Menjadi top skor mungkin bukan menjadi tujuan utama banyak pemain sepak bola. Gelar untuk tim pasti lebih penting daripada segalanya. Namun, alangkah spesial jika pemain mampu menyandingkan juara dengan predikat pencetak gol terbanyak di kompetisi.
Sudah banyak pemain yang pernah merebut sepatu emas. Bahkan, ada yang meraihnya dua sampai tiga kali beruntun. Lalu, bagaimana jika seorang pesepak bola sukses menjadi top skor empat musim berturut-turut? Ini sederet pemain yang sempat merasakannya.
Siapa yang meragukan kapasitas seorang Lionel Messi? Pemain asal Argentina ini telah menjadi nyawa Barcelona, termasuk urusan mencetak gol. Hal tersebut dibuktikannya dengan menyabet tujuh kali gelar top skor LaLiga, empat di antaranya dilakukan beruntun.
Prestasi mentereng Messi ditorehkan pada musim 2016/2017, 2017/2018, 2018/2019, dan 2019/2020. Dilansir situs resmi Barcelona, raihan tersebut menyamai rekor yang pernah dicatatkan penyerang Meksiko, Hugo Sanchez, pada pertengahan 1980-an silam.
Sebelum Leo Messi, Hugo Sanchez pernah menorehkan catatan serupa, yakni menyabet gelar El Pichichi selama empat musim beruntun. Itu dilakukan Sanchez pada musim 1984/1985 bersama Atletico Madrid, dan 1985/1986, 1986/1987, serta 1987/1988 bareng Real Madrid.
Di era tersebut, Sanchez memang tersohor sebagai penyerang yang sangat subur. Bahkan, ia kembali meraih predikat pencetak gol terbanyak Liga Spanyol musim 1989/1990 bersama Real Madrid dengan torehan 38 gol hanya dalam 35 pertandingan.
Bukan hanya Messi dan Sanchez yang mampu menyabet gelar pencetak gol terbanyak Liga Spanyol selama empat musim berturut-turut. Di era 1950-an, ada nama Alfredo Di Stefano yang meraihnya pada musim 1955/1956, 1956/1957, 1957/1958, dan 1958/1959.
Bedanya, satu gelar top skor penyerang legendaris Real Madrid ini harus dibagi dengan pemain lain. Pada musim 1957/1958, ia berbagi sepatu emas dengan Manuel Badenes (Real Valladolid) dan Ricardo Alos (Valencia) karena sama-sama mencetak 19 gol.
Van Basten merupakan salah satu penyerang berbahaya yang sempat dimiliki Belanda. Marco van Basten meraih banyak gelar saat berseragam Ajax Amsterdam, AC Milan, serta Belanda. Salah satu yang paling diingat adalah raihan trofi Piala Eropa edisi 1988 silam bersama Tim Oranye.
Tidak hanya bersama tim, van Basten pun panen trofi individu. Ia adalah pemenang tiga kali Ballon d'Or serta empat kali menyandang top skor Liga Belanda yang dilakukannya empat musim beruntun, yakni 1983/1984, 1984/1985, 1985/1986, dan 1986/1987.
Sebelum Marco van Basten, Ajax Amsterdam punya striker haus gol dalam diri Geertruida Maria Geels atau akrab disapa Ruud Geels. Ia meraih lima gelar top skor Eredivisie dengan empat di antaranya dilakukan pada musim 1974/1975, 1975/1976, 1976/1977, dan 1977/1978.
Selain gelar individu, Geels pun banjir trofi bersama tim. Di dalam negeri, ia sempat merasakan 2 kali juara Liga Belanda serta 1 kali KNVB Cup. Sementara itu, saat menyeberang ke Belgia, ia merebut gelar liga domestik bersama Club Brugge.
Pemain yang sempat membela Manchester United ini meraih kejayaan bersama Glasgow Celtic di Liga Skotlandia. Dalam kurun waktu 1997 hingga 2004, ia sukses menyabet lima kali gelar top skor liga, empat di antaranya beruntun sejak tahun 2001 hingga 2004.
Capaian individu dibarengi dengan prestasi bersama tim. Celtic dibawanya menjuarai liga sebanyak 4 kali, 4 kali Scottish Cup, dan 2 kali Scottish League Cup. Saat menyeberang ke Barcelona, Larsson juga sempat merasakan manisnya juara LaLiga.
Penyerang berpaspor Argentina ini adalah salah satu pemain depan paling berbahaya di akhir 1960-an hingga awal 1980-an. Tidak hanya subur di kandang sendiri bareng Velez Sarsfield, Bianchi juga tampil ganas saat bermain di Liga Prancis.
Dikutip dari situs resmi Ligue 1, ia menyabet lima kali gelar top skor liga, empat di antaranya secara beruntun mulai tahun 1976 sampai 1979. Itu dilakukan Bianchi dua kali saat membela Reims dan dua kali ketika berseragam Paris Saint-Germain.
Dari dalam negeri, ada nama Cristian Gonzales yang sempat menyabet gelar top skor liga selama empat musim beruntun. Itu diraih penyerang kelahiran Uruguay ini pada tahun 2005 hingga 2007 bersama Persik Kediri dan tahun 2009 bareng Persib Bandung.
Di masa jayanya, pemain berjuluk El Loco ini memang dikenal sebagai penyerang haus gol. Hingga saat ini, ia masih memegang status pencetak gol terbanyak sepanjang masa di Liga Indonesia dengan raihan 249 gol sejak bermain tahun 2003 silam.
Dari pemain-pemain yang disebutkan di atas, mungkin prestasi yang ditorehkan Jean-Pierre Papin bisa dikatakan paling mentereng. Tidak hanya dua, tiga, atau empat, ia sukses menjadi top skor liga lima musim beruntun, mulai 1988 hingga 1992, demikian dilansir Goal.
Kesuburan Papin berjalan seiring dengan prestasi tim. Marseille dibawanya meraih 4 titel Ligue 1 serta 1 kali Coupe de France. Saat pindah ke Italia membela AC Milan, ia sukses meraih 2 titel Serie A serta 1 kali Liga Champions.
Menjadi pencetak gol terbanyak kompetisi liga bukan perkara mudah, termasuk untuk seorang bintang sekalipun. Jadi, meraih gelar top skor selama empat musim berturut-turut bisa dikatakan sebagai raihan yang spesial.