Fenomena Bali Black Out dan Gaza Strip menjadi gambaran nyata betapa pentingnya teknologi seluler sebagai satu-satunya jalan untuk tetap terhubung dengan dunia luar di tengah situasi darurat. Bali mengalami pemadaman listrik atau blackout selama hampir 12 jam, mulai pukul 16.00 WITA, Jumat (2/5/2025) hingga Sabtu (3/5/2025) pukul 03.56 WITA.
Dalam kurun waktu tersebut, masyarakat tidak hanya kehilangan akses listrik, tetapi juga mengalami kesulitan berkomunikasi. Banyak yang bergantung pada jaringan Wi-Fi dan sinyal seluler yang turut terganggu akibat terputusnya pasokan listrik ke sejumlah infrastruktur jaringan. Mengutip DetikBali, blackout ini menyebabkan berbagai aktivitas terganggu. Beberapa penerbangan mengalami keterlambatan, kemacetan parah terjadi di berbagai titik karena lampu lalu lintas tidak berfungsi, dan kendaraan saling serobot di persimpangan jalan yang diiringi sahutan klakson dari berbagai arah.
Sementara itu, Jalur Gaza memasuki minggu kedua pemadaman hampir total terhadap jaringan telepon dan internet. Sebagian warga di wilayah konflik tersebut mulai menggunakan teknologi alternatif, yakni eSIM sebagai upaya terakhir untuk menjangkau dunia luar.
Sebagian besar smartphone keluaran terbaru memungkinkan pengguna untuk mengaktifkan eSIM, yaitu kartu SIM digital yang menggantikan SIM fisik namun tetap memberikan akses ke jaringan seluler. Beberapa warga Palestina bahkan menggunakan paket data sumbangan yang terdaftar di negara lain dan memanfaatkan sinyal roaming dari menara seluler Israel atau Mesir demi bisa menghubungi orang-orang di luar wilayah tersebut.
Lantas, jika terjadi pemadaman listrik selama berjam-jam, apakah eSIM akan tetap aktif? Untuk menjawab pertanyaan ini, kamu perlu memahami lebih dalam bagaimana eSIM bekerja dan bagaimana jaringan seluler mempertahankan layanannya. Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini!