 

Tak hanya di level senior, Shin Tae-yong juga terkenal jago meracik pasukan muda. Hal ini dibuktikan saat menangani Korea Selatan U-20. Tim ini pernah mengalahkan salah satu tim terkuat dunia, Meksiko U-20 pada babak penyisihan Olimpiade 2016 lalu. Meksiko mereka kandaskan dengan skor 1-0 pada tahun 2016 lalu. 

Tak cuma Meksiko, negara lain yang pernah menjadi korban Shin adalah Uruguay U-20. Mereka menang atas negara Amerika Latin ini dengan skor 2-0 dalam laga uji coba internasional.

Apa yang diraih Shin Tae-yong bersama Korea Selatan menular saat ia mulai menangani Timnas Indonesia. Di bawah asuhan Shin, permainan Indonesia mulai terlihat progresnya. Pembuktian pertama Shin Tae-yong adalah saat menjalani Training Center alias pemusatan latihan di Kroasia bersama U-19 tahun 2020 lalu.

Di sana, Garuda Muda menjalani beberapa laga uji coba internasional melawan negara-negara besar seperti tuan rumah Kroasia, Qatar, Bosnia, Arab Saudi, hingga Makedonia Utara. Hasilnya pun cukup menjanjikan.

Dari 8 kali bertanding, Indonesia memetik dua kemenangan, dua kemenangan, tiga seri dan tiga kali kalah. Dua kemenangan mereka raih dari Makedonia Utara U-19 dan Qatar U-19. 

Qatar mereka kandaskan dengan skor 2-1 melalui gol Supriadi dan Brylian Aldama. Sementara kemenangan paling meyakinkan ditorehkan oleh anak asuh Shin Tae-yong kala melumat Makedonia Utara U-19 dengan skor 4-1. Kemenangan ini menjadi catatan sendiri karena Makedonia Utara U-19 merupakan salah tim kuat yang menjadi langganan Piala Eropa U-20. Bahkan, rangking mereka ada jauh di atas Indonesia, yaitu posisi 62. 

Itu tadi beberapa negara besar yang pernah jadi korban keganasan Shin Tae-yong. Tangan dingin dan pengalaman Shin akan dibutuhkan di Piala Asia 2023 dan Piala Dunia U-20 nanti. Masih ragu Indonesia bakal berbicara banyak di kompetisi level dunia?