TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Tips Fotografi Menu Berbuka Puasa dengan Chiaroscuro Style

Membuat visual menu berbuka puasa jadi menggugah selera

ilustrasi pemotretan foto makanan manis (unsplash.com/Szabo Viktor)

Bulan Ramadan identik dengan hidangan berbuka puasa yang nikmat dan menggugah selera. Tak heran, jika di bulan suci Ramadan banyak pelaku usaha kuliner seperti restoran, kafe, warung makan, dan penjual makanan street food mulai berlomba-lomba untuk menarik perhatian konsumen dengan menyajikan visual menu yang memikat.

Agar hidangan menu berbuka puasa kamu looks appetizing, langkah yang bisa kamu lakukan adalah mengaplikasikan teknik pengambilan gambar yang tepat. Salah satunya dengan teknik fotografi chiaroscuro style.

Melansir TheCollector, chiaroscuro style adalah teknik fotografi yang memainkan kontras antara pencahayaan terang dan bayangan gelap untuk menciptakan efek visual yang kuat dan memikat. Istilah ini berasal dari bahasa Italia, di mana "chiaro" berarti "terang" dan "scuro" berarti "gelap", sehingga secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai teknik mengambil gambar yang memadukan antara nuansa "terang-gelap".

Konon, teknik chiaroscuro ini sudah ada sejak zaman Renaissance untuk menciptakan hasil potret yang dramatis. Nah, kalau kamu berencana untuk mengaplikasikan teknik chiaroscuro dalam memotret hidangan berbuka puasa untuk keperluan jualan dan promosi produk, berikut adalah beberapa tips yang perlu kamu perhatikan agar tidak salah angle!

1. Gunakan pencahayaan yang kontras antara area terang dan gelap

ilustrasi efek chiaroscuro dalam pemotretan foto (unsplash.com/Yosafat Herdian)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, teknik fotografi chiaroscuro tidak hanya mengandalkan bayangan gelap semata. Namun, peran cahaya terang juga sangat penting dalam proses pengambilan gambar. Ketika cahaya terang dipadukan dengan bayangan gelap maka akan menciptakan kontras yang memperkuat kesan visual pada hasil akhir fotografi chiaroscuro.

Agar mendapatkan hasil terbaik saat sesi pemotretan makanan, cobalah untuk menggunakan pencahayaan alami seperti cahaya matahari sore atau cahaya lilin untuk menciptakan efek bayangan yang impresif dan menarik. Hindari pencahayaan yang terlalu terang sehingga mengurangi efek dramatis dari gaya chiaroscuro saat objek tersebut dipotret.

Ketika kamu mengambil gambar menggunakan teknik chiaroscuro disarankan untuk sedikit menjauh dari objek yang difoto. Hal ini akan membantu mengurangi intensitas cahaya serta kecepatan penurunannya. Selain itu, cobalah untuk mengarahkan kamera ke arah jendela alih-alih meletakkannya secara tegak lurus. Dengan cara ini, dimensi pencahayaan dapat ditambahkan dan tekstur objek yang difoto dapat lebih menonjol.

2. Saat memotret, pertimbangkan latar belakang yang sederhana

ilustrasi hidangan burger dengan menerapkan teknik fotografi Chiaroscuro style (unsplash.com/Shaafi Ali)

Tips kedua yang bisa kamu aplikasikan ketika memotret hidangan berbuka puasa menggunakan gaya chiaroscuro adalah pertimbangkan latar belakang (backdrop) dengan warna netral dan tidak terkesan ramai. Komposisi tampilan backdrop dan susunan elemen-elemen frame patut kamu pikirkan secara cermat untuk menciptakan tampilan yang harmonis dan mengarahkan fokus pada hidangan utama yang sedang dipotret.

Mengutip Snapshot Canon Asia, warna gelap dapat menjadi opsi yang tepat untuk latar belakang potret makanan karena dapat menambahkan efek bayangan dan menekan cahaya yang masuk.

Ditambahkan oleh ProEdu, ada beberapa rekomendasi warna yang bisa menjadi pilihan untuk backdrop potret hidangan menu berbuka puasa adalah dark grey, black, deep espresso tones, dan dark blues. Warna-warna ini tentunya akan menambahkan kesan impresif seperti karakter yang tersemat dalam gaya chiaroscuro saat pemotretan menu berbuka puasa untuk keperluan jualan.

3. Maksimalkan penggunaan reflektor sebagai pencahayaan tambahan

ilustrasi reflektor untuk mendukung pencahayaan tambahan (unsplash.com/Chris Slupski)

Meskipun gaya chiaroscuro cenderung menonjolkan bayangan gelap, namun terkadang dibutuhkan sedikit cahaya tambahan untuk mengisi area-area gelap di sudut tertentu saat pengambilan gambar. Disarankan untuk menggunakan reflektor atau fill light sehingga menambah sedikit cahaya pada bagian-bagian yang membutuhkan pencahayaan tambahan, seperti area bayangan yang terlalu gelap atau detail-detail yang tersembunyi. 

