Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Stadion sepak bola (pexels.com/Juan Salamanca)

Intinya sih...

  • Warna feminin mulai mendapatkan tempat dalam sejarah jersey klub dan tim nasional.

  • Strategi pemasaran menggunakan warna feminin pada jersey sepak bola.

  • Reaksi publik terhadap jersey feminin mendorong perubahan dalam budaya sepak bola.

Jersey sepak bola umumnya menggunakan warna-warna yang diasosiasikan dengan kekuatan dan karakter maskulin, seperti merah, biru tua, atau hitam. Belakangan ini, mulai terlihat tren baru di mana warna-warna lembut seperti merah muda, ungu muda, dan peach muncul sebagai bagian dari desain resmi beberapa klub ternama. Pilihan warna ini memberi sentuhan visual yang segar dan berbeda dalam atmosfer kompetisi yang intens.

Penggunaan warna-warna yang secara sosial dianggap feminin telah menantang stereotip lama yang melekat pada dunia sepak bola sebagai arena dominan laki-laki. Warna kini tak lagi dianggap memiliki jenis kelamin. Di balik desain jersey yang manis, tersimpan pesan kuat tentang inklusivitas, keberanian, dan pergeseran budaya yang makin terbuka terhadap ekspresi yang beragam.

1. Warna feminin mulai mendapatkan tempat dalam sejarah jersey klub dan tim nasional

Sejarah panjang jersey sepak bola didominasi warna-warna gelap atau terang yang diasosiasikan dengan maskulinitas seperti merah, hitam, biru tua, dan hijau. Namun, Palermo FC mematahkan tradisi ini pada tahun 1907. Palermo mengganti warna merah-biru mereka dengan pink dan hitam, atas usulan Count Giuseppe Airoldi. Kombinasi ini dipilih sebagai metafora “yang manis dan pahit” untuk menggambarkan karakter klub (sweet and sad).

Di Inggris, Arsenal pernah merilis jersey ketiga berwarna pink muda pada musim 2021–2022 yang langsung mendapat perhatian luas di media sosial. Warna tersebut dipadukan dengan desain minimalis dan aksen putih yang memberi kesan modern. Tim nasional Jerman bahkan membuat gebrakan pada 2024 dengan meluncurkan jersey tandang berwarna ungu muda-pink untuk Euro 2024. Dilansir Footy Headlines, jersey ini menjadi jersey tandang terlaris sepanjang sejarah DFB menurut Adidas.

Fenomena ini bukan hanya soal estetika. Perubahan warna ini mencerminkan pembukaan ruang baru dalam budaya sepak bola, di mana warna tidak lagi dikotakkan secara gender, dan desain menjadi ruang ekspresi yang lebih bebas. Klub dan tim kini lebih berani memanfaatkan warna-warna lembut untuk menunjukkan identitas unik mereka tanpa merasa perlu membuktikan maskulinitas melalui palet warna konvensional.

2. Strategi pemasaran menggunakan warna feminin pada jersey sepak bola

Penggunaan warna feminin pada jersey merupakan bagian dari strategi bisnis yang dirancang untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas. Inter Miami memilih warna pink cerah untuk jersey utamanya sejak awal berdiri dan mendapatkan momentum besar ketika Lionel Messi bergabung pada pertengahan 2023. Dilansir ESPN, Adidas mencatat bahwa hampir 500 ribu permintaan pre-order masuk hanya dalam beberapa hari setelah pengumuman transfer Messi. Karena hal itu, jersey ini menjadi salah satu yang paling banyak terjual dalam sejarah kerja sama Adidas dengan klub sepak bola.

Penjualan jersey Messi bersama Inter Miami mengungguli klub-klub besar Eropa seperti Manchester United dan Real Madrid pada tahun yang sama. Di pasar Amerika Utara, jersey berwarna pink tersebut menempati posisi teratas dalam daftar penjualan Adidas sepanjang 2023. Dilansir Forbes, terjadi peningkatan penjualan jersey sebesar 17 persen setelah Messi bergabung, yang menunjukkan bahwa warna dan tokoh besar dapat bersinergi dalam mendongkrak keuntungan bisnis klub dan sponsor.

Contoh serupa juga datang dari tim nasional Jerman. Pada 2024, Adidas memperkenalkan jersey tandang berwarna ungu muda dan pink yang dirancang untuk turnamen Euro. Respons konsumen sangat tinggi dan jersey tersebut disebut sebagai jersey tandang terlaris dalam sejarah DFB oleh Adidas. Pemilihan warna ini menunjukkan bahwa keputusan desain bisa sekaligus menjadi keputusan pemasaran yang strategis.

3. Reaksi publik terhadap jersey feminin mendorong perubahan dalam budaya sepak bola

Kemunculan jersey berwarna feminin seperti pink dan ungu muda memicu reaksi nyata yang berpengaruh dalam dunia sepak bola. Warna-warna ini bukan sekadar tren visual, tapi juga telah membentuk dinamika budaya baru di dalam maupun di luar lapangan. Dilansir Soccer Wizdom, klub seperti Sport Boys de Callao di Peru menggunakan warna pink sejak 1929 dan menjadikannya bagian dari identitas klub. Warna ini terus dipertahankan hingga saat ini sebagai simbol kebanggaan lokal sekaligus daya tarik visual yang kuat bagi para pendukung dan kolektor internasional. Hal serupa dilakukan oleh klub Jepang, Cerezo Osaka, yang menggunakan warna pink sebagai lambang bunga sakura, selaras dengan nama dan karakter lokal mereka.

Pilihan warna feminin juga memberi dampak sosial melalui aksi nyata. Partick Thistle dari Skotlandia merilis jersey berwarna hitam dengan aksen pink pada musim 2014–2015 sebagai bentuk dukungan terhadap pasien kanker payudara melalui kemitraan dengan Breast Cancer Care Charity. Sebagian hasil penjualan jersey disumbangkan untuk kegiatan amal dan gerakan ini mendapatkan perhatian luas dari media internasional.

Respons publik secara global terhadap jersey berwarna feminin menunjukkan dinamika yang kompleks antara persepsi estetika, identitas, dan pemasaran. Ketika Adidas meluncurkan jersey tandang timnas Jerman berwarna pink–ungu untuk Euro 2024, reaksi masyarakat terbelah. Sebagian mengapresiasi keberanian desain, sementara lainnya menyayangkannya sebagai penyimpangan dari tradisi. Meski begitu, Adidas melaporkan bahwa jersey ini menjadi jersey tandang terlaris dalam sejarah timnas Jerman dengan permintaan global yang tinggi sejak hari peluncuran.

4. Jersey menjadi medium narasi inklusivitas dan ekspresi gender

Warna feminin pada jersey tampil sebagai representasi nilai-nilai inklusivitas dan ekspresi identitas di dunia sepak bola. Pada September 2023, Arsenal Women bersama Adidas dan Stella McCartney merilis jersey away berwarna halo pink dan glow blue yang dirancang uniseks dan ramah lingkungan. Jersey ini menggunakan 47 persen poliester daur ulang dan 100 persen katun organik, serta dirancang untuk menjangkau berbagai kalangan pendukung. Kehadiran desain ini menunjukkan komitmen klub terhadap kesetaraan dan keberlanjutan dalam olahraga.

Juventus pernah merilis jersey ketiga pada 2015/2016 dengan warna pink cerah yang menjadi perbincangan luas. Warna tersebut diangkat kembali sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah klub, karena pink merupakan warna pertama jersey Juventus sebelum beralih ke hitam putih. Adidas sebagai produsen menggabungkan elemen historis dan visual modern dalam desain ini. Paris Saint-Germain juga menghadirkan warna feminin melalui koleksi kolaboratif bersama Jordan Brand pada 2020/2021. Jersey keempat mereka tampil dalam gradasi ungu muda dan merah muda yang memadukan gaya jalanan dan estetika olahraga. Koleksi ini ditujukan untuk kalangan generasi muda yang lebih ekspresif dalam penampilan dan dipromosikan melalui kampanye visual yang melibatkan pemain pria dan wanita dalam proporsi yang setara tanpa pengotakan peran gender.

FIFA turut mengangkat nilai keberagaman melalui kampanye global, Football Unites the World, yang disampaikan selama Piala Dunia 2022. Kampanye ini menyoroti persatuan dan penghargaan terhadap perbedaan budaya, ras, dan gender dalam sepak bola global. Inisiatif tersebut diperkuat dengan pendekatan visual yang inklusif, termasuk representasi yang merayakan identitas tanpa batasan stereotip.

5. Warna feminin dan evolusi visual sepak bola

Perubahan dalam pemilihan warna jersey sepak bola mencerminkan pergeseran nilai visual dan sosial dalam dunia olahraga. Warna feminin yang sebelumnya jarang digunakan kini hadir sebagai bagian penting dalam desain jersey klub dan tim nasional. Desain ini memperluas cara sepak bola membentuk identitas dan menyampaikan pesan melalui simbol visual. Klub dan federasi mengadopsi warna-warna tersebut sebagai langkah untuk membangun citra yang lebih terbuka terhadap dinamika budaya dan sosial yang berkembang secara global.

Penggunaan warna feminin pada jersey membuka peluang untuk ekspresi yang lebih luas di kalangan pemain dan penggemar. Desain dengan warna lembut membawa makna yang berkaitan dengan inklusivitas, keberanian, keberlanjutan, dan solidaritas. Warna menjadi bagian dari strategi komunikasi yang menggabungkan unsur sejarah, gaya hidup, dan simbol sosial. Jersey hadir bukan hanya sebagai pakaian olahraga, melainkan juga sebagai medium yang merepresentasikan perubahan cara pandang terhadap sepak bola sebagai ruang publik yang menyatu dengan pesan-pesan sosial dan budaya.

Warna feminin dalam jersey sepak bola menegaskan bahwa desain mampu mencerminkan perubahan nilai dalam masyarakat. Kehadirannya menunjukkan bahwa sepak bola terus berkembang sebagai ruang yang lebih terbuka, representatif, dan bermakna. Melalui warna, sepak bola memperluas cara berkomunikasi dan membangun kedekatan emosional dengan berbagai kelompok pendukung.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team