Saat fotografer ingin mengaplikasikan teknik chiaroscuro tidak disarankan untuk menggunakan softbox dalam mengambil gambar. Memang, softbox sering digunakan untuk menghasilkan pencahayaan yang lembut dan merata saat proses pemotretan. Namun dalam konteks teknik fotografi chiaroscuro, penggunaan softbox justru mengurangi kontras antara paduan area terang dan gelap sehingga menghilangkan kesan dramatis yang diinginkan.

Sebagai gantinya, reflektor dengan kap honeycomb grid adalah pilihan yang paling pas untuk mempersempit pencahayaan dan menciptakan bayangan yang tajam serta fokus pada area yang diinginkan.

Kap honeycomb grid akan membantu mengarahkan cahaya sehingga menciptakan kontras yang lebih tajam antara area terang dan gelap tanpa kehilangan elemen penting dari wujud hidangan yang akan difoto. Dengan demikian, penggunaan reflektor dengan honeycomb grid akan membantu sang fotografer dalam mencapai efek chiaroscuro yang dramatis dan memukau dalam pengambilan gambar menu berbuka puasa.

Baca Juga: 5 Tips Fotografi Makanan Saat Travelling, Jepretan Jadi Lebih Berkesan

4. Perhatikan komposisi foto dan sudut pengambilan gambar yang menarik

ilustrasi pengambilan gambar blueberry pie dengan angle 45 derajat menggunakan teknik chiaroscuro (unsplash.com/Elena Leya)

Ketika memfoto hidangan berbuka puasa dalam gaya chiaroscuro, pemilihan sudut atau angle dalam pengambilan gambar juga patut kamu cermati. Mengutip Smithsonian Magazine dan Snapshot Canon Asia, sudut pengambilan gambar yang ideal dalam fotografi makanan ada pada 45 derajat atau sudut datar yang membantu menampilkan hasil foto hidangan secara utuh. 

Dengan menggunakan teknik chiaroscuro, fotografer dapat menyoroti tekstur, warna, dan detail hidangan secara dramatis, sehingga menciptakan foto yang tampak lebih hidup dan menggugah selera.

Pencahayaan yang diterapkan dalam gaya ini dapat membantu untuk menonjolkan efek appetizing pada suatu hidangan, seperti saus yang kental, tekstur daging yang juicy, kepulan asap makanan hangat (hot dish), atau warna-warna yang cerah dari irisan buah-buahan segar.

5. Ambil gambar saat makanan masih fresh from the oven, jangan tunggu terlalu lama

ilustrasi pengambilan gambar saat makanan masih fresh (unsplash.com/Dolores Preciado)

Ketika seorang fotografer ingin menerapkan teknik fotografi khususnya dalam konteks menu berbuka puasa, ada dua prinsip yang harus diperhatikan. Pertama, penting untuk mengambil foto saat makanan masih segar karena visualnya akan semakin tidak menarik seiring berjalannya waktu. Kedua, perhatikan momen ketika makanan mulai tersaji di meja untuk menangkap efek-efek yang menggiurkan seperti kepulan asap dari makanan panas, aroma yang menggugah selera, atau tetesan air pada gelas minuman dingin.

Dalam menerapkan teknik pengambilan gambar dengan gaya chiaroscuro, seorang fotografer perlu menggabungkan unsur-unsur estetika klasik dengan tema makanan berbuka puasa. Hal ini bisa dilakukan dengan memilih aksesori dan dekorasi yang mencerminkan nuansa Ramadan namun tetap memiliki kesan elegan, seperti hiasan piring, gelas, dekorasi khas atau alat makan.

Dengan cara ini, fotografer dapat menciptakan gambar yang memperlihatkan keindahan dan kelezatan makanan berbuka puasa dengan gaya yang unik dan menarik.

6. Lensa dengan aperture f/2.8 merupakan lensa yang cocok untuk fotografi makanan

ilustrasi lensa kamera (unsplash.com/aziz abdul)

Semua detail penting untuk pemotretan sudah disiapkan, sekarang tugasmu adalah memilih lensa kamera yang sesuai untuk keperluan memotret hidangan berbuka puasa.

Sesuai saran dari Digital Camera World, lensa dengan aperture f/2.8 dinilai ideal untuk fotografi makanan. Lensa-lensa ini memungkinkan pengguna untuk menciptakan efek yang dangkal, yang akan memisahkan subjek dari latar belakang dengan jelas serta menyoroti detail-detail yang ingin ditonjolkan dalam memotret hidangan tersebut.

Walaupun lensa dengan aperture f/2.8 mampu menghasilkan efek bokeh yang menakjubkan dan memisahkan objek dengan baik dari latar belakang. Selain aperture, panjang fokus lensa juga merupakan hal yang penting.

Lensa prime dengan panjang fokus antara 30mm hingga 60mm seringkali menjadi pilihan yang terbaik untuk fotografi makanan karena kemampuannya dalam menciptakan sudut pandang yang lebih dekat tanpa mengalami distorsi.

Verified Writer

Reyvan Maulid

Penyuka Baso Aci dan Maklor

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya